KEMISKINAN DITINJAU DARI PENDEKATAN TEORI EKONOMI
Teori yang berbasis pada teori
ekonomi antara lain melihat kemiskinan sebagai akibat dari kesenjangan
kepemilikan faktor produksi, kegagalan kepemilikan, kebijakan yang bias ke
perkotaan, perbedaan kualitas sumberdaya manusia, serta rendahnya pembentukan
modal masyarakat atau rendahnya perangsang untuk penanaman modal. Disisi lain,
pendekatan sosio –antropologis menekankan adanya pengaruh budaya yang cenderung
melanggengkan kemiskinan (kemiskinan kultural).
Di
sisi lain terdapat pandangan proses pemiskinan sebagai akibat kebijakan yang
bias perkotaan. Lipton dan Vyas (1981) mengajukan konsep ‘urban bias’ dalam
menjelaskan mengapa terjadi kemiskinan di negara sedang berkembang.
Menurut Lipton dan Vyas: “Small, interlocking urban elites – comprising mainly businessmen, politicians,
bureaucrats, trade-union leaders and supporting staff of professionals,
academics and intelectuals – can in a modern state substantially control the
distribution of resources”. Bias perkotaan ini dipercaya oleh Lipton, karena
menurutnya memang terdapat antagonisme antara penduduk perdesaan dan perkotaan,
dimana yang pertama ditandai dengan kemiskinan.
Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan jika pembangunan yang hanya diarahkan ke perkotaan akan
mengakibatkan semakin memburuknya kehidupan penduduk miskin di perdesaan. Dan megakibatkan kesenjangan antara desa dan kota.
Akibatnya kemiskinan akan lebih banyak terdapat di desa mengingat di desa
sangat minim akan tersedianya sistem sumber industri sebab pembangunan
industri-industri lebih diarahkan pada kota. Hal ini pula yang mengakibatkan
sumber daya manusia di desa melakukan urbanisasi ke kota demi pemenuhan
kebutuhan di sector pekerjaan.
Untuk mengatasi kecenderungan yang negatif
seperti itu, Lipton berpendapat bahwa negara sedang berkembang seharusnya
mengarahkan kegiatan investasinya ke sumberdaya utama yang mereka miliki –
yakni pertanian yang padat karya (labour intensive).
Dalam rangka dukungannya untuk
mengurangi bias perkotaan, Lipton dan Vyas berpendapat bahwa sektor perdesaan
adalah “pengguna investasi terbatas” yang lebih responsif dari pada sector
perkotaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar