Minggu, 29 September 2013

KEMISKINAN DITINJAU DARI PENDEKATAN TEORI EKONOMI...


         KEMISKINAN DITINJAU DARI PENDEKATAN TEORI EKONOMI

Teori yang berbasis pada teori ekonomi antara lain melihat kemiskinan sebagai akibat dari kesenjangan kepemilikan faktor produksi, kegagalan kepemilikan, kebijakan yang bias ke perkotaan, perbedaan kualitas sumberdaya manusia, serta rendahnya pembentukan modal masyarakat atau rendahnya perangsang untuk penanaman modal. Disisi lain, pendekatan sosio –antropologis menekankan adanya pengaruh budaya yang cenderung melanggengkan kemiskinan (kemiskinan kultural).
        Di sisi lain terdapat pandangan proses pemiskinan sebagai akibat kebijakan yang bias perkotaan. Lipton dan Vyas (1981) mengajukan konsep ‘urban bias’ dalam menjelaskan mengapa terjadi kemiskinan di negara sedang berkembang.
Menurut Lipton dan Vyas: “Small, interlocking urban elites – comprising mainly businessmen, politicians, bureaucrats, trade-union leaders and supporting staff of professionals, academics and intelectuals – can in a modern state substantially control the distribution of resources”. Bias perkotaan ini dipercaya oleh Lipton, karena menurutnya memang terdapat antagonisme antara penduduk perdesaan dan perkotaan, dimana yang pertama ditandai dengan kemiskinan.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika pembangunan yang hanya diarahkan ke perkotaan akan mengakibatkan semakin memburuknya kehidupan penduduk miskin di perdesaan. Dan megakibatkan kesenjangan antara desa dan kota. Akibatnya kemiskinan akan lebih banyak terdapat di desa mengingat di desa sangat minim akan tersedianya sistem sumber industri sebab pembangunan industri-industri lebih diarahkan pada kota. Hal ini pula yang mengakibatkan sumber daya manusia di desa melakukan urbanisasi ke kota demi pemenuhan kebutuhan di sector pekerjaan.
 Untuk mengatasi kecenderungan yang negatif seperti itu, Lipton berpendapat bahwa negara sedang berkembang seharusnya mengarahkan kegiatan investasinya ke sumberdaya utama yang mereka miliki – yakni pertanian yang padat karya (labour intensive).
Dalam rangka dukungannya untuk mengurangi bias perkotaan, Lipton dan Vyas berpendapat bahwa sektor perdesaan adalah “pengguna investasi terbatas” yang lebih responsif dari pada sector perkotaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar