Minggu, 29 September 2013

DIMENSI KEMISKINAN



   DIMENSI KEMISKINAN
Menurut  Ellis G.P.R yang dikutip oleh ICMI Pusat (1995:31)  dimensi-dimensi kemiskinan terkait dengan  (1) dimensi ekonomi yaitu sandang. Pangan, perumahan, kesehatan, (2) dimensi sosial dan budaya; yaitu; kantong-kantong kemiskinan, aapatis, fatalistik, etidakberdayaan, (3) dimensi struktural atau politik, yakni tidak memiliki sarana plitik, tidak memiliki kekuatan politik dan berada dalam status paling bawah.
Menurut  David Cox yang dikutip Edi Suharto (2009:1-6) membagi kemiskinan dalam beberapa dimensi:
a.           Kemiskinan yang diakibatkan oleh globalisasi. Globalisasi melahirkan negara pemenag dan negara kalah. Pemenang umumnya adalah negara-negaramaju. Sedangkan negara-negara berkembang seringkali terpinggirkan oleh persaingan dan pasar beas yang meruakan prasyarat globalisasi
b.          Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan sus sitem (kemiskinan akibat rendahnya pembangunan, kemiskinan perdesaan (kemiskinan akibat eminggiran perdesaan dalam proses pembangunan) kemiskinan perkotaan (kemiskinan yang disebabkan oleh hakekat dan kecepatan pertumbhan dan perkotaan)
c.           Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak dan kelompok minoritas akibat kondisi sosial yang tidak menguntungkan mereka seperti bias genjer, diskriminasi atau eksploitasi ekonomi.
d.          Kemiskinan konsekuensi. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau faktor eksternal di luar si miskin, seperti konflik, bencana lam, kerusakan, lingkungan dan tingginya jumlah penduduk.
Menurut  Lembaga penelitian SMERU dan badan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (BKPK) yang dikutip oleh Depatremen Sosial (2003:7-8) yang dimaksudkan dengan dimensi kemiskinan  sebagai berikut:
a.             Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang dan papan)
b.            Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi dan transportasi)
c.             Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga)
d.            Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal.
e.             Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan keterbatasan sumber alam.
f.             Tidak dilibatkan dalam kegiatan sosial masyarakat.
g.            Tidak adanya akses terhadap lapangan pekerjaan dan mata penharian yang berkesinambungan
h.            Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
i.              Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan terpencil)

Menurut Edi Suharto (2008:15-18)  kemiskinan sejatinya menyangkut pula dimensi material, sosial, kultural, institusional, dan struktural. Secara konseptual kemiskinan dapat diakibatkanbatkan oleh empat faktor, yakni :
a.                  Faktor Individual.
         Tekait dengan aspek patologis, termasuk konidisi fisik dan patologis si miskin. Orang miskin oleh perilaku, pilian atau emampuan dari si miskin itu sendiri dalam enghadapi kehidupan.
b.                 Faktor Sosial.
         Kondisi-kondisi lingkungan sosial yang menjebak seseorang menjadi miskin. Misalnya diskriminasi berdasarkan usia, jender, etnis menyebabkan seseorang menjadi miskin keluarga si miskin yang biasanya menyebabkan kemiskinan antar generasi.
c.                  Faktor Kultural.
         Kondisi atau kualitas budaya yang menyebabkan kemiskinan. Faktor ini secara khusus sering menunjuk pada konsep “ kemiskinan struktural” atau “budaya kemiskinan”yang menghbungkan kemiskinan dengan dengan kebiasan hidup atau mentalis.
d.                 Faktor Struktural.
         Menunjuk pada struktur atau sistem yang tidak adil, tidak sensitif dan tidak accesible sehingga menyebabkan seseorang atau sekelompok orang menjadi miskin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar