Dengan kata lain, di satu
sisi penerapan pendekatan ini berhasil membangun akumulasi kapital yang cukup
besar, namun di sisi lain juga telah menciptakan proses kesenjangan secara
simultan, baik kesenjangan desa oleh kota, maupun kesenjangan antar kelompok
dimasyarakat. Proses perkembangan ekonomi perdesaan di Indonesia tidak terlepas
dari pengaruh pendekatan tersebut, meskipun demikian terdapat elemen-elemen
dasar yang menjadi penentu ekonomi perdesaan dan sumberdaya alam sebagai
primer-movernya dan menjadi pola dasar kehidupan masyarakat perdesaan.
Kesenjangan tingkat
kesejahteraan masyarakat pada dasarnya diakibatkan oleh faktor (1)
sosialekonomi rumah-tangga atau masyarakat, (2) struktur kegiatan ekonomi
sektoral yang menjadi dasar kegiatan produksi rumah-tangga atau masyarakat, (3)
potensi regional (sumberdaya alam & lingkungan dan infrastruktur) yang
mempengaruhi perkembangan struktur kegiatan produksi, dan (4) kondisi
kelembagaan yang membentuk jaringan kerja produksi dan pemasaran pada skala
lokal, regional dan global. Salah satu issu yang dihadapi dalam pembangunan
perdesaan adalah penurunan kualitas hidup, ketersediaan sarana dan prasarana, ketidakmampuan
institusi ekonomi menyediakan kesempatan usaha, lapangan kerja, serta
pendapatan yang memadai, yang saling berkaitan dan sangat kompleks.
Dengan demikian untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut, perlunya peningkatan produktivitas yang
sesuai dengan karakteristik perdesaan. Sedangkan pertumbuhan dan perkembangan
wilayah perdesaan berkaitan dengan bidang usaha pertanian yang mendominasi
perdesaan. Dalam dua dekade terakhir ini terdapat perubahan struktur lapangan
usaha di bidang pertanian, sehingga terjadi kecenderungan penurunan di sektor
pertanian, terutama dari segi lapangan usaha penduduk dan ketanagakerjaan. Dari
kondisi ini maka akan membawa perubahan struktur di bidang sosial-ekonomi dan
kelembagaan masyarakat perdesaan.
Hambatan dalam pengembangan
ekonomi perdesaan tidak saja dihadapkan pada pergeseran dari pertanian ke non
pertanian yang menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat perdesaan, tetapi
juga modernisasi pola usaha tani secara terpadu serta pengembangan institusi
ekonomi perdesaan yang belum sepenuhnya dibangun secara konsisten. Persoalan
institusi ekonomi perdesaan bukan menjadi faktor satu-satunya, faktor modal
juga menjadi kendala dalam mendukung pengembangan investasi perdesaan. Masalah
pokok yang dihadapi dalam pembangunan perdesaan adalah proses kemiskinan
masyarakat perdesaan sebagai akibat kebijakan-kebijakan yang tidak mendukung.
Kelompok penduduk miskin yang berada di
masyarakat pedesaan, umumnya berprofesi sebagai buruh tani, petani gurem,
pedagang kecil, nelayan, pengrajin kecil, buruh dan pengangguran. Adisasmita
(2006) menjelaskan bahwa kemiskinan di desa seringkali dihubungkan dengan
kepemilikan lahan dan ternak, khususnya ternak yang dapat digunakan untuk
mengolah sawah, baru kemudian dihubungkan dengan kemampuannya untuk
menyekolahkan anak.
Selanjutnya Adisasmita (2006) menjelaskan
tentang :
1.Indikator kemiskinan pedesaan
Masyarakat
desa dapat dikatakan miskin jika salah satu indikator berikut ini terpenuhi
seperti ; (1) kurang kesempatan memperoleh pendidikan; (2) memiliki lahan dan
modal pertanian yang terbatas; (3) tidak adanya kesempatan menikmati investasi
di sektor pertanian; (4) tidak terpenuhinya salah satu kebutuhan dasar (pangan,
papan, perumahan); (5) berurbanisasi ke kota; (6) menggunakan cara-cara
pertanian tradisional; (7) kurangnya produktivitas usaha; (8) tidak adanya
tabungan; (9) kesehatan yang kurang terjamin; (10) tidak memiliki asuransi dan
jaminan sosial; (11) terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme dalam
pemerintahan desa; (12) tidak memiliki akses untuk memperoleh air bersih; (13)
tidak adanya partisipasi dalam pengambilan keputusan publik.
2.Penyebab kemiskinan pedesaan
Ada
tiga faktor kritis yang mempengaruhi terjadinya kemiskinan di pedesaan, yaitu
cepatnya laju pertumbuhan penduduk, semakin sempitnya lahan pertanian, dan
semakin sempitnya kesempatan kerja yang ada dan terbuka. Terjadinya ketimpangan
antara tenaga kerja dan faktor tanah disebabkan oleh tekanan pertambahan
penduduk yang tinggi dengan sumber daya alam yang terbatas.
Sumber: "Chambers, Alih Bahasa Dawam Rahardjo, Pembangunan Desa "Mulai dari Belakang", LP3ES
Sumber: "Chambers, Alih Bahasa Dawam Rahardjo, Pembangunan Desa "Mulai dari Belakang", LP3ES
Tidak ada komentar:
Posting Komentar