Minggu, 29 September 2013

ACTION RESEARCH (PENELITIAN TINDAKAN)





Penelitian tindakan (ACTION RESEARCH) merupakan bentuk penelitian permasalahan tertentu dan membantu praktisi dalam memperbaiki tugas-tugasnya (Alston: 1998; Neuman : 2000). Selain itu dalam upaya untuk lebih memahami tentang Penelitian tindakan Eliot dalam Zuriah (2003: 54) mengemukakan bahwa :

Penelitian tindakan merupakan kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas kegiatan yang ada didalamnya, seluruh prosesnya meliputi : telaah, asesmen, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan dampak, menjalin hubungan yang diperlukan antara evaluasi dan perkembangan profesional.

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, penelitian tindakan merupakan penelitian yang menekankan pada pengujicobaan suatu ide kedalam sebuah praktek dalam skala mikro, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan untuk memperbaiki situasi sosial. Penelitian tindakan merupakan penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi dan kehidupan para partisipan. Asumsinya, bahwa penelitian ini mengembangkan pengetahuan dari pengalaman, dan bahwa setiap orang dapat memperbaiki kondisinya dengan cara menyadari dan mencoba untuk melakukan sesuatu terhadap kondisinya itu (Neuman : 2000).

Masih menurut Neuman (2000), ada beberapa tipe penelitian tindakan, yaitu penelitian biasa atau pengetahuan popular, penelitian yang terfokus pada kekuatan dengan tujuan pemberdayaan, penelitian yang bertujuan untuk membangun kesadaran atau meningkatkan kesadaran dan penelitian yang terikat secara langsung dengan aksi politik.

Secara konseptual dijelaskan bahwa peneltian ini meneliti suatu fenomena sosial yaitu berkaitan dengan pendayagunaan kelompok Bhakti Ibu dalam pengentasan kemiskinan di Kelurahan Babakan Ciamis Kecamatan Sumur Bandung yang merupakan refleksi dari tahap pratikum yang telah dilakukan sebelumnya. Peneliti melakukan penelitian tindakan terhadap permasalahan tersebut dimana memberikan tindakan/kegiatan dengan harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki atau mengubah permasalahan yang ada agar memperoleh dampak nyata dari pelaksanaan tindakan/kekiatan yang dimaksud.

Pelaksanaan penelitian tindakan dilakukan dengan mengikuti tahapan dimulai dari tahap refleksi awal sampai dengan refleksi akhir. Setiap tahapan dilakukan secara berututan dan merupakan sebuah siklus spiral, dimana tahapan refleksi akhir dari siklus yang pertama dapat merupakan tahapan refleksi awal dan siklus berikutnya.
              1. Langkah-Langkah Penelitian
Berdasarkan langkah-langkah tersebut, disesuaikan dengan keadaan dilapangan maka langkah-langkah penelitian tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
        1. Refleksi Awal
Kegiatan refleksi awal dimulai dengan cara melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program sebelumnya yaitu pada saat pratikum. Kegiatan evaluasi dilakukan dengan cara memahami kondisi permasalahan setelah dilakukan intervensi pada saat pratikum, yatu kondisi kelompok yang belum dapat berkembang dan belum dapat menjawab permasalahan untuk meningkatkan pendapatan, hal tersebut berkaitan dengan kurangnya kemmapuan kelompok bhakti ibu untuk mendayagunakan kelompoknya dalam pengentasan kemiskinan. Kegiatan refleksi awal dilakukan dengan menggunakan teknik penggalian informasi melalui observasi, wawancara, diskusi kelompok dan studi dokumentasi
        1. Perencanaan
Setelah mengetahui dan mendapatkan hasil refleksi awal, maka langkah selanjutnya melakukan perencanaan pelaksanaan program yang merupakan upaya untuk mengembangkankan suatu model pendayagunaan kelompok bhakti ibu dalam pengentasan kemiskinan.
Perencanaan dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu penentuan tujuan, penentuan sasaran, penentuan indikator keberhasilan dan penentuan langkah-langkah kegiatan dari model yang akan dilakukan. Kegiatan perencanaan ini dilakukan dengan mengadakan diskusi.
        1. Implementasi Program
Implementasi program merupakan penjabaran pelaksanaan program pendayagunaan kelompok yang dilakukan melalui kegiatan pelatihan.
Pada proses ini peniliti akan melakukan pengamatan dan observasi dengan memainkan peran sesuai dengan situasi.
        1. Observasi/Evaluasi Akhir
Setelah melakukan proses implementasi maka langkah selanjutnya melakukan proses evaluasi akhir. Kegiatan evaluasi dilakukan terhadap proses dan hasil kegiatan. Pada kegiatan evaluasi proses ditujukan untuk mengetahui ketercapaian aspek-aspek kegiatan pada saat pelaksanaan kegiatan. Sedangkan hasil evaluasi proses ditujukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan program sesuai dengan indicator keberhasilan program yang telah disusun sebelumnya, yaitu terkait aspek inputs (masukan), proses kegiatan (throughputs), aspek keluaran (outputs) dan aspek hasil (outcomes). Indikator ini diaplikasikan sesuai dengan alur penelitian kualitatif.
Kegiatan evaluasi program dilaksanakan melalui teknik observasi, wawancara dan diskusi kelompok terfokus dengan pihak-pihak yang terkait dalam implementasi kegiatan dan akan dipaparkan dalam bentuk data-data kualitatif dan sesuai dengan alur penelitian tindakan.

Pengertian dan Karakteristiknya
Ada beberapa pendapat mengenasi definisi dari Action Research ini. Ada yang beranggapan dan mengartikan penelitian tindakan sebagai penelitian yang dilanjutkan dengan tindakan, atau kegiatan program (tindakan) diikuti dengan penelitian, pendapat ini tidaklah benar!.  Pengertian awam yang agak benar adalah melakukan suatu tindakan sambil meneliti atau meneliti sambil bertindak.  Pendapat mengenai Action Research yang lebih benar lagi adalah meneliti dan bertindak secara simultan.  Uraian berikut ini kiranya dapat memperjelas pengertian yang benar tentang penelitian tindakan.

Definisi penelitian tindakan yang sangat singkat telah dirumuskan oleh Helsey (1972) sebagai berikut:”Penelitian tindakan adalah bentuk intervensi skala kecil dalam Hal berfungsinya dunia nyata ini, dan memeriksa dengan cermat apakah intervensi itu efektif atau tidak”(Iksan,1994:17).  Tentu definisi yang sesingkat ini sangat membantu bagi yang masih awam, tetapi kurang memadai bagi yang ingin tahu lebih lanjut tentang karakteristik dan cara pelaksanaannya.

Konsep Action Research pada awalnya muncul dalam karya seorang ahli psikologi sosial Kurt Lewin (1946) yang mengembangkan dan menerapkannya selama bertahun-tahun serangkaian eksperimen dalam masyarakat Amerika pasca perang dunia.  Ia mendeskripsikan Action Research sebagai langkah- langkah dalam bentuk spiral yang terdiri dari, perencanaan (planning), tindakan (action), dan evaluasi hasil tindakan.  Tiga langkah dalam spiral (siklus yang berulang-ulang) ini merupakan ciri khas utama penelitian tindakan sampai sekarang.
Dalam definisi tersebut terdapat prinsip dilakukan oleh para peserta, yakni para pelaku program (praktis) yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan patisipatoris.  Ini berarti bahwa penelitian tindakan mesti melibatkan pelaku kegiatan program, seperti guru, murid, kepala sekolah, dan sebagainya.  Jika penelitian bermula dari peneliti di luar anggota (partisipan) kelompok yang bersangkutan, penelitian tersebut hanya bisa disebut penelitian tindakan apabila dilaksanakan secara kolaboratif, yakni terjalinnya kerjasama tim peneliti dari luar dengan praktisi di dalam kelompok yang bersangkutan.

Lebih lanjut Kemmis dan Mc. Taggart menulis bahwa dalam dunia pendidikan penelitian tindakan dipergunakan dalam pengembangan School based Curriculum, pengembangan profesional kependidikan, program perbaikan sekolah, dan perencanaan system perencanaan dan kebijakan.   Kemmis dan Mc Taggart mengidentifikasi adanya 17 butir kunci yang mencirikan penelitian tindakan dalam dunia pendidikan, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1.    Penelitian tindakan adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pelaksanaan suatu program dengan jalan melakukan suatu perubahan (intervensi) dan belajar dari pengalaman dalam perubahan yang dilakukan.
2.    Penelitian tindakan adalah penelitian partisipatori, yakni penelitian yang melibatkan para pelaksana program yang bekerja ke arah perbaikan cara-cara kerja mereka.
3.    Penelitian tindakan dilaksanakan melalui self-reflecive spiral, yakni spiral siklus yang berulang yang meliputi: perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan sistematik terhadap tindakan (observing), refleksi (reflecting), dan perencanaan kembali (replanning), dan demikian seterusnya.

4.    Penelitian tindakan adalah collaborative.
5.    Penelitian tindakan menumbuhkan para partisipan dan para kolaborator menjadi komunitas yang kritis ke dalam diri sendiri self-critical communities melalui pengalaman mereka pada semua tahap penelitian tindakan.
6.    Penelitian tindakan merupakan proses belajar yang sistematik, di mana para partisipan bertindak dengan cermat.

Desain Penelitian Tindakan
Ketika membuat rancangan penelitian, prinsip terpenting yang harus dipatuhi adalah dilakukannya kegiatan dalam siklus spiral, baik dalam langka-langkahnya dan juga upaya bekerja secara partisipatoris/kolaboratif dalam semua tahap pelaksanaannya.  Ada tiga pekerjaan pokok dalam membuat rancangan penelitian tindakan, ialah: a) rencana tindakan;  b) pelaksanaan tindakan;  c) observasi dan refleksi terhadap tindakan serta implikasi bagi perbaikan program kegiatan yang diteliti.
Kemmis dan Mc Taggart menggambarkan rancangan umum suatu penelitian tindakan dengan siklus berspiral sebagai berikut:



Keterangan Gambar:

R      =   Rencana tindakan
A & O      =   Aplikasi tindakan dan observasi
Rf      =   Reflesi
RR      =   Revisi Rencana

1.    Rencana Tindakan
Pekerjaaan membuat rencana tindakan meliputi reflesi awal, perumusan masalah, perumusan hipotesis, penetapan dan perumusan rancangan tindakan.

a.    Refleksi Awal
Reflesi awal dilakukan oleh peneliti berkerjasama (berkolaborasi) dengan sejumlah pelaku (terpilih) dalam kegiatan program yang akan diteliti.  Mereka bersama-sama melaksanakan pengamatan pendahuluan dan mencari informasi lain unutk mengenali dan mengetahui kondisi awal.

b.    Perumusan Masalah
Berdasarkan urutan prioritas masalah ditentukan masalah-masalah mana yang akan dipecahkan melalui penelitian tindakan yang akan dilakukan.  Kemudian masalah tersebut dirumuskan secara operasional.  Tahap ini sangat penting karena kesalahan dalam perumusan masalah berarti tidak bisa diharapkan tercapainya pemecahan masalah.

c.    Perumusan Hipotesis
Dalam perumusan hipotesis ada dua kemungkinan.  Pertama, jika tim peneliti sudah merasa yakin (mantap) atas kebenaran rumusan masalahnya, dan yakin pula dengan konsep-konsep pemecahannya, maka peneliti dapat secara langsung merumuskan hipotesis tindakan (action hypothesis).

d.    Perumusan rancangan tindakan
Apabila tim peneliti sudah yakin ata kebenaran rumusan masalah dan hipotesis tindakannya, maka rancangan tindakan dibuat, meliput:
1.    penetapan bukti atau indicator untuk mengukur tingkat pencapaian pemecahan masalah sebagai akibat dilakukannya tindakan tertentu,
2.    penyusunan rancangan tindakan yang akan dipakai sebagai acuan dalam melaksanakan dan mengevaluasi tindakan,
3.    perencanaan metode dan alat yang tepat untuk merekam dan mendokumentasikan semua data dan informasi,
4.    perencanaan metode pengolahan data sesuai dengan sifat data dan kepentingan penelitian.

Rancangan tindakan haruslah memungkinkan pemunculan indicator keberhasilan, pengamatan terhadap indicator, dan pengkajian terhadap setiap perubahan yang terjadi.  Rancangan tindakan beserta implikasinya bersifat tentative dan dipergunakan secara fleksibel.  Peneliti dituntut selalu siap dan adaptif dalam menghadapi tuntutan perubahan atas rancangan tindakannya.

2.    Pelaksanaan Tindakan
Implikasi dari prinsip partisipatoris/kolaboratif dalam penelitian tindakan adalah fungsi penelitian yang rangkap, yakni fungsi penelitian (ilmiah) dan fungsi tindakan (praktis).  Dalam pemecahan masalah yang lebih besar atau kompleks, praktisi perlu kerjasama dengan peneliti, atau sebaliknya peneliti perlu kerjasama dengan praktisi dalam bentuk kolaborasi.  Dalam konteks peneliti mengajak praktisi untuk secara kolaboratif melakukan sebuah penelitian tindakan, maka peranan pihak peneliti lebih kurang sebagai berikut:

a.    Merancang intervensi (tindakan), mengkomunikasikan, mendiskusikan dan mengasosiasikan dengan praktis (pelaku kegiatan program) yang akan menjadi subyek sasaran.
b.    Kerjasama dengan praktisi melaksanakan rancangan tindakan sesuai dengan hasil tahap sebelumnya.  Pada tahap ini peneliti dituntut untuk memberikan pengarahan, motivasi, dan rangsangan kepada semua personil yang melakukan kegiatan program yang berkaitan dengan pelaksanaan tindakan.
c.    Melakukan pengamatan secara sadar, kritis, dan obyektif dalam memantau pelaksanaan tindakan.  Pengamatan pemantauan ini secara komprehensif diharapkan dapat mengenali dan merekam dengan lengkap gejala-gejala baik yang memang direncanakan mau pun yang tidak direncanakan, yang cenderung mempertinggi mau pun yang menurunkan efektivitas tindakan.


3.    Observasi, Refleksi, Dan Implikasi
Tahap ini mencakup dua langkah: (a) observasi dan pemantauan, serta (b) refleksi dan implikasi.

a.    Observasi dan pemantauan
Observasi di sini dimaksudkan sebagai kegiatan untuk mengenali, merekam, dan mendokumentasikan semua gejala indicator dari proses dari hasil yang dicapai, perubahan yang terjadi, baik yang ditimbulkan oleh tindakan terencana mau pun efek sampingan, mau pun bahkan pada efek sampingannya.  Pemantauan merupakan bagian dari evaluasi, tetapi lebih ditekankan pada:(1) seberapa jauh pelaksanaan intervensi sesuai dengan rencana yang telah tersusun sebelumnya; (2) seberapa jauh proses yang terjadi dapat diharapkan menuju pasaran yang diharapkan.  Dengan pemantauan diharapkan gejala ketidakberhasilan atau kesalahan dalam rancangan tindakan dapat terdeteksi sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan modifikasi rancangan tindakan.
Kegiatan observasi dan pemantuan dapat diteruskan menjadi evaluasi dalam arti yang lebih luas.  Dalam evaluasi yang lebih luas ini peneliti mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan informasi secara lebih seksama sehingga dapat diandalkan untuk membuat keputusan terhadap tindakan, antara lain keputusan tentang diteruskan tanpa perubahan, diteruskan dengan modifikasi, diganti dengan tindakan lain, atau dihentikan sama sekali.  Evaluasi yang baik adalah evaluasi yang dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan terhadap kesesuaian (kontingensi, konsistensi) antara aspek-aspek konteks, input, proses, dan produk.  Evaluasi dimaksudkan juga untuk mengkaji kesepadanan (kongruensi) antara rencana tindakan dan pelaksanaan tindakan.
Ketiga, evaluasi memerlukan pendekatan yang tepat, misalnya bagian mana yang dievaluasi secara kuantitatif dan bagian mana secara kualitatif.  Efektivitas, efisiensi, dan pemerataan biasanya menuntut indikator yang dapat didekati secara kuantitatif, sedangkan kecukupan memerlukan pendekatan subyektif kualitatif.  Indikator pencapaian hasil atau dampak yang ditimbulkan oleh intervensi tindakan biasanya dapat diukur secara kuantitatif, sedangkan indikator proses atau mekanisme terjadinya perubahan diukur secara induktif kualitatif.  Keempat, sifat kepentingan yang memerlukan layanan informasi ikut menentukan sasaran, cara, dan waktu pelaksanaan evaluasi, akan tetapi tidak boleh ikut menentukan hasil evaluasi.  Misalnya pemantauan implementasi, diharapkan dapat memberi informasi tentang  seberapa jauh suatu rencana tindakan dapat diteruskan atau dimodifikasi, harus dilakukan secara lengkap sejak awal proses implementasi tersebut.

b.    Refleksi
Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya intervensi tindakan.  Refleksi juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan tim peneliti dalam penelitian tindakan, demikian pula bagi personil lain yang dilibatkan dalam proses refleksi.  Dengan refleksi ini para subyek sasaran (pelaku kegiatan program, seperti guru dan kepala sekolah) yang terlibat dalam penelitian tindakan, mempunyai banyak kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kritis mereka sehingga di masa yang akan dating mereka dapat menjadi peneliti tindakan yang baik di samping praktisi yang baik pula.

Berikut adalah contoh suatu pelaksanaan siklus penelitian tindakan di dalam kelas yang dilakukan oleh seorang guru.  Bentuk tahapan atau langkah kegiatan mengacu pada gambar siklus pelaksanaan penelitian tindakan di atas!


1.    Pra Penelitian: Siswa saya berpikir bahwa sains berarti menghapal fakta dan bukan merupakan sebuah proses inkuiri.  Bagaimana saya dapat menstimulasi pemahaman inkuiri pada siswa saya?  Mengganti kurikulum? Ganti cara bertanya saya?  Tetap pada strategi bertanya yang biasa dilakukan?
2.    Perencanaan: Ubah strategi bertanya menjadi mendorong siswa untuk mengeksplore jawaban dan meminta mereka untu  membentuk pertanyaan mereka sendiri!
3.    Pelaksanaan: Rekam pertanyaan dan tanggapan siswa menggunakan kaset untuk 2 kali kegiatan belajar, dengan maksud melihat apa yang sedang terjadi, dan dengan tetap mencatat kesan saya dalam buku harian.
4.    Hasil Observasi: Cobalah mengajukan pertanyaan dan biarkan siswa menyatakan apa yang mereka maksud/rasakan, apa yang menarik mereka.
5.    Refleksi: Pertanyaan menggali saya tertanggu oleh kebutuhan saya untuk mengontrol cara kelas bereaksi.
6.    Perbaikkan Rencana: Lanjutkan tujuan utama tapi kurangi jumlah pertanyaan control.
7.    Pelaksanaan: Rekam dalam kaset pertanyaan dan pernyataan-pernyataan kontrol.   Catat dalam buku harian efek dari perilaku siswa.
8.    Hasil Observasi: Gunakan sedikit pernyataan kontrol untuk 2 pertemuan.
9.    Refleksi:  Inkuiri berkembang, tetapi siswa jadi tidak teratur.  Bagaimana saya menjaga agar mereka tetap tertib?  Melalui diskusi dan saling mendengarkan di antara mereka, selidiki pertanyaan-pertanyaan mereka?  Kegiatan belajar apa yang dapat membantu?

Metode Pengumpulan Data
Penelitian action research adalah salah satu jenis penelitian kualitatif, dimana sebagian besar data yang didapat dalam penelitian ini adalah data ujaran, hasil percakapan para personil yang terlibat dalam penelitian, dan tidak selalu dikonversikan dalam bentuk angka.  Oleh karena itu, metode pengumpulan datanya juga harus sesuai dengan jenis data yang akan dicari.  Beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian action research adalah sebagai berikut.
1.    Wawancara.  Melalui wawancara diperoleh data mengenai pendapat-pendapat siswa, guru atau subjek-subjek penelitian tertentu mengenai apa yang terjadi, dirasakan dan bahkan diduga oleh para resxpponden.
2.    Observasi.  Bentuk metode seperti ini dapat berupa catatan lapangan, anekdotal, learning logs, table Flanders dsb  Datanya dapat berupa tulisan langsung, audio atau audio-video.  Melalui observasi ini peneliti/guru dapat membuat catatan hasil pengamatannya selama proses pelaksanaan tindakan berlangsung, apa saja yang terjadi selama dan bahkan juga dapat memasukkan unsure-unsur dugaan atau pandangan terhadap apa yang terjadi.
3.    Dokumentasi.  Kegiatan ini biasanya berupa pengumpulan data-data pendukung, seperti skor nilai, hasilan tangan siswa selama tes atau wawancara, foto-foto selama pelaksanaan tindakan, catatan orang tua, portofolio dsb.

Kesemua metode di atas sebaiknya diterapkan secara simultan dalam pelaksanaan penelitian.  Hal itu dimaksudkan agar data yang diperoleh dari sebuah metode keabsahannya dapat didukung oleh data dari hasil metode yang lain.  Validasi data semacam ini akan sangat membentu peneliti untuk meyakinkan diri bahwa temuan atau pelaksanaan tindakan yang dilakukan telah sesuai atau ada pada jalur yang diharapkan.

Validasi Data Hasil Temuan Penelitian
Peneliti/guru perlu meyakinkan diri bahwa hasil temuan dan perubahan yang dilakukannya adalah benar dan sesuai dengan keadaan di lapangan/kelas.  Pengecekan keabsahan/validitas data diperlukan untuk hal tersebut, dan triangulasi adalah salah satu cara dalam menerangkan dan menyimpulkan data dengan melibatkan pendapat/hasil pengamatan tiga pihak, yaitu guru, siswa dan pengamat/pembimbing.  Melakukan pengulangan untuk mengecek keyakinan suatu temuan juga atau memperpanjang waktu dapat juga dilakukan untuk memberi keyakinan bahwa data yang diperoleh itu benar adanya.

Kesimpulan
Demikianlah uraian mengenai konsep penelitian kecil yang disebut Action Research.  Begitu pentingnya penguasaan jenis penelitian kecil ini, sehingga sebaiknya setiap guru menguasai tehnik melakukan penelitian ini untuk menyelesaikan dan memperbaiki PEMBELAJARAN ataupun manajemen kelasnya sehingga menjadikan PEMBELAJARAN lebih disukai siswa.


DAFTAR PUSTAKA

BUKU :
Anderson, Din S. & Biddle, Bruce J. (1991). Knowledge for Policy:Improving Education through Research. London: The Palmer Press.

Carr, Wilfred & Kemmis, Stephen (1986).  Becoming Critical: Education, Knowledge, and Action Research.

Deakin University (1990).  The Action Research Reader.  Geelong, Victoria: Deakin University.

Hasan, M. Zaini (1994).  Pengertian dan Desain Penelitian Tindakan. Disajikan pada Lokakaryua Penelitian Tindakan di IKIP PGRI Malang. 12 Nopember 1994.

Hopkins, David (1993).  Teacher’s Guide to Classroom Research.  Buckingham,  Philadelphia: Open University Press.

Iksan Wasesa (1994).  Wawasan dan Konsep Dasar Penelitian Tindakan Pendidikan.  Makalah untuk Lokakarya Pelatihan Penelitian Tindakan di IKIP Yogyakarta.

Kemmis, Stephen & Mc Taggart, Robin (1988).  The Action Research Planner. Geelong Victoria:  Deakin University.

McNiff, Jean.  Jack Whitehead(2002). Action Research: Principles and Practice. 2nd Edition. London: Routledge&Palmer.

McTaggart, Robin (1991).  Action Research: A Short Modern History.  Geelong, Victoria:  Deakin University.

Sumarno (1994).  Desain Penelitian Tindakan.  Makalah untuk Lokakarya Pelatihan Penelitian Tindakan di IKIP Yogyakarta.

Sumarno (1994).  Penyusunan Laporan dan Rekomendasi Penelitian Tindakan.  Makalah untuk Lokakarya Pelatihan Penelitian Tindakan di IKIP Yogyakarta.

Winter, Richard (1989).  Learning from Experience:  Principles and Practice in Action Research.  London:  The Palmer Press.

Sumber lain : 
https://chandrax.wordpress.com/.../action-research-penelitian-tindakan/
5 Jul 2008  oleh Yusmarni,  Widyaiswara Muda pada Balai Diklat Keagamaan Padang




Tidak ada komentar:

Posting Komentar