Konsepsi dasar pandangan PRA adalah
pendekatan yang tekanannya pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan
kegiatan. Metoda PRA bertujuan menjadikan warga masyarakat sebagai peneliti,
perencana, dan pelaksana program pembangunan dan bukan sekedar obyek
pembangunan. Kritik PRA terhadap pembangunan adalah bahwa program-program
pembangunan selalu diturunkan "dari atas" (top down) dan
masyarakat tinggal melaksanakan.
Proses perencanaan program tidak melalui suatu
'penjajagan kebutuhan' (need assesment) masyarakat, tetapi seringkali
dilaksanakan hanya berdasarkan asumsi, survei, studi atau penelitian formal
yang dilakukan oleh petugas atau lembaga ahli-ahli penelitian. Akibatnya
program tersebut sering tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat dan tidak
adanya rasa memiliki terhadap program itu. Dengan PRA, yakni dengan partisipasi
masyarakat keadaan itu diperbaiki dan juga keterampilan-keterampilan analitis
dan perencanaan dapat dialihkan kepada masyarakat. Dengan demikian secara
bertahap ketergantungan pada pihak luar akan berkurang dan pengambilan prakarsa
dan perumusan program bisa berasal dari aspirasi masyarakat (bottom up).
Metoda PRA didasarkan pada
penyempurnaan dan modifikasi dari metoda AEA (Agroecosystems Analysis) dan RRA
(Rapid Rural Appraisal) yang dilakukan oleh kalangan LSM dan peneliti yang
bekerja di wilayah Asia dan Afrika. Walaupun ada beberapa kesamaan antara
metoda PRA dan RRA, tetapi ada perbedaan secara mendasar. Metoda RRA penekannya
adalah pada kecepatannya (rapid) dan penggalian informasi oleh órang
luar. Sedangkan metoda PRA penekannya adalah pada partisipasi dan pemberdayaan.
Menurut Robert Chambers (1987) PRA lebih cocok disebut sebagai metoda dan
pendekatan-pendekatan jamak daripada metoda dan pendekatan tunggal, dan PRA
adalah menu yang menyajikan daftar metoda dan teknik terbuka dan beragam.
Dengan penekanannya pada partisipasi, maka metoda PRA mempunyai
prinsip-prinsip: belajar dari masyarakat, orang luar sebagai fasilitator dan
masyarakat sebagai pelaku, saling belajar dan saling berbagi pengalaman,
keterlibatan semua kelompok masyarakat, bebas dan informal, menghargai
perbedaan dan triangulasi.
Metoda PRA dibangun
berdasarkan (a) kemampuan- kemampuan masyarakat desa setempat, (b) penggunaan
teknik-teknik fasilitatif dan partisipatoris, dan (c) pemberdayaan masyarakat
desa setempat dalam prosesnya (Khan and Suryanata, 1994). Metoda PRA pada
umumnya digunakan untuk mengevaluasi 4 (empat) macam proses, yaitu: (1)
appraisal dan perencanaan secara partisipatoris, (2) pelaksanaan, pemantauan,
evaluasi program secara partisipatoris, (3) penyelidikan berbagai topik
(seperti; manajemen sumber daya alam, keamanan pangan, kesehatan, dan
lain-lain), (4) pelatihan dan orientasi untuk peneliti dan masyarakat desa.
Alat-alat yang digunakan dalam metoda PRA serupa dengan yang digunakan dalam
metoda RRA, tetapi berbeda dalam tingkat partisipasi dari masyarakat desa dalam
praktik di lapangan. Tidak seperti dalam RRA, masyarakat desa yang dilibatkan
dalam PRA memainkan peran yang lebih besar dalam pengumpulan informasi,
analisis data dan pengembangan intervensi seperti pada program-program
pengembangan masyarakat yang didasarkan pada pengertian terhadap program secara
keseluruhan.
Proses ini akan memberdayakan masyarakat dan memberi kesempatan
kepada mereka untuk melaksanakan kegiatan dalam memecahkan masalah mereka
sendiri yang lebih baik dibanding dengan melalui intervensi dari luar.
Sumber : Adimihardja, Kusnaka dan Harry Hikmat, 2004, Participatory Research Appraisal," dalam Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat" Humaniora Utama Perss, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar