Metoda RRA digunakan untuk
pengumpulan informasi secara akurat dalam waktu yang terbatas ketika keputusan
tentang pembangunan perdesaan harus diambil segera. Dewasa ini banyak program
pembangunan yang dilaksanakan sebelum adanya kegiatan pengumpulan semua
informasi di daerah sasaran. Konsekuensinya, banyak program pembangunan yang
gagal atau tidak dapat diterima oleh kelompok sasaran meskipun program-program
tersebut sudah direncanakan dan dipersiapkan secara matang, karena masyarakat
tidak diikutsertakan dalam penyusunan prioritas dan pemecahan masalahnya.
Pada dasarnya, metoda RRA merupakan
proses belajar yang intensif untuk memahami kondisi perdesaan, dilakukan
berulang-ulang, dan cepat. Untuk itu diperlukan cara kerja yang khas, seperti
tim kerja kecil yang bersifat multidisiplin, menggunakan sejumlah metode, cara,
dan pemilihan teknik yang khusus, untuk meningkatkan pengertian atau pemahaman
terhadap kondisi perdesaan.
Cara kerja tersebut tersebut dipusatkan pada pemahaman pada tingkat komunitas lokal yang digabungkan dengan pengetahuan ilmiah. Komunikasi dan kerjasama diantara masyarakat desa dan aparat perencana dan pelaksana pembangunan (development agent) adalah sangat penting, dalam kerangka untuk memahami masalah-masalah di perdesaan. Di samping itu, metoda RRA juga berguna dalam memonitor kecenderungan perubahan-perubahan di perdesaan untuk mengurangi ketidakpastian yang terjadi di lapangan dan mengusulkan penyelesaian masalah yang memungkinkan.
Cara kerja tersebut tersebut dipusatkan pada pemahaman pada tingkat komunitas lokal yang digabungkan dengan pengetahuan ilmiah. Komunikasi dan kerjasama diantara masyarakat desa dan aparat perencana dan pelaksana pembangunan (development agent) adalah sangat penting, dalam kerangka untuk memahami masalah-masalah di perdesaan. Di samping itu, metoda RRA juga berguna dalam memonitor kecenderungan perubahan-perubahan di perdesaan untuk mengurangi ketidakpastian yang terjadi di lapangan dan mengusulkan penyelesaian masalah yang memungkinkan.
Menurut James Beebe (1995), metoda
RRA menyajikan pengamatan yang dipercepat yang dilakukan oleh dua atau lebih
pengamat atau peneliti, biasanya dengan latar belakang akademis yang berbeda.
Metoda ini bertujuan untuk menghasilkan pengamatan kualitatif bagi keperluan
pembuat keputusan untuk menentukan perlu tidaknya penelitian tambahan dalam
merencanakan dan melaksanakan kegiatan.
Metoda RRA memiliki tiga konsep dasar yaitu; (a) perspektif sistem, (b) triangulasi dari pengumpulan data, dan (c) pengumpulan data dan analisis secara berulang-ulang (iterative).
Metoda RRA memiliki tiga konsep dasar yaitu; (a) perspektif sistem, (b) triangulasi dari pengumpulan data, dan (c) pengumpulan data dan analisis secara berulang-ulang (iterative).
2. Metoda Participatory Rural Appraisal (PRA)
Konsepsi dasar pandangan PRA adalah
pendekatan yang tekanannya pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan
kegiatan. Metoda PRA bertujuan menjadikan warga masyarakat sebagai peneliti,
perencana, dan pelaksana program pembangunan dan bukan sekedar obyek
pembangunan. Kritik PRA terhadap pembangunan adalah bahwa program-program
pembangunan selalu diturunkan "dari atas" (top down) dan
masyarakat tinggal melaksanakan.
Proses perencanaan program tidak melalui suatu 'penjajagan kebutuhan' (need assesment) masyarakat, tetapi seringkali dilaksanakan hanya berdasarkan asumsi, survei, studi atau penelitian formal yang dilakukan oleh petugas atau lembaga ahli-ahli penelitian. Akibatnya program tersebut sering tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat dan tidak adanya rasa memiliki terhadap program itu.
Dengan PRA, yakni dengan partisipasi masyarakat keadaan itu diperbaiki dan juga keterampilan-keterampilan analitis dan perencanaan dapat dialihkan kepada masyarakat. Dengan demikian secara bertahap ketergantungan pada pihak luar akan berkurang dan pengambilan prakarsa dan perumusan program bisa berasal dari aspirasi masyarakat (bottom up).
Proses perencanaan program tidak melalui suatu 'penjajagan kebutuhan' (need assesment) masyarakat, tetapi seringkali dilaksanakan hanya berdasarkan asumsi, survei, studi atau penelitian formal yang dilakukan oleh petugas atau lembaga ahli-ahli penelitian. Akibatnya program tersebut sering tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat dan tidak adanya rasa memiliki terhadap program itu.
Dengan PRA, yakni dengan partisipasi masyarakat keadaan itu diperbaiki dan juga keterampilan-keterampilan analitis dan perencanaan dapat dialihkan kepada masyarakat. Dengan demikian secara bertahap ketergantungan pada pihak luar akan berkurang dan pengambilan prakarsa dan perumusan program bisa berasal dari aspirasi masyarakat (bottom up).
Metoda PRA didasarkan pada
penyempurnaan dan modifikasi dari metoda AEA (Agroecosystems Analysis) dan RRA
(Rapid Rural Appraisal) yang dilakukan oleh kalangan LSM dan peneliti yang
bekerja di wilayah Asia dan Afrika. Walaupun ada beberapa kesamaan antara
metoda PRA dan RRA, tetapi ada perbedaan secara mendasar.
Metoda RRA penekannya adalah pada kecepatannya (rapid) dan penggalian informasi oleh órang luar. Sedangkan metoda PRA penekannya adalah pada partisipasi dan pemberdayaan. Menurut Robert Chambers (1987) PRA lebih cocok disebut sebagai metoda dan pendekatan-pendekatan jamak daripada metoda dan pendekatan tunggal, dan PRA adalah menu yang menyajikan daftar metoda dan teknik terbuka dan beragam.
Dengan penekanannya pada partisipasi, maka metoda PRA mempunyai prinsip-prinsip: belajar dari masyarakat, orang luar sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku, saling belajar dan saling berbagi pengalaman, keterlibatan semua kelompok masyarakat, bebas dan informal, menghargai perbedaan dan triangulasi.
Metoda RRA penekannya adalah pada kecepatannya (rapid) dan penggalian informasi oleh órang luar. Sedangkan metoda PRA penekannya adalah pada partisipasi dan pemberdayaan. Menurut Robert Chambers (1987) PRA lebih cocok disebut sebagai metoda dan pendekatan-pendekatan jamak daripada metoda dan pendekatan tunggal, dan PRA adalah menu yang menyajikan daftar metoda dan teknik terbuka dan beragam.
Dengan penekanannya pada partisipasi, maka metoda PRA mempunyai prinsip-prinsip: belajar dari masyarakat, orang luar sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku, saling belajar dan saling berbagi pengalaman, keterlibatan semua kelompok masyarakat, bebas dan informal, menghargai perbedaan dan triangulasi.
Metoda PRA dibangun
berdasarkan (a) kemampuan- kemampuan masyarakat desa setempat, (b) penggunaan
teknik-teknik fasilitatif dan partisipatoris, dan (c) pemberdayaan masyarakat
desa setempat dalam prosesnya (Khan and Suryanata, 1994). Metoda PRA pada
umumnya digunakan untuk mengevaluasi 4 (empat) macam proses, yaitu: (1)
appraisal dan perencanaan secara partisipatoris, (2) pelaksanaan, pemantauan,
evaluasi program secara partisipatoris, (3) penyelidikan berbagai topik
(seperti; manajemen sumber daya alam, keamanan pangan, kesehatan, dan
lain-lain), (4) pelatihan dan orientasi untuk peneliti dan masyarakat desa.
Alat-alat yang digunakan dalam metoda PRA serupa dengan yang digunakan dalam metoda RRA, tetapi berbeda dalam tingkat partisipasi dari masyarakat desa dalam praktik di lapangan. Tidak seperti dalam RRA, masyarakat desa yang dilibatkan dalam PRA memainkan peran yang lebih besar dalam pengumpulan informasi, analisis data dan pengembangan intervensi seperti pada program-program pengembangan masyarakat yang didasarkan pada pengertian terhadap program secara keseluruhan.
Proses ini akan memberdayakan masyarakat dan memberi kesempatan kepada mereka untuk melaksanakan kegiatan dalam memecahkan masalah mereka sendiri yang lebih baik dibanding dengan melalui intervensi dari luar.
Alat-alat yang digunakan dalam metoda PRA serupa dengan yang digunakan dalam metoda RRA, tetapi berbeda dalam tingkat partisipasi dari masyarakat desa dalam praktik di lapangan. Tidak seperti dalam RRA, masyarakat desa yang dilibatkan dalam PRA memainkan peran yang lebih besar dalam pengumpulan informasi, analisis data dan pengembangan intervensi seperti pada program-program pengembangan masyarakat yang didasarkan pada pengertian terhadap program secara keseluruhan.
Proses ini akan memberdayakan masyarakat dan memberi kesempatan kepada mereka untuk melaksanakan kegiatan dalam memecahkan masalah mereka sendiri yang lebih baik dibanding dengan melalui intervensi dari luar.
3. Metode Partisipatory Assesment ( MPA )
MPA
adalah suatu teknik dalam pengembangan masyarakat dengan memfasilitasi
masyarakat untuk mengidentifikasi situasi-situasi, kondisi, masalah sosial yang
dialami oleh masyarakat setempat, penyebab dari masalah tersebut serta
mengidentifikasi potensi dan sumber yang dimiliki. Teknik ini dimaksudkan untuk
memancing partisipasi masyarakat yang enggan, takut atau malu mengungkapkan
ide.
Langkah-langkah MPA :
Langkah-langkah MPA :
- Menemukenali masalah/kebutuhan : a)Pemetaan wilayah dan akses kepemilika. b) Klassifikasi kesejahteraan, c) Masalah individu, kelompok, dan masyarakat yang dihadapi, d) Sejarah perkembangan wilayah dan Observasi lapangan
- Menemukenali potensi atau sumber: a) Potensi rumah tangga setiap keluarg, b) Waktu yang dapat digunakan secara produktif, c) Sarana dan prasarana umum, d) System nilai masyarakat dan Kebiasaan pengambilan keputusan
- Menganalisis masalah/kebutuhan dan potensi: a) Mengkaji masalah dan penyebab, b) Hubungan kausalitas, c) Menentukan focus masalah, d) Mencari prioritas masalah, e) Melihat faktor pendukung dan penghambat dan f) Kemungkinan sumber dan potensi yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah
- Memilih solusi pemecahan masalah: a) Mencegah timbulnya masalah yang lebih jauh, b) Memobilisasi sistem sumber dan potensi, c) Menentukan alternatif pemecahan masalah dan Pertemuan masyarakat untuk menentukan skenario tindakan
Klasifikasi Kesejahteraan
- Adalah suatu proses untuk mencari definisi tentang tingkat kesejahteraan suatu masyarakat berdasarkan kaca mata masyarakat itu sendiri (kearifan lokal)
- Bahwa di dalam masyarakat terjadi strata sosial
- Strata tersebut akan didefinisikan oleh masyarakat itu sendiri
- Masyarakat akan menganalisa strata mana yang paling banyak populasinya dan mengapa demikian
- Kearifan lokal à bahwa masyarakat punya pemaknaan terhadap apa yang mereka lihat dan rasakan tentang kesejahteraannya.
T u j u a n :
- Memberi pembelajaran dan penyadaran kepada masyarakat tentang tingkat kesejahteraan komunitasnya
- Memberi pembelajaran kepada masyarakat untuk menilai tingkat kesejahteraannya sediri
4. Technology
of Participation ( ToP )ToP adalah teknik
perencanaan pengembangan masyarakat secara partisipatif, sehingga semua pihak
memiliki kesempatan yang sama untuk mengemukakan ide dan mengapresiasi ide
orang lain.
Alur Diskusi :
Alur Diskusi :
a.Tahap I :
Diskusi
- Tahap diskusi merupakan dialog yang dipandu dengan serangkaian pertanyaan yang dipandu oleh fasilitator
- Pertanyaan yang diajukan ada pada empat tingkat kesadaran yaitu : objective, reflektive, interpretative, decisional. Disingkat ORID
3) Struktur
ini memungkinkan peserta untuk menjelajah dari hal yang dangkal sampai
pemahaman yang mendalam
b. Tahap II :
Lokakarya: a) Tahap ini merupakan cara untuk
memfasilitasi pemikiran-pemikiran di dalam kelompok tentang pokok-pokok bahasan
tertentu menjadi suatu keputusan dan tindakan yang sifatnya terfokus dan b) Tahap ini merupakan cara yang efektif
untuk membangun konsensus dalam menyusun tindakan bersama
c. Tahap III
: Perumusan Rencana Tindak: a) Merupakan
gabungan dari tahap diskusi dan tahap lokakarya
dan b) Tujuannya
adalah tersusunnya rencana tindakan nyata untuk kurun waktu tertentu dan
disertai dengan tugas-tugas dan tanggungjawab yang diuraikan secara bersama.
5. SKENARIO FGD
A. TAHAP PERSIAPAN.
- Menyiapkan/menetapkan peserta
- Peserta diskusi terdiri dari anggota
- Diharapkan hadir sekurang-kurangnya 75% anggotA
- Menyepakati tanggal, waktu, tempat dan didiskusikan dengan pimpinan
- Membuat dan menyebarkan undangan.
- Menyiapkan bahan dan logistik (alat tulis, instrumen penelitian, ruangan, tempat duduk, dan konsumsi)
- Menyiapkan notulen (menunjuk orang yang bisa mencatat dengan baik dan dipersiapkan dua orang dengan tujuan saling bisa mengoreksi kekurangan pencatatan proses diskusi ).
B. TAHAP PROSES DISKUSI
- Memulai diskusi (durasi: 15 menit )
- Pembukaan acara ( Mahasiswa memperkenalkan diri dan meminta audiens mengenalkan diri).
- Penjelasan maksud , tujuan, tema dan alat yang akan digunakan dalam FGD ( durasi: 30 menit).
- Mengemukakan Maksud FGD
- Mengemukaan Tujuan FGD
- Penawaran waktu diskusi/ kesepakatan waktu.
- Memotivasi partisipasi dari seluruh peserta FGD untuk mengungkapkan pendapat mereka masing-masing.
- Menjelaskan alat/matriks yang akan digunakan sebelum diskusi.
C. PELAKSANAAN DISKUSI ( durasi: 90 menit )
- Penggunaan matriks diskusi mekanisme pengelolaan raskin dilaksanakan dengan menggunakan matriks. Jawaban yang dipilih pada setiap item dilakukan dengan cara menulis pada kertas dan dtempelkan di dinding, kenudian dikelompokkan dengan jawaban yang sama.
- Bloking dan distribusi: Fasilitator pada saat diskusi sedang berjalan berfungsi meminimalisir pendapat dari seseorang yang dominan dengan mnggunakan bahasa halus untuk mengalihkan dominasi dan di distribusikan ke anggata lain.
- Refokus: Dalam diskusi kemungkinan timbul pengungkapan masalah-masalah yang melebar, tugas dari fasilitator dalam situasi ini memfokuskan kembali kesepakatn diskusi atau pembahasan masalah dan bukan pembahasan masalah yang lain.
- Melerai perdebatan: Dalam diskusi dengan kelompok sasaran kemungkinan terjadi perdebatan pendapat, tugas fasilitator adalah memahami perbedaan-perbedaan pendapat yang mungkin timbul dan tidak memihak kepada siapapun melalui kesepakatan dengan satu suara atau sepakat untuk tidak sepakat, meskipun demikian akan ditujukan kecenderungan umum.
- Reframing
- Apabila ada usulan baru yang masih berkaitan dengan hal diatas maka perlu untuk diperhatikan dan cermati.
- Menyusun kembali rencana
6. Menegosiasi
waktu: Fasilitator mengingatkan waktu yang dipergunakan untuk
diskusi dan apabila waktu yang dipergunakan ternyata telah habis dari waktu
yang tertera di undangan sementara pemba -san belum selesai para anggota masih
ada, maka perlu ditawarkan kembali untuk menambah waktui diskusi kelompok
terfokus.
D. MENUTUP ( durasi :15 menit )
- Menyimpulkan.
- Mengucapkan terima kasih.
Sumber :
- Adimihardjo, Kusnaka dan harry Hikmat, 2004, Participatory Reseach Appraisal" Dalam Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat". Humaniora Utama Perss, Bandung
- Irwanto, 1998, Focus Group Discusion (FGD), Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.
Kerja dimana Ka?
BalasHapusmakasih buat sharing nya?
Angkatan berapa? Hehehe
Julvians21@gmail.com.
BalasHapusThks Ka
slamat pagi...mba bekerja sbg PNS dan masalah ankatan berapa cq email saja ya..thank
BalasHapusade sendiri angkatan berapa?...klo Ade di STKS jurusan apa?...oke brow met beraktivitas
BalasHapusTerimakasih Ibu, sangat membantu untuk kami saat Praktikum III. Sehat selalu Ibu, Semangat:)
BalasHapusIbu apakah FGD ini termasuk ke dalam teknologi yang bisa digunakan dalam kegiatan musrenbang?
BalasHapus