Minggu, 29 September 2013

COMMUNITY ORGANIZATION / COMMUNITY DEVELOPMENT

CO/CD merupakan metode pekerjaan sosial yang melakukan intervensi pada tingkat komunitas (macro practice). Dalam Social Work Dictionary, Pengorganisasian Masyarakat (CO) diartikan sebagai suatu proses intervensi yang dilakukan oleh pekerja sosial dan atau profesi lain dalam rangka menolong individu, kelompok, dan masyarakat yang mempunyai kepentingan bersama dan berada dalam suatu daerah tertentu. Tujuan pertolongannya untuk memecahkan masalah sosial dan meningkatkan kesejahteraan sosial melalui usaha bersama yang terencana.
          Pengembangan Masyarakat (CD) adalah upaya yang dilakukan oleh profesional dan penduduk setempat untuk meningkatkan ikatan sosial diantara anggota masyarakat, meningkatkan motivasi warga masyarakat agar mampu menolong diri mereka sendiri, mengembangkan tanggung jawab kepemimpinan lokal, dan menciptakan atau merevitalisasi institusi lokal

1.    Taktik dan Tehnik dalam Pengembangan Sosial Masyarakat
Taktik dapat diartikan sebagai cara yang digunakan dalam menerapkan metoda, sedangkan tehnik merupakan alat bantu yang digunakan dalam pelaksanaan taktik. Dalam pengembangan sosial masyarakat, taktik yang digunakan adalah Kolaborasi, Kampanye dan Kontes (Netting, 1993:250). Taktik kolaborasi menunjukkan adanya hubungan antara kedua sistem yaitu sistem sasaran dengan sistem pelaksana perubahan, yang mana kedua sistem tersebut saling menyetujui dilakukannya perubahan.

Kampanye merupakan taktik yang digunakan ketika sistem sasaran harus diyakinkan terlebih dahulu tentang pentingnya perubahan. Taktik kampanye dapat dilakukan dengan syarat bahwa antara sistem sasaran dan sistem pelaksana perubahan masih terjadi komunikasi. Dengan demikian sistem pelaksana perubahan masih mungkin untuk memberikan penjelasan dengan tujuan untuk meyakinkan sistem sasaran

Kontes merupakan taktik yang digunakan apabila terjadi perlawanan dari sistem sasaran terhadap perubahan dan atau alokasi sumber dan tidak memungkinkan lagi dilakukan komunikasi. Pemilihan terhadap taktik yang tepat dapat berpengaruh terhadap keberhasilan intervensi yang dilakukan oleh pekerja sosial.

Dalam mengaplikasikan metoda CO/CD, digunakan beberapa tehnik sebagai alat bantu yang terdiri dari MPA, TOP, FGD, Interview dan Observasi. MPA (Metode Partisipatori Asesmen) merupakan tehnik yang digunakan untuk menilai kebutuhan secara partisipatif. Dalam hal ini kebutuhan disampaikan menurut perspektif sistem sasaran.

TOP merupakan alat yang digunakan untuk menyusun rencana kerja pemecahan masalah yang dilakukan secara partisipatif. Tehnik ini juga digunakan untuk mempersiapkan Tim Kerja Masyarakat dalam memecahkan permasalahan. FGD (Focus Group Discussion) merupakan suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok.  MPA, TOP dan FGD merupakan tehnik partisipatif dalam pelaksanaan metoda CO/CD.

Selain tehnik partisipatif, dalam aplikasi metode CO/CD digunakan juga tehnik non partisipatif seperti interview dan observasi. Penggunaan interview dan observasi merupakan alat klarifikasi terhadap informasi yang diperoleh dari penggunaan metode partisipatif.
2. Model-model Pengembangan Masyarakat
Rothman dan Tropman dalam Suharto ( 1997 : 293-295 ) mengemukakan 3 model dalam pengembangan masyarakat yang meliputi Pengembangan Masyarakat Lokal ( Locality Development ), Perencanaan Sosial ( Social Planning ), dan  model Aksi Sosial ( Social Action ).
a.  Pengembangan Masyarakat Lokal
Pengembangan Masyarakat Lokal merupakan proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri (United Nation, 1955 dalam Suharto, 1997:294 ). Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai sistem klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan. LD pada dasarnya proses interaksi antara anggota masyarakat setempat yang di fasilitasi oleh pekerja sosial. Pekerja sosial membantu meningkatkan kesadaran dan kemampuan mereka dalam mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan.

Pengembangan Masyarakat Lokal / LD lebih berorientasi pada tujuan proses (Procces Goal) dari pada tujuan tugas atau tujuan hasil (Task or product Goal). Setiap anggota masyarakat bertanggung jawab untuk menentukan tujuan dan memilih strategi yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut pengembangan kepemimpinan lokal, peningkatan strategi kemandirian, peningkatan informasi, komunikasi, relasi dan keterlibatan anggota masyarakat inti dari proses LD ini.

b.   Perencanaan Sosial
Perencanaan Sosial merupakan proses pragmatis untuk menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu. Perencanaan sosial merupakan proses yang lebih berorientasi pada tujuan tugas. Sistem klien SP pada umumnya adalah kelompok-kelompok yang kurang beruntung (disadvantaged groups) atau kelompok rawan sosial ekonomi, seperti para lanjut usia, orang cacat, janda, yatim piatu, wanita atau pria tunasosial, dst. 

Pekerja sosial berperan sebagai perencana sosial yang memandang mereka sebagai “konsumen” atau “penerima pelayanan”. Keterlibatan para penerima pelayanan dalam proses pembuatan kebijakan, penentuan tujuan, dan pemecahan masalah bukan merupakan prioritas.Karena pengambilan keputusan dilakukan oleh para pekeja sosial di lembaga-lembaga formal, semisal lembaga kesejahteraan sosial (Depsos), Peradilan (Depkeh), Pembangunan desa (Bangdes), kesehatan (Depkes), atau kependudukan (BKKBN).

Para perencana sosial dipandang sebagai ahli yang melakukan serangkaian kegiatan meliputi penelitian, identifikasi dan analisis masalah dan kebutuhan, melaksanakan dan mengevaluasi program pelayanan yang diberikan. Klien dipandang sebagai kelompok yang kurang beruntung yang tidak mempunyai kemampuan sehingga perlu mendapatkan pertolongan. Dalam merencanakan suatu program pelayanan klien tidak dilibatkan.
c.   Aksi Sosial
Aksi sosial merupakan model pengembangan masyarakat yang bertujuan untuk melakukan perubahan-perubahan yang mendasar dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses pendistribusian kekuasaan (distrition of power), sumber (distribution of resources) dan pengambilan keputusan (distribution of decision making). Model aksi sosial didasari oleh sutu pandangan bahwa masyarakat merupakan korban dari adanya ketidak adilan struktur. 

Dengan kata lain bahwa masyarakat menjadi tidak berdaya karena disengaja oleh struktur yang berlaku. Mereka miskin karena dimiskinkan, mereka lemah karena dilemahkan, dan tidak berdaya karena tidak diperdayakan oleh kelompok elit masyarakat yang menguasai sumber- sumber ekonomi, politik, dan kemasyarakatan. Aksi sosial berorientasi pada tujuan proses dan tujuan hasil. Masyarakat diorganisir melalui proses penyadaran pemberdayaan dan tindakan-tindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip demokratis, kemerataan (equality) dan keadilan (equity).

Sumber :

  1. Rudhitho, Bambang, 2003, Akses Peran Serta Masyarakat"Lebih jauh Memahami Coomunity Development", IKAPI, Jakarta
  2. Team BDS 12, 1999, Soscial Group Work, Community Oraganization and Community and Sosial Case Work, Kopma STKS, Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar