Rabu, 25 Maret 2015

HUMAN BEHAVIOR & SOCIAL ENVIRONMENT/HBSE ...(TERJEMAHAN dari Understanding Human Behavior and Social Environment Charles Zastrow Dkk))

PENTINGNYA DASAR PENGETAHUAN DALAM TUJUAN DAN PROSES PEKERJAAN SOSIAL
Sebelum kita memahami apa itu HBSE dan bagaimana kaitannya dengan profesi pekerjaan sosial, terlebih dahulu kita akan menyinggung  bahwa sebenarnya pekerja sosial mempunyai tiga tugas utama dalam kaitannya dengan proses pemecahan masalah klien, yaitu:
  1. Pekerja sosial menolong orang untuk memecahkan masalah mereka dan mampu menangani situasi mereka.
  2. Pekerja sosial mampu bekerja dengan memanfaatkan sistem yang ada, seperti sosial agency, organisasi, komunitas dan birokrasi pemerintahan, sehingga orang dapat memiliki akses yang lebih baik atas sumber-sumber dan pelayanan yang mereka butuhkan.
  3. Pekerja sosial mampu menghubungkan individu dengan sistem sehingga individu memiliki sendiri akses  terhadap sumber dan peluang (Bair dan Federico,1978, hal.68). Sasaran dari pekerjaan sosial tidak hanya bagaimana individu berdaya, namun juga bagaimana sistem yang ada dan individu-individu saling mempengaruhi satu sama lain.
Dari tiga tugas utama yang harus dilakukan oleh pekerja sosial tersebut, dapat disimpulkan bahwa fokus intervensi dari seorang pekerja sosial tidaklah hanya ditujukan pada orang yang bermasalah saja, tetapi difokuskan juga pada bagaimana situasi sosial kliennya, karena situasi sosial tersebut dapat mempengaruhi atau sebagai sumber terjadinya permasalahan, dimana dalam konsep pekerjaan sosial kita kenal dengan pendekatan ganda (dualistic approach). Dalam hal ini, bagaimana agar pekerja sosial dapat memahami klien dan situasi sosialnya secara baik tentunya harus didukung dengan teori-teori atau pengetahuan yang mempelajari bagaimana individu tersebut bertingkah laku dalam suatu lingkungannya, apa motivasi-motivasi yang mendasarinya dan bagaimna aksi maupun reaksi dari suatu lingkungan sosialnya. Semua pengetahuan tersebut akan dipelajari dalam pengetahuan human behavior of social environment ( HBSE ). Bahkan dapat disimpulkan bahwa HBSE merupakan pengetahuan pokok atau dasar yang harus dimiliki oleh pekerja sosial baik dalam mengasses masalah klien maupun menentukan rencana pelayanan dari klien. Pekerja sosial perlu memiliki dasar pemahaman tingkah laku manusia sehingga mereka dapat menolong klien dalam mengenali dan memilih alternatif pemecahaan masalah kliennya.
SIGNIFIKIANSI ATAU PENTINGNYA DASAR PENGETAHUAN DALAM KEGIATAN ASESMENT
Ada beberapa langkah dasar dari praktek pekerjaan sosial yang sering kali dilakukan yang meliputi : Pertama, masalah atau situasi dipetakan dan dimengerti ( assesmen yang dibuat atas situasi problematik ). Kedua, rencana tindakan khusus yang dibuat atau disusun dimana tujuannya akan dipilih secara spesifik. Ketiga, intervensi diaktualkan atau rencana tindakan dilaksanakan. Ini merupakan “tindakan” dari proses assesmen. Termasuk menyelenggarakan konseling individual atau bekerja dengan masyarakat dan organisasi yang lebih luas untuk merubah kebijakan yang sanggup mengakomodir kebutuhan klien. Keempat, evaluasi atas perkembangan pemecahan masalah. Apakah tujuan yang diharapkan dengan kebutuha klien dapat selaras?. Kelima, proses pekerjaan sosial yang disebut dengan terminasi atas intervensi yang dilakukan. Ini merupakan pengakhiran proses atas apa yang telah dilayani (Krist Ashman & Hull, 1999).
Assesmen yang akurat merupakan langkah penting  dalam proses pekerjaan sosial (Sheafor,horejsi & horejsi, 1977). Informasi atas masalah atau situasi diperlukan untuk dapat ditelaah dan ditafsirkan. Assesmen juga meliputi pengetahuan dan asumsi dasar tentang tingkah laku manusia. Pekerja sosial perlu memiliki dasar pemahaman tingkah laku manusia sehingga mereka dapat menolong klien dalam mengenali dan memilih alternatif. Bartlett (1970) menyebut sebagai panduan dasar pada pekerjaan sosial. Ini meliputi nilai-nilai umum misalnya keyakinan yang dimiliki masing-masing individu, hak untuk menentukan apa yang boleh dan tidak didalam kehidupan diri mereka sendiri.
Dampak Sistem Dalam Lingkungan
Lingkungan sangatlah penting didalam menganalisa dan memahami perilaku manusia, sehingga kita perlu mulai mendefinisikan konsep-konsep tentang prilaku. Pekerjaan sosial memfokuskan pada interaksi diantara individu dan beragam sistem dalam lingkungan. Secara perspektif konseptual pekerjaan sosial memberikan perwujudan simbol-simbol atau gambar-gambar dari bagaimana memandang dunia. Teori-teori sistem menyediakan pendekatan yang luas untuk memahami dunia dan bisa diterapkan pada berbagai latar belakang masyarakat. Penggabungan teori-teori sistem dengan perspektif ekologi kadang kala mengacu pada teori ekosistem. (Beckett and Jhonson,1955; Krist-Ashman,2000). Di dalam perspektif  ini orang dipandang sebagai sesuatu yang terlibat secara tetap dalam melakukan interaksi dengan berbagai sistem dalam lingkungannya. Ini meliputi keluarga, teman, pekerjaan, pelayanan sosial, pemerintah agama, barang dan jasa, dan sistem pendidikan. Teori sistem memandang orang secara dinamis terlibat dengan sistem lainnya. Praktek pekerjaan sosial diarahkan pada perbaikan interaksi antara klien dan sistem.
TEORI-TEORI SISTEM DAN RELEVANSINYA BAGI PEKERJAAN SOSIAL
Sejumlah istilah penting untuk dipahami dari teori sistem dan kaitannya dengan praktek pekerjaan sosial. Ini meliputi sistem, boundaries, subsistem, homeostatis ,rule, relationship, input, output, feedback, interface, differentiation, entropy, negative entropy dan equifinality. Kata-kata kunci / konsep kunci tersebut secara singkat mempunyai pengertian sebagai berikut :
Sistem : seperangkat elemen yang teratur dan berinterrelasi untuk membuat berfungsinya ssistem tersebut secara keseluruhan. Sebuah bangsa, Depsos dan pasangan yang baru menikah merupakan contoh dari sebuah sistem.
Boundaries : sejumlah perilaku yang secara berulangkali  berkaitan dengan sistem dan memberi sistem identitas secara khusus. Chaess & Norlin (1991) menjelaskan boundaries didefinisikan sebagai subyek sistem. Didefinisikan juga sebagai peran-peran yang terdahulu yang akan dilakukan dengan membandingkan sistem. Boundaries juga aksis antara pekerja perlindungan sosial dalam lembaga pelayanan sosial dan mereka yang bekerja dalam bantuan keuangan. Ini secara teratur dan berinterrelasi dalam kelompok yang secara khusus boundaries tanggungjawab sosial yang dirancang mereka dengan klien yang mereka layani.
Subsistem : sistem sekunder atau bagian dari sebuah sistem. Bisa dipandang sebagai bagian sistem yang lebih kecil di dalam sistem yang lebih luas. Kelompok dari para pekerja sosial didalam lembaga pelayanan sosial yang lebih luas membentuk satu subsistem dan pekerja bantuan keuangan. Demikian juga. Subsistem-subsistem ini merupakan bagian dari boundaries yang dirancang yang masih merupakan bagian dari sistem yang lebih luas.
Homeostatis : kecenderungan dari sistem untuk memelihara stabilitas relatif, kondisi keseimbangan yang tetap. Jika sesuatu mengganggu keseimbangan, sistem akan menyesuaikan dirinya dan menstabilkan kembali seperti semula. Sistem keluarga yang seimbang merupakan sesuatu yang berfungsi melanjutkan fungsinya dan tinggal bersama.  Keseimbangan dalam lembaga pelayanan sosial adalah dimana bekerja untuk memelihara keberlangsungan keberadaannya. Bagaimanapun juga baik keluarga maupun agen pelayanan sosial memerlukan berfungsinya keseimbangan sebaik atau seefektif mungkin. Homeostatis berarti juga memelihara status quo. Terkadang status quo itu bisa tidak efektif, tidak efisien ataupun bermasalah serius.
Role : sejumlah perilaku yang diharapkan secara kultural dari individu dalam relasi sosial yang spesifik. Norlin & Chess (1997,hal.56) Setiap individu yang terlibat dalam sebuah sistem memiliki sebuah peran/role didalam sistem tersebut.
Relationship : pertukaran emosi yang saling menguntungkan; interaksi yang dinamis dan hubungan perilaku pikiran dan perasaan diantara dua atau  lebih orang atau sistem (Barker,1999 hal. 407). Sebagai contoh pekerja sosial bisa memiliki hubungan profesional dengan klien. Mereka berkomunikasi dan berinteraksi supaya mengetahui kebutuhan-kebutuhan kliennya. Relationship mungkin berada diantara sistem-sistem diberbagai level. Klien mungkin bisa memiliki sebuah hubungan dengan suatu lembaga; lembaga itu mungkin mempunyai relationship dengan lembaga lainnya.
Input : meliputi aliran energi informasi, ataupun komunikasi yang diterima dari sistem-sistem lainnya. Orang tua mungkin menerima input dari kepala sekolah anak-anak mereka. Lembaga pelayanan publik mungkin menerima masukan/input dari negara dalam bentuk pembiayaan. 
Output : apa yang terjadi setelah input diproses oleh beberapa sistem. Istilah output secara kualitas berbeda dengan outcome, sebuah istilah yang sering digunakan dalam pendidikan pekerjaan sosial. Output adalah istilah yang lebih umum untuk hasil dari sebuah proses. Outcome merupakan variabel-variabel yang secara khusus/spesifik yang bisa diukur untuk maksud evaluasi. Sebagai contoh outcome untuk lembaga pelayanan sosial yang disebutkan diatas mungkin termasuk penurunan penggunaan ketergantungan zat adiktif pada klien, peningkatan komunikasi didalam anggota keluarga yang menerima treatment, dan penurunan penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol oleh murid-murid yang menerima penyuluhan napza. Output merupakan apa yang dilakukan dimana bisa atau tidak memiliki nilai. Outcome mengukur efek positif dari sebuah proses sistem.
Feedback : Bentuk khusus dari input. Ini meliputi sistem penerimaan informasi tentang performen input itu sendiri. Manakala hasilnya merupakan numpan balik negatif, sistem bisa memilih untuk mengkoreksi penyimpangan atau kesalahan dan kembali pada keadaan yang lebih seimbang.
Positive feedback : Sistem penerimaan informasi tentang apa yang sedang dilakukan secara tepat untuk memelihara dirinya. Terdapat 97% pada ujian sejarah menyediakan tingkat keenam dengan informasi bahwa ia  telah menguasai sebagian besar bahan uji tersbut.
 Interface : menunjuk pada dimana dua sistem (termasuk individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas) bertemu untuk melakukan kontak satu sama lain ataupun berkomunikasi.
Differrentiation : kecenderungan sistem untuk bergerak dari hal yang lebih sederhana menuju pada hal yang lebih kompleks. Hubungan-hubungan situasi dan interaksi cenderung mendapatkan hal-hal yang lebih kompleks pada suatu waktu tertentu. Sebagai contoh kehidupan pada suatu keluarga setiap hari akan bertambah pengalaman baru. Informasi baru dan pilihan-pilihan baru tergali. Sehingga kehidupan keluarga tersebut menjadi lebih kompleks. Terakhir, pada lembaga pelayanan sosial meneruskan program dan kebijakannya itu akan dibangun  lebih rinci.
Entropy : kecenderungan dari sistem untuk berkembang kearah disorganisasi, kemunduran, kematian. Tak satupun yang abadi. Orang bertambah umur dan selanjutnya mati. Keluarga muda bertambah tua dan kemudian anak-anaknya meninggalkan untuk memulai keluarga baru mereka. Saat waktu berlalu lembaga dan sistem yang lebih tua lambat laun akan diganti oleh lembaga dan sistem yang baru.
Negatif entropy :  proses dari sebuah sistem menuju pertumbuhan dan perkembangan. Ini adalah kebalikan dari entropy. Individu berkembang secara fisik,inteleknya dan emosinya ketika ia tumbuh. Lembaga pelayanan sosial tumbuh dan mengembangkan klien dan program-program baru.
Equifinality :  merujuk pada fakta yang mana ada banyak perbedaan sarana atau cara untuk tujuan yang sama. Adalah penting untuk tidak terpaku pada satu cara berfikir. Di banyak situasi selalu ada alternatif. Beberapa bisa lebih baik daripada yang lainnya. Tapi, tidak ada yang memiliki alternatif. Sebagai contoh ketika pekerja sosial akan memerlukan sumber-sumber untuk sebuah keluarga dapat mengambil dari berbagai sistem sumber yang ada. Ini bisa meliputi bantuan keuangan, sewa perumahan, makanan, bantuan uang, atau pemberian khusus. Anda harus bisa memilih diantara alternatif-alternatif yang tersedia dari berbagai lembaga yang ada. 
 Perspektif Ekologi : Konsep-konsep penting
Dalam perspektif ini  memandang suatu pendekatan yang terintegrasi antara  teori-teori sistem dan konsep-konsep ekologi. Teori ekosistem adalah teori sistem yang biasa digunakan untuk menjelaskan dan menganalisa orang  dan sistem kehidupan lainnya serta transaksi-transaksi diantara mereka (Beckett & Jhonson,1995 hal.139). Keduanya berfokus pada sistem sebuah keluarga. Dibawah ini beberapa istilah utama yang dikenal dalam perspektif ekologi.
Social Environtment. Lingkungan sosial meliputi kondisi,keadaan dan interaksi manusia yang mencakup kehidupan manusia. Individu perlu memiliki interaksi yang efektif dengan lingkungannya agar supaya bertahan dan terus hidup.Lingkungan ssosial mencakup setting aktual yang masyarakat dan kebudayaan .Lingkungan sosial juga mencakup individu-individu, kelompok, organisasi, dan sistem dimana orang datang melakukan kontak termasuk keluarga, teman, kelompok pekerjaan dan pemerintahan. Lembaga-lembaga sosial seperti rumah sakit,perumahan, panti sosial dan sistem pendidikan dan aspek-aspek lainnya merupakan lingkungan sosial ini.
Transaksi. Orang berkomunikasi dan berinteraksi dengan yang lainnya dalam lingkungan mereka. Interaksi ini disebut sebagai transaksi. Transaksi merupakan sesuatu yang aktif dan dinamis sebab kadangkala dikomunikasikan atau dipertukarkan. Transaksi bisa positif atau negatif.
Energi. Energi adalah kekuatan alamiah dari keterlibatan aktif antara orang dengan lingkungan mereka. Energi bisa mengambil bentuk dari input ataupun output. Input adalah bentuk dari energi yang masuk dalam kehidupan seseorang dan menambah pada kehidupannya.. Sebaliknya output adalah suatu bentuk energi yang keluar dari kehidupan seseorang atau mengambil sesuatu yang jauh dari dirinya,misalnya orang tua memberikan sejumlah energi kasih sayang kepada anak-anak mereka.
Interface. Interface di dalam perspektif ekologi adalah serupa dengan yang ada di dalam teotiri sistem. Ini adalah poin pasti yang mana interaksi antara individu dan lingkungan mengambil tempat. Selama assesmen interface harus jelas terfokus supaya sasaran interaksi perubahan dapat memadahi. Perspektif ekologi bagaimanapun juga berbeda didalam kecenderungan untuk menekankan perhatian individual dan kelompok kecil seperti keluarga. Ini lebih sulit untuk menerapkan konsepsi perspektif ekologi dari interface yang meliputi hanya sistem-sistem yang lebih luas, seperti komunitas dan organisasi sistem.
Adaptasi.Adaptasi merujuk pada kapasitas untuk penyesuaian terhadap kondisi lingkungan yang mengelilinginya. Adaptasi menyebabkan perubahan. Orang harus berubah atau beradaptasi pada kondisi baru dan keadaan agar supaya kelanjutan keberfungsian berjalan dengan efektif. Adaptasi biasanya mempersyaratkan energi dalam bentuk usaha. Pekerja sosial sering membantu mengarahkan energi orang pada arah yang lebih produktif.Tidak hanya orang yang dipengaruhi oleh lingkungan mereka,namun lingkungan juga dipengaruhi oleh orang dalam proses adaptasi mereka. Orang merubah lingkungan mereka agar supaya bisa beradaptasi secara maksimal. Adaptasi sering mempunyai proses dua arah, meliputi individu dan lingkungan.
Coping. Coping adalah bentuk dari adaptasi yang membawa dampak upaya untuk menangani masalah. Meskipun adaptasi meliputi respon-respon terhadap kondisi-kondisi yang baru  positif atau  negatif, coping merujuk pada cara orang menghadapi pengalaman-pengalaman negatif dan bagaimana mereka menanganinya. Dalam melakukan coping, orang perlu untuk memperoleh jenis informasi yang mereka perlukan untuk berfungsi secara baik. Orang butuh  ketrampilan coping yang memusatkan pada berfikir tentang dan akan merencanakannya untuk masa depan. Ketrampilan coping termasuk mengenali cara-cara alternatif dari pendekatan terhadap situasi problematik dan mengevaluasi  pro dan kontra dari masing-masing alternatif.
Interdependensi (saling ketergantungan). Konsep ekologi yang terakhir yakni interdependensi, dimana saling percaya pada masing-masing orang  dengan orang lainnya. Seorang individu saling tergantung atau percaya pada individu lain dan kelompok-kelompok dalam lingkungan sosialnya. Seseorang tidak bisa eksis tanpa orang lain.
Keterlibatan orang dalam sistem yang beragam. Interaksi orang dengan berbagai sistem didalam lingkungan mereka membawa dampak dahsyat pada perilaku manusia. Model yang diajukan dalam bacaan ini menekankan pada beberapa aspek dari interaksi ini. Teori ekosistem menyediakan pada kita dasar pemahaman model assesmen kita.
Kita telah membuktikan bahwa orang secara terus menerus dan dinamis terlibat dalam interaksi dengan lingkungan sosial mereka. Assesmen pekerjaan sosial mencoba untuk menjawab pertanyaan apakah situasi khusus ini yang menyebabkan masalah terus berlangsung mekipun kemauan yang diekspresikan oleh klien untuk merubahnya. Pendekatan ekosistem memberi perspektif untuk mengevaluasi banyak aspek dari situasi. Klien dipengaruhi oleh interaksi yang dinamis dengan sistem lainnya dalam lingkungan sosial mereka. Ini meliputi keluarga, kelompok, organisasi, lembaga dan masyarakat.
TINJAUAN, PENILAIAN DAN PEMAHAMAN PERILAKU MANUSIA PADA LEVEL MIKRO, MEZZO DAN MAKRO
Mikro sistem merujuk pada individu, seseorang yang didalamnya terdapat sistem biologi, psikologi dan sistem sosial. Kesemua sistm tersebut saling berinteraksi. Orientasi praktek pekerjaan sosial mikro berfokus pada kebutuhan individu, masalah dan kekuatan-kekuatannya. Juga menekankan bagaimana individu menghadapi masalah, menemukan solusinya,membuat pilihan yang terbaik dan seefektif mungkin. Praktek mikro, meliputi bekerja dengan individu dan meningkatkan keberfungsian sosial seseorang.
Mezzo sistem merujuk pada kelompok kecil termasuk keluarga.kelompok pekerjaan dan kelompok-kelompok sosial lainnya. Kadangkala untuk tujuan assesmen sulit untuk membedakan secara tegas diantara mikro sistem dengan mezzo sistem dimana individu-individu saling terlibat. Ini sebabnya individu terlibat secara utuh berinteraksi dengan yang lainnya. Banyak kasus kita akan menjembatani diantara pusat perhatian mikro sistem dan pusat perhatian mezzo sistem di sisi yang lainnya.
Makro sistem merujuk pada sistem yangh luas ketimbang kelompok-kelompok kecil. Orientasi makro sistem meliputi sosial.politik, dan kondisi ekonomi serta kebijakan-kebijakan yang berpengaruh terhadap keseluruhan orang dalam mengakses sumber-sumber untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Praktek makro dalam pekerjaan sosial termasuk pula perjuangan untuk memperbaiki tatanan sosial dan ekonomi yang melingkupi kehidupan manusia.
Interaksi antara sistem mikro dengan sistem makro.
Sistem mikro individu terus menerus dipengaruhi oleh sistem makro dimana mereka berinteraksi dalam lingkungan sosial. 4 jenis sistem makro utama yang membawa dampak terhadap klien individu : budaya, komunitas, lembaga, dan organisasi. Kesemuanya saling bercampur padu.
Budaya adalah konfigurasi dari sikap-sikap nilai,tujuan, keyakinan spiritual, harapan sosial , seni dan teknologi dan perilaku yang ditujukan pada masyarakat yang lebih luas dimana mereka tinggal. Komunitas merupakan sejumlah orang yang memiliki sesuatu yang sama dimana satu dan lainnya berhubungan diantara satu sama lain.
Lembaga adalah pola perilaku atau kebiasaan dasar dan pola kebudayaan seperti perkawinan, keadilan, kesejahteraan sosial, dan agama. Juga disebut organisasi yang dididirikan untuk masyarakat umum dan memiliki fasilitas –fasilitas seperti penjara. (Baker,1999,hal.24).  
Organisasi adalah kelompok orang yang terstruktur yang datang bersama untuk bekerja mencapai tujuan yang sama dan prestasi yang dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang dibagi kedalam beragam unit-unit yang ada.Organisasi memiliki keanggotaan tertentu secara jelas untuk mengetahui siapa yang masuk dan siapa yang keluar (Daft,2001;Hell Rigel,Slocoum and Woodman,2001).
Hubungan antara sistem Biologi, Psikologi dan Sosial
Kita sudah membuktikan konteks untuk mengukur perilaku manusia yang melibatkan berbagai interaksi pada tingkat mezzo dan makro sistem dalam lingkungan sosial. Ada sistem biologis, psikologis dan sosial yang terjadi secara normal dalam rentang kehidupan individu dan secara terus menerus ketiganya berinteraksi satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh berbagai sistem biologi, psikologi dan sosial terdapat periode yang bisa diprediksi dalam tugas perkembangannya. Kita akan menyebut tiga tema ini (biologi,psikologi dan sosial) secara terpisah berinteraksi dan memiliki dampak pada sistem klien individu.
Bio-Psiko-Sosial Sistem mempengaruhi satu sama lain
Pekerja sosial mestinya tidak hanya berfokus pada satu sistem dan tidak memperhatikan bagaimana masing-masing sistem saling mempengaruhi. Seorang remaja yang mengalami depresi. Meski masalah yang muncul merupakan masalah psikologis, masalah itu berkaitan dengan sistem lainnya. Depresi psikologis menyebabkan ia menarik diri dari yang lainnya dan menjadi terisolir. Sehingga interaksi sosialnya mungkin terpengaruh secara drastis. Ia mungkin menghentikan makan atau olahraga dimana keduanya merupakan hal yang signifikan dalam sistem biologisnya.
Aplikasi Nilai dan Etika pada Pemahaman Sistem Bio-Psiko-Sosial
Pekerja sosial memahami masalah dan berusaha untuk memahami tingkah laku manusia dalam konteks nilai dan etika pekerjaan sosial. The National Association of Social Workers (NASW); Etika-etika Dasar (1996), fokus pada 6 area yang melibatkan bagaimana seharusnya perilaku seorang pekerja sosial dalam peran profesionalnya. Hal tersebut meliputi tanggung jawab etika kepada ; (1) klien (2) kolega (3) dalam setting praktek (4) sebagai professional (5) pada profesi pekerjaan sosial, dan (6) pada masyarakat luas.
Pekerja Sosial harus tetap menjaga hak-hak dan kesejahteraan kliennya. Untuk  kemampuan terbaiknya, pekerja sosial harus berusaha keras memenuhi harapan kliennya melalui prinsip-prinsip dan etika professional, menghormati hak dan kebutuhan orang lain, dan membuat keputusan mengenai benar dan salah sesuai dengan etika profesionalnya, sekalipun sering terjadi dilema etika dalam pelaksaan tugasnya..
Tiga saran yang mendasar sebagai pedoman prosedur kerja pekerja sosial jika terjadi dilema dalam konteks memahami perilaku manusia dalam rangka menempatkan dasar kerja untuk menentukan intervensi apa yang akan diikuti :

  • Tempatkan dasar pengetahuan teoritis dan fakta mengenai perilaku manusia untuk bekerja  (teks ini bermaksud untuk menyiapkan anda dengan beberapa dasar)
  • Identifikasi nilai-nilai anda yang terkait dengan persoalan dan setelah itu bedakan antara nilai-nilai tersebut dengan etika professional.
  • Menimbang pro dan kontra dari setiap alternatif yang memungkinkan bagimu dan klienmu, dan setelah itu laksanakan dengan pilihan alternatif yang menurutmu paling baik.
Nilai-Nilai Pekerjaan Sosial dan Kepekaan pada Kelompok-Kelompok Berbeda.
Kepekaan pada perbedaan manusia adalah sangat penting dalam praktek pekerjaan sosial. Untuk itu, orientasi mungkin pada etnis, ras, atau pada orientasi seksual..Lingkaran kelompok berbeda yang keluar melebihi lingkaran terbesar yakni lingkungan sosial, bagian ini mewakili nilai-nilai dan sikap yang dilakukan kelompok yang tidak dilakukan oleh kelompok lainnya dalam lingkungan.
Lingkaran kecil yang ditengah mewakili jumlah keseluruhan dari peniruan dan penghukuman yang dilakukan oleh orang-orang didalam lingkungan sosial. Fakta bahwa lingkaran kelompok berbeda memotong ke lingkaran peniruan mencerminkan penghukuman yang dilakukan pada kelompok berbeda tersebut pada umumnya.
Lingkaran kelompok yang berbeda juga memotong pada bagian umum lainnya dari lingkaran lingkungan sosial. Kelompok berbeda adalah bagian dari keseluruhan lingkungan sosial. Perpotongan ini mencerminkan persamaan nilai-nilai dan sikap yang ditampilkan dengan orang lain dalam lingkungan sosial.
Dua fokus perspektif disini dicerminkan oleh dua wilayah bernaung. Yang pertama adalah perspektif yang dilakukan oleh kelompok berbeda adalah berbeda dari perspektif orang lain dalam lingkungannya. Yang kedua adalah kesamaan kelompok berbeda dan perilaku peniruan yang ditampilkan dalam lingkungan sosial. Hal ini mewakili penghukuman dimana kelompok berbeda tersebut sebagai subjeknya.
Model Pengaruh Sistem
Model Pengaruh Sistem mengusulkan agar para praktisi pekerjaan sosial tidak hanya bekerja dengan klien untuk memecahkan masalah-masalahnya, tetapi juga bekerja dengan banyak sistem umum lainnya dimana klien terlibat. Model Pengaruh Sistem menekankan bahwa para pekerja sosial harus sering bekerja dalam struktur institusi dan organisasi yang ada atas kepentingan kliennya. Seringkali, target harus diubah atau diperbaiki bagaimana pelayanan diterima dan sumber-sumber didistribusikan. Target perubahan dapat juga terlibat dalam memperbaiki kondisi dan pelayanan yang ada dalam masyarakat.
Gambar 1.5 menggambarkan Model Pengaruh Sistem. Lingkaran-lingkaran mewakili berbagai sistem yang terlibat. Sebagai contoh, tiga lingkaran besar yang berada di atas sistem klien melukiskan sistem makro secara umum yang pengaruhnya sangat kuat pada sistem klien. Tanda panah menggambarkan input atau pengaruh. Arah tanda panah menunjukkan sistem mana yang pengirim dan sistem mana yang penerima. Tanda panah dua arah menunjukkan derajat saling memberi.
Sistem Klien
Pertama kali, perlu dicatat bahwa sistem klien adalah pusat dari model. Sistem klien ini mungkin individu, sebuah keluarga, atau sebuah kelompok kecil yang sedang berjuang keras mengatasi beberapa masalah serius. Sistem klien ini bisa juga berupa sebuah masyarakat yang sangat menyedihkan yang sedang berusaha secara ekonomi untuk dapat hidup. Atau ini mungkin sebuah lembaga yang tidak mendapatkan sumber daya yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup dan berkembang maju.
ORGANISASI SEBAGAI SISTEM MAKRO DAN PENGARUHNYA TERHADAP KLIEN
Organisasi adalah kesatuan sosial yang diarahlan pada tujuan, dibentuk dengan sengaja, mempunyai sistem aktifitas yang terorganisir dan terhubung dengan dunia atau lingkungan luar  Sebagai sistem makro, organisasi mempunyai dampak besar terhadap perilaku manusia. Organisasi yang dimaksud di sini adalah organisasi yang menyediakan pelayanan sosial yang mencakup perbaikan kesehatan fisik dan mental orang, peningkatan self determination dan kemandirian, peningkatan keharmonisan keluarga, meningkatkan keberfungsian individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara lebih efektif. Salah satu bentuk organisasi yang memberikan pelayanan sosial dalam lingkup pekerjaan sosial adalah lembaga sosial.
Hubungan antara  sistem organisasi makro dengan sistem klien
Sistem organisasi dapat berpengaruh pada sistem klien, seperti ditunjukkan pada gambar 1.5. Pengorganisasian merupakan struktur yang berproses dan mendistribusikan sumber daya untuk sistem klien. Karena klien tidak mempunyai peran formal dalam organisasi, mereka memiliki sedikit pengaruh langsung pada kebanyakan sistem organisasi, khususnya pada penyiapan sumber daya untuk mereka. Akan tetapi, klien dapat mempengaruhi organisasi untuk berubah (sebagai contoh, untuk menentukan syarat pelayanan) melalui penggunaan taktik seperti bergabung dengan klien lain yang mempunyai kepentingan yang sama dan memberi tekanan pada petugas administrasi organisasi untuk berubah, menghubungi media terkait masalah tersebut atau melalui pendekatan kepada pembuat kebijakan dan rekomendasi dari para politis. Meskipun demikian, klien secara umum mempunyai kekuatan yang relatif kecil untuk menghasilkan perubahan dibandingkan dengan posisi pembuat keputusan. Untuk itu sebuah tanda panah putus-putus mengarah dari sistem klien kepada sistem organisasi, memberi pengaruh yang kurang.
Hubungan antara Sistem Makro Organisasi dan Masyarakat dengan Sistem Klien.
            Lingkaran di sebelah kanan dari sistem organisasi dalam gambar 1.5. mewakili sistem makro masyarakat. Masyarakat digambarkan sebagai sekelompok orang-orang yang mempunyai kesamaan satu sama lain yang menghubungkan mereka dan membedakan mereka dari orang lain yang bukan bagian dari masyarakat.
            Masyarakat menyediakan masukan penting bagi orang-orang melalui sumber-sumber, pekerjaan, dan sistem bantuan sosial. Akan tetapi, masalah yang timbul dalam masyarakat dapat mempunyai pengaruh merusak pada kemampuan anggota masyarakat untuk berfungsi secara sehat. Sebagai contoh, meningkatnya kemerosotan kondisi keuangan dari para penduduk kota menghasilkan kejahatan dan pelanggaran, masalah obat-obatan terlarang, polusi lingkungan, penelantaran pada lansia, kekerasan pada anak, dan pengangguran.
            Sistem masyarakat mempunyai pengaruh penting pada individu-individu, termasuk klien. Karenanya, pada gambar 1.5 mennjukkan sebuah panah yang jelas mengarah dari masyarakat kepada klien. Secara arti, klien adalah unit-unit atau subsistem-subsistem yang berada didalam masyarakat. Sebagai bagian yang menyeluruh/utuh dari sistem makro yang terbesar, klien juga dapat mengembangkan kesempatan untuk mempengaruhi masyarakatnya. Tanda panah putus-putus yang mengarah dari lingkaran klien ke lingkaran masyarakat menunjkkan bahwa klien mempunyai sedikit pengarh/kekuatan pada kebanyakan sisitem masyarakat.
Hubungan antara Organisasi dan Sistem Makro Masyarakat.
            Dalam gambar 1.5 panah dua arah yang menghubungkan lingkaran sistem organisasi dengan linkaran sistem masyarakat menunjukkan bahwa kedua tipe sistem makro saling mempengaruhi dan berinteraksi satu sama lain. Pelayanan dalam sistem organisasi mempunyai pengaruh berbeda pada sumber-sumber yang memungkinkan bagi anggota masyarakat. Demikian juga, bukti permasalahan dan kebutuhan dalam sebuah masyarakat mempengaruhi lingkungannya dan distribusi pelayanan. Sebagai contoh, lembaga-lembaga yang efektif tidak menyediakan pelayanan yang tidak dibutuhkan oleh masyarakat.
Nilai-Nilai Kelembagaan Sistem Makro
Banyak nilai-nilai kelembagaan dalam sebuah negara yang berubah terus-menerus atau membingungkan. Hal ini terjadi ketika segolongan orang-orang dalam lingkungan sosial mempunyai pandangan kuat yang berlainan. Sebagai contoh, banyak negara masih memperdebatkan apakah perlu memberlakukan hukuman mati bagi para pelaku pembunuhan. Banyak negara tidak memberlakukan hukuman mati, mencerminkan nilai-nilai kelembagaan yang dibudayakan oleh negara untuk tidak membunuh penduduknya tanpa menghiraukan kejahatan yang dilakukannya. Akan tetapi, negara yang menyetujui hukuman mati memegang nilai kelembagaan dimana hukuman mati adalah pembalasan yang setimpal bagi para pembunuh.
Nilai-nilai kelembagaan mempengaruhi struktur, fungsi dan komposisi dari masyarakat. Contohnya, sebuah nilai kelembagaan yang dilaksanakan negara adalah setiap penduduk punya hak terhadap pendidikan gratis. Akan tetapi, nilai kelembagaan lainnya adalah setiap wilayah harus mendanai sekolah umum diwilayahnya melalui pajak. Untuk itu, kualitas pendidikan dapat berubah secara drastis dari daerah pinggiran yang kaya ke penduduk miskin di kota.
Hal ini bukan berarti menyatakan bahwa nilai kelembagaan tidak dapat diubah. Ini cukup mencerminkan bahwa tidak ada makna yang dibangun secara jelas untuk itu. Dalam prakteknya, sistem makro masyarakat menegaskan keterkaitan antara klien, pekerja sosial dan sistem makro, serta mengidentifikasi lebih jelas makna-makna yang potensial bagi perubahan.
Pengaruh Nilai Kelembagaan dan Sistem Makro Organisasi terhadap Klien.
Sistem organisasi dan sistem nilai kelembagaan, keduanya mempunyai pengaruh pada klien. Keduanya mengidentifikasi sumber-sumber dan pelayanan apa yang cocok dan dibutuhkan klien. Jika sistem organisasi dan sistem kelembagaan bekerja lagi sebagai sumber, lalu sumber tersebut tidak akan di sediakan.
Melihat Organisasi dari sebuah Perspektif Sistem
Organisasi pelayanan sosial dapat dibandingkan dengan organisasi-organisasi lainnya, seperti bisnis, dalam berbagai cara. organisasi pelayanan sosial membutuhkan masukan (dalam bahasa awam adalah pendanaan), melaksanakannya melalui penyediaan pelayanan, dan menghasilkan keluaran (disebut juga hasil bagi klien). Gambar 1.6 mengilustrasikan  proses diatas dan membandingkannya dengan sebuah organisasi bisnis. Sebagai contoh, kita akan membandingkan organisasi pelayanan sosial untuk membangun sebuah orientasi bisnis, dilibatkan dalam pembuatan video games, yang disebut Pretendo. Kita akan menghubungi organisasi pelayanan sosial kita Financial Urban Base of Area Resources (FUBAR).
Sumber Masukan.
Gambar 1.6 menunjukkan bahwa FUBAR dan Pretendo memulai dengan masukan-masukan. Pretendo menggunakan sumber dananya untuk membeli bahan-bahan, seperti: besi, kabel dan plastik untuk persiapan pada proses produksi. Pretendo mendapatkan pendanaannya yang bersumber dari investasi penyandang dana dan keuntungan utama dari penjualan peralatan Pretendo.
FUBAR, pada sisi lain, mengalokasikan dananya pada klien. Yang membedakan organisasi pelayanan sosial dari organisasi bisnis pengolahan yaitu “bahan mentahnya” adalah klien (Holland & Petchers, 1987). FUBAR mendapatkan sumbernya dari dana-dana pajak publik dan berbagai sumber dana pribadi (seperti sumbangan, keuntungan/komisi dan dana bantuan). Kemudian dana-dana tersebut diaplikasikan pada beberapa tipe proses pertolongan
Proses
Baik Pretendo maupun FUBAR memproses “bahan mentahnya”. Pretendo menyalurkannya melalui proses produksi pengolahan dimana bahan-bahan dibentuk perlahan-lahan, diberi campuran dan digabungkan kembali untuk menghasilkan produk yang diinginkan, yakni video game Pretendo.
FUBAR, menggunaan proses yang sangat berbeda pada “bahan mentahnya”. Sebagai ganti proses pengolahan, mereka menyediakan beberapa tipe intervensi. Meliputi; konseling, bantuan finansial, atau berbagai tipe lainnya dari ketentuan pelayanan dalam organisasi pelayanan sosial.
Keluaran
Baik Pretendo maupun FUBAR menghasilkan Output/Keluaran. (yakni dalam bentuk produk akhir) pada penghujung prosesnya. Pretendo menghasilkan video game baru yang siap dipasarkan. FUBAR melaksanakan prosesnya (intervensi) untuk mendapatkan beberapa efek positif bagi klien-kliennya. Beberapa dampak yang dihasilkan, antara lain membaiknya hubungan dalam keluarga, kesehatan mental, atau perbaikan status finansial.
Masalah-masalah Pengecualian dalam Organisasi Pelayanan Sosial.
Seiring bertambahnya penduduk di seluruh dunia, sumber mengalami penurunan. Penurunan sumber-sumber artinya pendanaan semakin sulit didapatkan. Juga berarti persaingan semakin ketat. Hasilnya adalah organisasi yang menghasilkan produk kualitas tinggi dengan biaya rendah yang membutuhkan sedikit masukan diyakini akan lebih bertahan dibandingkan dengan yang kurang efektif dan efisien. Pretendo akan tumbuh dengan subur jika mereka menghasilkan video game dengan harga yang bersaing. Demikian juga, FUBAR nampaknya akan bertahan jika dapat menunjukkan hasilnya/outcomes yang positif dan bernilai terhadap klien.
Perubahan Lingkungan.
Holland and Petchers (1987, p.208) menjelaskan :
Dukungan dana dari sumber publik dan privat harus digalang, dikelola, dan dilindungi saat harapan dan prioritas masyarakat bergeser dari satu masalah atau kebutuhan ke yang lainnya. Kebutuhan hukum dan pelaksanaan kebijakan perundang-undangan mengalami perubahan. Teknologi pelayanan berkembang ke arah baru, tidak selalu bersesuaian dengan pilihan konsumer atau masyarakat.

Untuk tetap bertahan dan secara efektif mencapai tujuan dalam membantu klien, organisasi ini harus dengan tekun memberikan kepedulian pada pengaruh dari luar dan efeknya. Organisasi harus dapat bereaksi dengan cepat pada perubahan kebutuhan dan permintaan.
Ketidakjelasan Proses.
Petugas professional dalam organisasi-organisasi pelayanan sosial berubah secara luas. Para klien bahkan lebih beragam. Untuk itu, organisasi pelayanan sosial sifatnya beragam, tidak terukur, faktor manusia dilibatkan dalam proses intervensi. Karena orang-orang mengalami perubahan secara cepat dibandingkan benda mati seperti misalnya lempengan besi, praktisi yang bekerja dengan orang harus lebih fleksibel dibandingkan penggerak lempengan besi. Pekerja dalam organisasi selayaknya harus mempunyai kadar kebijaksanaan, atau kemampuan dalam membuat keputusan, dalam bekerja dengan klien. Hal ini, karenanya menjadikan pengawasan pada proses intervensi lebih sulit.
Ketidakjelasan Tujuan.
Praktisi individu dan keseluruhan lembaga dituntut untuk membuktikan bahwa pekerjaan mereka produktif dan bernilai. Salah satu cara melakukannya adalah untuk menjelaskan secara spesifik, mengukur tujuan dan mengamati seberapa luas yang dapat mereka capai.
Mengevaluasi hasil/outcomes sebuah organisasi secara keseluruhan atau bahkan sebuah program, termasuk tujuan, keefektifan, dan efisiensi, adalah lebih sulit dibandingkan mengevaluasi hasil pada intervensi pada tingkat mikro atau mezzo. Hal ini terkait peningkatan jumlah factor-faktor yang terlibat. Dalam rangka mengevaluasi hasil program, Holland & Petchers (1987) menegaskan bahwa, pertama, “isi pelayanan harus jelas bentuknya,  dengan menyeragamkan pengertian yang menjelaskan aktivitas-aktivitas program”. Selanjutnya “sebagai konsekuensi yang disandangkan pada sebuah aktivitas, sangat penting untuk menyatakan secara jelas apakah seorang klien telah menerima dari treatmen atau pelayanan yang diberikan dan untuk menjelaskan apakah isinya masih tetap melebihi rangkaian intervensi” (p.213). Hal ini bukanlah tugas yang mudah.
Pro dan Kontra Sentralisasi dan Desentralisasi Organisasi.
Sebuah contoh sentralisasi misalnya bagian probasi dan parole. Para klien untuk setiap petugas di tiap unit pada umumnya cenderung mempunyai karakteristik yang mirip. Prosedur dan rencana perlakuan relatif seragam dalam pendekatannya. Klien dan petugas harus ada berdasarkan aturan dan perundangan, dan para petugas mempunyai sedikit keleluasaan.
Para pekerja dalam sebuah organisasi memerlukan keleluasaan dalam membuat rencana-rencana untuk solusi yang dapat dilaksanakan. Contohnya, sebuah organisasi intervensi krisis masyarakat biasanya sangat desentralisasi. Para klien yang datang mungkin mempunyai serangkaian masalah mulai dari depresi lalu jatuh sakit hingga kehilangan pekerjaan hingga ke stress tingkat tinggi. Para pekerja membutuhkan jarak keleluasaan yang besar untuk menempatkan sebuah keberagaman yang luas dari permasalahan.
Penggantian Tujuan
Satu masalah besar yang dihadapi oleh para pekerja dalam berorganisasi adalah penggantian tujuan. Penggantian tujuan diartikan sebagai “pergantian dari sebuah tujuan yang sudah ditetapkan dengan tujuan lainnya dimana organisasi tidak mengarah, sumber-sumber tidak dialokasikan, dan tidak diketahui pelayanannya” (Etzioni, 1964, p.10). Holland and Petchers (1987) menafsirkan pemahaman ini dengan menyatakan bahwa “penggantian tujuan seringkali terjadi ketika cara mencapai sebuah tujuan menjadi tujuan itu sendiri. Beberapa tahun ini, penggantian tujuan mendapatkan perhatian yang serius dalam organisasi pelayanan manusia (p.208). Pergantian tujuan terjadi ketika sebuah organisasi tetap berfungsi tetapi tidak lagi mengarah pada pencapaian tujuan-tujuannya. Sebuah skenario yang khas dalam organisasi pelayanan sosial terjadi ketika mengikuti aturan-aturan organisasi menjadi lebih penting daripada menyediakan pelayanan bagi klien.
Teori Sistem, Organisasi dan Penggantian Tujuan.
Secara mendasar hal yang sama terjadi dalam organisasi pelayanan sosial. Mereka mengambil sumber (masukan) dan sebagai jawaban untuk kekuatan sosial dan nilai-nilai kelembagaan, melaksanakan suatu proses (prosedur untuk penyediaan pelayanan) untuk menghasilkan keluaran (pelayanan nyata yang tersedia atau beberapa keuntungan lainnya bagi klien)
Ketika pergantian tujuan terjadi bagaimanapun juga perhatian sering kali diarahkan pada proses dibandingkan dengan hasil. Orang-orang dalam sistem organisasi mulai memikirkan proses yang kaku dalam menyediakan pelayanan sebagai hasilnya. Proses dibandingkan dengan ketersediaan pelayanan yang efektif selanjutnya menjadi produk organisasi.
MASYARAKAT ( KOMUNITAS ) DAN TINGKAH LAKU MANUSIA SERTA TIGA MODEL DALAM PRAKTEK KOMUNITAS
Kita telah mengartikan masyarakat sebagai sekelompok orang yang mempunyai beberapa kesamaan yang menghubungkan mereka satu sama lain dan membedakannya dari orang lain yang bukan bagian dari masyarakat tersebut. Definisi ini mengacu luas pada siapa saja dan pada apa sebuah masyarakat dapat terlibat. Dikarenakan tingkatan yang luas dari beberapa arti, fokus kita di sini pada tiga konsep besar yang melekat pada definisi kita yang luas. Pertama, Kita mempunyai sebuah kelompok orang-orang yang ditunjuk, dan kita dapat menyusun daftar  individu-individu yang ikut terlibat secara umum dalam masyarakat. Kedua, kelompok ini mempunyai beberapa kesamaan. Yang biasanya melibatkan nilai-nilai, sumber, pelayanan, ketertarikan, atau lokasi. Ketiga, karena kebiasaan masyarakat, individu ber interaksi dalam beberapa cara atau mempunyai hal-hal yang akan untuk dilakukan
Perspektif Teoritis pada Masyarakat.
Walaupun perbedaannya luas kita dapat menggunakan berbagai pespektif teoritis untuk menguji masyarakat dan mendapatkan pemahaman yang besar tentang bagaimana mereka bekerja. Disini kita akan memfokuskan kepada masyarakat berdasarkan geografisnya dan melihatnya dalam empat cara. Perspektif teoritis ini meliputi struktur, sosial psikologis, ekologi manusia dan sistem sosial (fellin, 2001a, 2001b; Martinez-brawley, 1995; Rothman. 1987).
Perspektif Struktur
Struktur merujuk pada bagaimana individu-individu menyesuaikan diri kedalam organisasi secara menyeluruh. Perspektif struktur menekankan pada bagaimana orang-orang dihubungkan pada struktur pemerintahan yang ditolak melalui masyarakat. Tiga dimensi masyarakat ditekankan.
Pertama, masyarakat adalah kesatuan politik “berbentuk sebuah provinsi, kota atau kabubupaten, lingkungan dan lain-lain” (Martines-Brawley, 1995, p.539). Sebagai kesatuan politis masyarakat “membawa banyak fungsi sosial dan politik dan menengahi antara negara sebagai kekuatan induk dengan individu” (Martines-Brawley, 1995, p.539)
Dimensi kedua terkait dengan politik adalah kekuasaan. Perspektif struktur pada masyarakat menyatakan “ pengaruh ketidakseimbangan distribusi, sumber ekonomi, status, atau hak prerogatif dalam membuat keputusan dalam masyarakat (Rothman, 1987, P.309).
Dimensi ketiga terkait dalam pendekatan structural meliputi organisasi secara geografis dari masyarakat. Adalah populasi yang terkonsentrasi di beberapa wilayah, lebih tersebar secara merata? Dimana bisnis dan tempat tinggal mereka berada? Bagaimana jalan-jalan dan jalan layang direncanakan? Apa batas yang membedakan satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya?
Perspektif Sosial Psikologis
Perspektif Sosial Psikologis dari suatu masyarakat mengenai bagaimana perasaan anggota masyarakat tentang tentang dirinya dan berinteraksi satu sama lain (Martinez-Brawley, 1995). Orang-orang merasakan hubungan mereka juga dan yang terpenting adalah dengan masyarakatnya.
sebuah contoh sebagai renungan yang dapat kita lihat dari perspectif sosial-psikologis. Fabian, usia 42 tahun, tinggal di sebuah rumah sederhana di jalan raya di Butterbrickle, sebuah desa kecil di pinggir kota besar. Dia mengalami Celebral Palsy (Kelumpuhan Otak), suatu gangguan hasil dari kerusakan pada otak sejak lahir yang ditunjukkan dalam bentuk gangguan koordinasi otot dan gangguan bicara. Dikarenakan pergerakannya yang sangat terbatas, ia menata rumahnya menjadi memungkinkan bagi kursi rodanya. Dia adalah seorang yang cerdas, menarik, individu yang tegas dan merasa nyaman sebagai bagian yang utuh dari masyarakatnya. Dari perspektif sosial-psikologis, dia merasa ” berarti dan terlindungi…. Dan akrab dengan lingkungannya, perasaan diakui… dan kasih sayang serta dukungan dari teman-teman dan tetangga (Martinez-Brawley, 1995 p.540)
Kecacatan Fabian, membatasi pergerakannya, sehinggga dia membutuhkan kamar mandi khusus tapi sangat susah baginya untuk mencari pekerja/tukang apalagi di kotanya yang kecil. Sehingga, dia bergantung pada pembayaran SSI (Supplemental Security Income/Tambahan Biaya Jaminan), yang sangat membantunya dalam membiayai angsuran/tagihan rumah dan kebutuhan sehari-hari tetapi hanya menyisakan sedikit untuk rekreasi dan menikmati fasilitas lain. Dia rajin mengelola kebun kecilnya dan menjadi petani yang cukup efektif. Setiap musim panas para tetangga memuji keindahan, warna dan kesuburan bunga-bunganya. Tiba-tiba, Fabian mendapatkan sebuah ide. Bagaimana agar hobbinya menjadi sebuah bisnis yang menghasilkan? Mengapa tidak menjual saja bunga-bunganya sehingga dapat meningkatkan pendapatannya? “Bunga-bunga Fabian yang menakjubkan” menjadi kenyataan saat dia meletakkan papan nama dan rak, menyusun diatasnya dengan lusinan tanaman. Banyak pembeli memberi tanggapan pada tampilannya yang mempesona dan Fabian akhirnya mendapatkan tambahan penghasilan.
Akan tetapi, dia membuat tetangganya marah karena Fabian menjadikan tempat yang diperuntukkan untuk tempat kediaman menjadi lingkungan komersil yang bernilai jual dan juga menimbulkan kemacetan kemacetan. Karena menghargai bunga-bunganya, para tetangga meminta Fabian menghentikan usaha komersilnya dengan segera. Dia menolak. Akhirnya para tetangga melaporkan kepada pengurus kampung bahwa “melanjutkan penjualan dihalaman” melanggar aturan tentang ruang. Pengurus kampung kemudian menemui Fabian dan mengatakan padanya untuk mengakhiri bisnisnya kecuali dia mendapatkan ijin usaha.
Fabian memutuskan untuk membimbing dirinya sendiri, mengajukan informasi yang dibutuhkan pada papan pengumuman sebagai seruan untuk perizinan, dan mengusulkan temu dengar pendapat. Para tetangga terdaftar dan hadir pada acara tersebut. Setelah banyak pertanyaan dan perdebatan yang sengit pada akhirnya perangkat desa memutuskan untuk memberikan ijin khusus kepada Fabian. Salah satu pertimbangannya adalah Fabian akan mengalami kesulitan dalam mencari kerja dimana pun karena kebutuhan fisiknya yang khusus.
Tetangga-tetangganya yang masih marah tidak lagi mencaci maki dan mengabaikan keberadaannya, dia telah meningkatkan status ekonominya dan mencapai kemandiriannya. Akan tetapi dari perspektif sosial-psikologis penerimaan sosial dan keberadaannya dalam masyarakat di sekitarnya dibatasi. Dia tidak lagi merasakan bagian dari “kita” diantara lingkungan masyarakatnya.
Perspektif Ekologi Manusia
Perspektif ekologi manusia dari sebuah masyarakat “fokus pada hubungan antar penduduk dengan lingkungannya, khususnya dalam hal memandang luas mengenai organisasi – yaitu bagaimana pendistibusian orang-orang dan pelayanan. Pendekatan ekologis mempertimbangkan bagaimana lingkungan mempengaruhi perkembangan manusia, interaksi dan kualitas hidup.
Kompetisi perhatiannya pada bagaimana anggota-anggota masyarakat berlomba untuk “menggunakan tanah….(dan) mencari sebuah ‘keuntungan dari sebuah tempat’ untuk bisnis/ komersial, industri, kelembagaan dan sebagai tempat tinggal (Fellin, 2001b, p119).
Pemisahan adalah pengasingan beberapa kelompok yang mempunyai karakteristik yang sama (seperti ras, etnis, atau agama) melalui tekanan sosial, hukum yang membatasi, atau pilihan pribadi. Integrasi, dilain sisi merujuk pada proses membawa kebersamaan dan pencampuran jarak dari kelompok termasuk orang yang berbeda ras dan latar belakang etnis) menjadi pemersatu, secara keseluruhan fungsi.
Konsep ekologis seperti kompetisi, pemisahan dan penyatuan dapat membantumu sebagai seorang pekerja sosial dalam menganalisa sebuah masyarakat dalam istilah keadilan dan dukungan pada semua anggotanya.
Sebagai seorang pekerja sosial kamu punya tanggung jawab untuk menguji lingkungan masyarakat makro dimana klien mu berada. Tentu saja, perhatian mu tentang bagaimana klien berfungsi sabagai individu. Akan tetapi pengaruh dari lingkungan dimana mereka tinggal tidak dapat diabaikan. Pemahaman mengenai tingkah laku manusia di dalam konteks masyarakat sangat penting untuk mengusulkan solusi yang menempatkan isu terbesar dan sangat berpengaruh bagi klien. Bagian berikut akan menjelaskan beberapa tujuan spesifik kamu sebagai seorang praktisi akan berkembang dalam lingkungan masyarakat.
Perspektif Sistem Sosial
Perspektif sistem sosial menekankan analisa bagaimana berbagai sub sistem-sub sistem sosial dalam masyarakat ber interaksi satu sama lain. Ini akan membantumu melihat klien dalam konteks sistem masyarakat yang lebih besar. (Homan, 1999) berkomentar pada bagaimana teori sistem diaplikasikan di masyarakat :
Setiap organisme - sebuah kota, lingkungan ketetanggaan, individu – adalah sebuah sistem yang membutuhkan masukan dalam bentuk nutrisi dan energy lainnya. Sistem menggunakan energi untuk tumbuh menghasilkan dan melanjutkan hidup dan untuk menjaga keseimbangan. Saat sistem memproses masukan yang di terimanya, energi di ubah untuk memproduksi hasil yang ditunjukkan dalam aktivitas (pekerjaan), dalam melihat masukan baru (seperti investasi keuangan, pengembangan bisnis, atau pembangunan dan renovasi rumah) Atau  menghentikan penggunaan input sebagai  hal yang tidak berguna (pp. 28 -29)
Dinamika interaksi antara klien dengan sub-sistem masyarakat lainnya adalah sebuah fokus penting dari assessmen pekerjaan sosial. Setiap sub-sistem terlibat secara utuh dengan sub-sistem lainnya dalam masyarakat. Anggota keluarga bekerja dalam organisasi dan bisnis, pergi kesekolah, sosialisasi dengan kawan, berganung dengan klub kesehatan, mendapatkan pelayanan kesehatan dan perawatan gigi, dan mengikuti banyak aktifitas dalam masyarakatnya (Homan, 1999) Merefleksikan :
Dalam masyarakat yang sehat anggota dapat menemukan kebutuhannya cukup baik dimana energy dapat diarahkan untuk mengatasi masalah dari pertahanan dasar untuk personal dan pengembangan masyarakat. Masyarakat yang sehat menyediakan cara-cara bagi naggota tidak hanya untuk bertahan tetapi untuk tumbuh, tidak hanya untuk menerima tapi untuk berkontribusi (p.30)
Bagi para pekerja sosial, konteks masyarakat dapat menjadi fokus perhatian. Bagaimana masyarakat mempengaruhi klien? Apakah klien mendapatkan sumber (masukan) yang dibutuhkannya untuk sehat dan sejahtera? Apakah menyediakan perumahan cukup memadai untuk kebutuhan klien? Apakah pekerjaan yang tersedia berhubungan dengan keahlian klien? Apakah masyarakat terbangun dan tumbuh dengan subur atau menjadi layu dan sekarat? Apakah penguatan sumber yang tersedia dalam bentuk pelayanan sosial dan pelayanan kesehatan? Menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat memberikan gambaran tentang apa yang dapat kamu lakukan untuk membantu klien. Bekerja dengan subsistem masyarakat untuk menyediakan pelayanan yang dibutuhkan dan pendampingan pada sumber ketika pelayanan tidak mencukupi, adalah dimensi yang mendasar bagi pekerjaan sosial.
            Ada tiga model dalam praktek komunitas atau intervensi makro, yaitu : Model Locality development ( pengembangan lokalias ), Model Social Planning (perencanaan sosial) dan model Social Action ( aksi sosial ). Locality development adalah suatu model yang memandang bahwa perubahan atau pengembangan masyarakat dapat dilakukan dengan sangat baik melalui suatu partisipasi aktif dari suatu masyarakat. Dalam model social planning menekankan pada suatu proses teknik dalam memecahkan masalah. Model ini meyakini bahwa masalah yang dihadapi oleh masyarakat berhubungan dengan masalah lingkungan yang kompleks, sedangkan model aksi sosial memandang bahwa di dalam masyarakat yang bersangkutan terdapat suatu bagian/kelompok yang kurang beruntung (yang sering kali tertindas) yang perlu dibantu, diorganisasikan
Sistem Peranan Pekerja Sosial
Berbagai peranan yang digunakan untuk melakukan intervensi pada sistem makro diantaranya : enabler (pemungkin), mediator, broker, integrator/koordinator, manajer, edukator (pendidik), analis/evaluator, fasilitator, inisiator, negosiator dan advokat (Kahn, 1995; Yessian & Broskowski, 1983).
Enabler (Pemungkin)
            Gambar 1.8 mengilustrasikan peran enabler/pemungkin. Tanda panah dari pekerja sosial kepada lingkaran sistem klien menunjukkan dukungan dari pekerja sosial. Hasil yang diinginkan adalah sistem klien akan menjadi lebih baik untuk mengikuti kegiatan kursus.
            Definisi dari kata “enabler” sangatlah berbeda dengan definisi “enabler” yang digunakan pada area jajahan kimia. Keadaan ini menunjuk kepada anggota keluarga atau teman yang membantu penyalahgunaan bahan kimia untuk melanjutkan pemakaian dan penyalahgunaan obat-obatan atas pilihannya



Mediator    :
Seorang mediator tetap netral dan tidak memihak salah satu kelompok yang berselisih. Mediator memastikan bahwa mereka mengerti posisi dari masing-masing kelompok. Mediator dapat membantu mengklarifikasi posisi, saling menerima miskomunikasi mengenai perbedaan-perbedaan dan membantu menjernihkan kasus.
Manager
Manajemen dalam pekerjaan sosial meliputi tanggung jawab pengelolaan pada beberapa tingkatan dalam pelayanan sosial atau unit lainnya untuk melaksanakan : merumuskan atau mengorganisasikan tujuan; menjalankan program pelayanan sosial; memperbaiki keefektifan dan efisiensi dari agen-agen sosial; memperoleh sumber-sumber keuangan; mengumpulkan dukungan dari komunitas; dan mengatur pekerjaan dari staf. Tugas-tugas manajemen termasuk merencanakan program, mendapatkan dan menyalurkan sumber-sumber, membuat dan mengembangkan proses dan struktur yang terorganisasi, program evaluasi dan melakukan perubahan program ketika diperlukan (Patti, 1983). 
Pendidik
Peran pendidik terlibat dalam memberikan informasi dan mengajarkan keterampilan kepada klien dan sistem di sekitarnya. Untuk menjadi pendidik yang efektif, pekerja sosial harus memiliki kemampuan berdasarkan pengetahuan. Terlebih lagi, pekerja sosial harus menjadi seorang komunikator yang baik sehingga informasi dapat diterima dengan jelas dan dapat dimengerti oleh klien atau sistem makro. 
Analis/Evaluator
Pekerja sosial dengan dasar pengetahuannya yang luas terhadap fungsi sistem dapat menganalisis atau mengevaluasi bagaimana program dan sistem bekerja. Mereka juga dapat mengevaluasi keefektifan dari intervensinya. 




Seorang broker membantu menghubungkan klien (individu, group, organisasi atau komunitas) dengan sumber-sumber dan pelayanan sosial di masyarakat. Seorang broker dapat membantu klien untuk mendapatkan makanan atau rumah darurat, bantuan resmi, atau sumber-sumber pertolongan lainnya. Seorang broker juga dapat membantu mengajukan “berbagai macam komunitas” dihubungkan dengan lainnya “ untuk meningkatkan kesamaan kepentingan” (Barker, 1999, p. 55). Di dalam sistem mikro dan mezzo, peran sebagai broker diperlukan jika pekerja sosial sudah akrab dengan pelayanan masyarakat, memiliki pengetahuan umum tentang pemenuhan dan sensitif terhadap kekebutuhan klien.

Fasilitator
Seorang fasilitator adalah “salah satu bentuk pelayanannya sebagai pemimpin beberapa group” (Barker, 1999, p. 165). Misalnya group terapi keluarga, group tugas, group sensitif, group pendidikan, group penolong diri sendiri, atau group dengan fokus lainnya. Peran fasilitator dapat digunakan pada praktek makro. Dalam hal ini fasilitator menganggap bahwa “tanggung jawab untuk mempercepat usaha perubahan dengan jalan mengumpulkan orang untuk berkomunikasi, menghubungkan aktifitas dan sumber, dan menyediakan akses untuk untuk meningkatkan keahlian mereka” (p. 165).
Inisiator
Inisiator adalah seorang atau beberapa orang yang memperhatikan persoalan (Kettner, Daley, & Nichols, 1985). Persoalan tersebut bisa saja masalah-masalah yang ada di masyarakat, kebutuhan, atau keadaan yang sederhana yang dapat diperbaiki. Hal ini penting untuk diketahui bahwa masalah tersebut tidak perlu ada sebelum kehadiran inisiator. Sering kali pencegahan masalah atau peningkatan pelayanan dijadikan alasan dalam usaha perbaikan. Pekerja sosial mungkin saja mengetahui bahwa kebijakan malah membuat masalah terutama bagi klien dan menjadikan perhatian bagi supervisor. Klien menganggap bahwa pelayanan sosial bisa meningkat. Pada setiap kasus, orang dapat berperan sebagai inisiator. Biasanya, peranan ini didukung oleh sektor pekerjaan lainnya, karena permasalahan yang muncul tidak dijamin bakalan bisa teratasi.




Negosiator
Negosiator mewakili organisasi, group atau individu dalam upaya memperoleh keuntungan dari group atau sistem lainnya. Seperti mediasi, keterlibatan dalam negosiasi untuk mencari jalan tengah di semua pihak di dalamnya dan mencapai kemungkinan untuk mufakat. Tidak seperti mediator yang netral, negosiator justru terlibat dalam satu pihak. 
Advokasi
Keterlibatan pembelaan ”tindakan mewakili langsung, mempertahankan, campur tangan, mendukung, atau merekomendasikan serangkaian tindakan untuk kepentingan satu atau lebih individu, group atau komunitas, dengan tujuan untuk pengamanan keadilan sosial” (Mickelson, 1995, p. 95). Peranan advokasi terlibat di depan dan berbicara demi kepentingan sistem klien. Hal ini sangatlah tepat ketika sistem klien memiliki sedikit kekuatan untuk mendapatkan keinginannya. Sering kali advokasi terlibat dalam usaha-usaha yang sangat diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Dan juga beresiko, terlebih ketika mewakili klien menghadapi sistem yang kuat.
            Peran sebagai advokasi merupakan salah satu peran yang sangat penting bagi pekerja sosial meskipun sulit. Hal ini sering kali terjadi ketika klien putus asa dan memerlukan bantuan.  

Daftar Pustaka
Charles H. Zastrow, Karen K. Kirst, Understanding Human Behavior and Social Environment, Thomson Rearning. Inc, USA, 2004.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar