DIMENSI
KEMISKINAN
Menurut Ellis G.P.R yang dikutip oleh ICMI Pusat
(1995:31) dimensi-dimensi kemiskinan
terkait dengan (1) dimensi ekonomi yaitu
sandang. Pangan, perumahan, kesehatan, (2) dimensi sosial dan budaya; yaitu;
kantong-kantong kemiskinan, aapatis, fatalistik, etidakberdayaan, (3) dimensi
struktural atau politik, yakni tidak memiliki sarana plitik, tidak memiliki
kekuatan politik dan berada dalam status paling bawah.
Menurut David Cox yang dikutip Edi Suharto (2009:1-6)
membagi kemiskinan dalam beberapa dimensi:
a.
Kemiskinan yang diakibatkan
oleh globalisasi. Globalisasi melahirkan negara pemenag dan negara kalah.
Pemenang umumnya adalah negara-negaramaju. Sedangkan negara-negara berkembang
seringkali terpinggirkan oleh persaingan dan pasar beas yang meruakan prasyarat
globalisasi
b.
Kemiskinan yang berkaitan
dengan pembangunan. Kemiskinan sus sitem (kemiskinan akibat rendahnya
pembangunan, kemiskinan perdesaan (kemiskinan akibat eminggiran perdesaan dalam
proses pembangunan) kemiskinan perkotaan (kemiskinan yang disebabkan oleh
hakekat dan kecepatan pertumbhan dan perkotaan)
c.
Kemiskinan sosial.
Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak dan kelompok minoritas akibat
kondisi sosial yang tidak menguntungkan mereka seperti bias genjer,
diskriminasi atau eksploitasi ekonomi.
d.
Kemiskinan konsekuensi.
Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau faktor eksternal di
luar si miskin, seperti konflik, bencana lam, kerusakan, lingkungan dan
tingginya jumlah penduduk.
Menurut Lembaga penelitian SMERU dan badan Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan (BKPK) yang dikutip oleh Depatremen Sosial (2003:7-8)
yang dimaksudkan dengan dimensi kemiskinan
sebagai berikut:
a.
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang
dan papan)
b.
Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya
(kesehatan, pendidikan, sanitasi dan transportasi)
c.
Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk
pendidikan dan keluarga)
d.
Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun
massal.
e.
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan keterbatasan sumber
alam.
f.
Tidak dilibatkan dalam kegiatan sosial masyarakat.
g.
Tidak adanya akses terhadap lapangan pekerjaan dan mata penharian
yang berkesinambungan
h.
Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
i.
Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar,
wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan
terpencil)
Menurut Edi Suharto
(2008:15-18) kemiskinan sejatinya
menyangkut pula dimensi material, sosial, kultural, institusional, dan
struktural. Secara konseptual kemiskinan dapat diakibatkanbatkan oleh
empat faktor, yakni :
a.
Faktor Individual.
Tekait dengan aspek patologis, termasuk konidisi fisik dan
patologis si miskin. Orang miskin oleh perilaku, pilian atau emampuan dari si
miskin itu sendiri dalam enghadapi kehidupan.
b.
Faktor Sosial.
Kondisi-kondisi lingkungan sosial yang menjebak seseorang menjadi
miskin. Misalnya diskriminasi berdasarkan usia, jender, etnis menyebabkan
seseorang menjadi miskin keluarga si miskin yang biasanya menyebabkan
kemiskinan antar generasi.
c.
Faktor Kultural.
Kondisi atau kualitas budaya yang menyebabkan kemiskinan. Faktor
ini secara khusus sering menunjuk pada konsep “ kemiskinan struktural” atau
“budaya kemiskinan”yang menghbungkan kemiskinan dengan dengan kebiasan hidup
atau mentalis.
d.
Faktor Struktural.
Menunjuk pada struktur atau sistem yang tidak adil, tidak sensitif
dan tidak accesible sehingga menyebabkan seseorang atau sekelompok orang
menjadi miskin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar