Rabu, 25 Maret 2015

ANAK JALANAN

BAB I
LATAR BELAKANG
Data anak jalanan dari hasil survey dan pemetaan sosial yang dilakukan Depsos pada tahun 1999 di 12 kota besar di Indonesia terdapat lebih kurang 40.000 anak jalanan dimana 12% dari mereka adalah anak perempuan dan 48% mereka adalah perempuan dan 48% adalah anak jalanan musiman yang hanya melakukan aktivitas di sela-sela waktu libur sekolah.
Dalam masa krisis ekonomi yang melanda Indonesia jumlah anak jalanan meningkat 100% dan terjadi perlakuan yang salah yang dilakukan oleh pihak pemerintah melalui tindakan represif dan perlakuan salah yang dilakukan oleh orang dewasa melalui kejahatan seksual, penculikan, dipekerjakan, dilacurkan dan dijual. Masyarakat juga melakukan kesalahan dengan cara menolak kehadiran anak jalanan di lingkungan mereka bertempat tinggal sehingga hal ini membuat anak jalanan dan keluarganya membentuk suatu komunitas mereka sendiri.
Keberadaan komunitas ini juga masih mengalami tekanan luar biasa dari pemerintah lokal melalui penggusuran tanah beserta bangunannya,  ketiadaan pendidikan, tidak ada perlindungan hukum, penolakan sebagai tenaga kerja, korban kekerasan,  dan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal ini menjadi factor pencetus masalah yang mengarah pada kondisi multidemensial yang diawali dari kondisi orangtua mereka yang menderita stress sehingga anak-anak mereka terlantar dan mengambil jalan pintas untuk menempuh hidup dan mencari pekerjaan di jalanan.
Aktivitas sehari-hari anak jalanan antara lain berjualan asongan, jual Koran, menyemir sepatu, mengelap mobil, mengamen, ojeg payung,  malak, mengemis, merusak faisilitas umum bermain, mengobrol dan duduk dijalan yang dilakukan secara perorangan maupun secara berkelompok.
Lingkungan anak jalanan adalah lingkungan yang berjenjang dimulai dalam keluarga, sekolah dan masyarakat serta dipengaruhi oleh berbagai fakta antara lain lingkungan sosial, relasi-relasi, norma dan nilai masyarakat, lingkungan tetangga, keluarga retak, kemiskinan, resesi ekonomi dan pasar kerja.
Basis penanganan anak jalanan dapat dilakukan melalui program dan kegiatan yang dirancang untuk menjangkau dan melayani  anak di lingkungan mereka sendiri. Tujuan program dan kegiatan tersebut anatara lain:
  •  Mengindentifikasi kebutuhan anak jalanan
  • Memenuhi kebutuhan anak jalanan akan stabilitas emosional dan keamanan
  • Menyediakan fasilitas dasar di jalan antara lain pendidikan dan kesempatan mencari uang yang halal.
  • Melengkapi anak dengan bakat dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk bertahan secara fisik dijalanMengatur anak untuk memanfaatkan program pelayanan yang ada secara optimal
  • Menghubungkan anak dengan sumber daya yang ada
  • Menyediakan makanan, pakaian, kesehatan dan pendidikan
  • Penyaluran bakat dan pengalaman anak jalanan 
  •  Pedampingan
Hal-hal diatas dibutuhkan penanganan khusus yang dapat dilakukan dengan cara intervensi baik kepada anak jalanan dan kepada orang tuanya melalui perubahan perilaku, bimbingan konseling dan pemberdayaan.



BAB  II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    PEMBERDAYAAN
Menurut Simon, 1990 “ Pemberdayaan adalah suatu aktivitas refleksi, suatu proses yang dapat dimulai dan dipertahankan hanya oleh agen atau subjek yang mencari kekuatan atau penetuan diri sendiri, sementara proses lainnya hanya dengan memberikan iklim, hubungan, sumber-sumber dan alat-alat yang dapat meningkatkan kehidupan masyarakat”
B.     KELUARGA
  1. Definisi Keluarga. Menurut Lawang.R, 1984 “ Kelurga merupakan kelompok orang-orang yang dipersatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan yang membentuk satu rumah tangga, yang berinteraksi dan berkomunikasi sama lain dengan melalui peran-perannya sendiri sebagai anggota keluarga dan yang mempunyai fungsi ekonomi dan edukasi ”
  2. Peran Keluarga: a)  Peran Ayah,  Mencukupi kebutuhan rumah tangga, Memberikan kebutuhan, bimbingan kepada putra putrinya, Memberikan rasa aman, Memberikan perlindungan yang baik dan sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dan Mendorong dan membangkitkan semangat putra-putrinya,b.) Peran Ibu, Pendorong dan pembangkit semangat suami agar, Suami dapat melaksanakan fungsi dan peranannya, Mendorong dan membangkitkan semangat putra   putrinya, Memberikan rasa aman, Mendidik dan membimbing putra putrinya menuju kedewasaan, Memberikan peneladanan yaitu baik sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku,   Sebagai teman bermain dan berbicara dari putra putrinya dan mengurus rumah tangga. dan engamati tingkah laku putra putrinya dan c. )Peran Anak, Melestarikan nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga,  Meneruskan perjuangan bangsa, Menambah pengetahuan dan ketrampilan,  Melaksanakan bimbingan dan pendidikan dari orangtua dan Mempersiapkan diri guna mengembangkan keturunan,d.)Peran Keluarga Dalam Lingkup Masyarakat, Menyeleksi nilai, norma dan informasi baru bagi generasi muda,  Menyiapkan generasi muda dalam memasuki lingkungan masyarakat,  Menyampaikan informasi, nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat generasi muda, Melahirkan kelompok dan memenuhi generasi muda dalam menciptakan generasi baru
  3. Fungsi Keluarga: a.)Fungsi Pendidikan, Mencakup kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan maupun sikap dan perilaku anggota-anggota keluarga guna mendukung proses penciptaan kehidupan dan penghidupan keluarga yang sejahtera.,b.) Fungsi Reproduksi. Fungsi reproduksi mencakup kegiatan melanjutkan keturunan secara terencana sehingga menunjang terciptanya kesinambungan dan kesejahteraan social keluarga.,c.) Fungsi Afeksi, Fungsi Afeksi meliputi kegiatan untuk menumbuh kembangkan hubungan social dan kejiwaan yang diwarnai oleh rasa kasih saying, ketentraman dan kedekatan., d.) Fungsi Perlindungan, Yaitu menghindarkan anggota kelurga dari situasi atau tindakan yang dapat membahayakan atau menghambat kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan secara wajar.,e.)Fungsi Sosialisasi,Yaitu kegiatan yang ditujukan untuk melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai social budaya, guna memperkaya khasanah budaya maupun integrasi social bangsa dalam rangka menciptakan kesejahteraan social keluaraga,f.)Ekonomi,Yaitu kegiatan mencari nafkah, merencanakan, meningkatkan pemeliharaan dan mendistribusikan penghasilan keluarga guna meningkatkan dan melangsungkan kesejahteraan keluarga., g.) Fungsi Kontrol Sosial, Yaitu menghindarkan anggota keluarga dari perilaku menyimpang serta membantu mengatasinya guna menciptakan suasana kehidupan keluarga dan masyarakat yang tertib, aman dan tentram., h.)Fungsi Pengembangan Lingkungan,Yaitu kegiatan yang ditujukan untuk memberdayakan anggota keluarga guna melestarikan, memberdayakan dan meningkatkan daya dukung lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social dalam rangka menciptakan keserasian antara kehidupan alam dan manusia.
C.    ANAK JALANAN
  1. Definisi Anak Jalanan. Menurut Depsos, 1995 “ Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya”
  2.  Indikator Anak Jalanan,  Usia berkisar antara 6 s/d 18 tahun, Waktu yang dibahiskan di jalanan lebih dari 4 jam perhari,  Samasekali tidak ada komunikasi dengan keluarga, Frekuensi komunikasi dengan keluarga naksimal satu kali perminggu, Masih berhubungan dengan kelurga minimal sekali dalam sehari.
  3. Ciri-Ciri Anak Jalanan: a. ) Ciri Fisik, Warna kulit Kusam, Pakaian tidak terurus,Rambut Kusam dan Kondisi badan tidak terurus, b.) Ciri Psikis, Acuh tak acuh, Mobilitas tinggi, Penuh curiga, Sensitive, Kreatif, Semangat hidup tinggi, Berwatak keras,  Berani menanggung resiko dan  mandiri dan c.)Tempat Tinggal, Bersama orangtua, Berkelompok dengan temannya dan Mempunyai rumah tinggal tetap, d.) Tempat Mangkal Anak Jalanan: Pasar, Terminal, Stasion kereta api, Taman-taman kota, Lokalisasi WTS, Perempatan jalan, Pusat perbelanjaan, Kendaraan umum dan  Pembuangan sampah. e.) Aktivitas Anak Jalanan, Penyemir sepatu,   Pengasong,  Calo, Menjajakan Koran/majalah, Mengelap mobil, Mencuci kendaraan,  Pemulung, Pengamen, Kuli, Menyewakan payung, Penjual jasa dan Tambal ban, f.)Kebutuhan Anak Jalanan, Aman dalam keluarga,  Kasih sayang, Bantuan usaha,Pendidikan,  Bimbingan ketrampilan, Gizi dan kesehatan dan  Hubungan harmonis dengan keluarga, orangtua dan masyarakat.,g.)      Anak jalanan bekerja di jalanan dengan cirri-ciri sbb:Berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya,   Berada di jalanan sekitar 8 s/d 12 untuk bekerja, sebagian mencapai 16 jam,   Bertempat tinggal dengan cara mengontrak sendiri dengan teman-temannya atau kerjannya di jalan. dan Tidak bersekolah lagi.

BAB III
INTERVENSI
A. INTERVENSI PELAYANAN SOSIAL ANAK JALANAN MELALUI RUMAH SINGGAH
1.Tujuan Rumah Singgah: a.) Membentuk kembali sikap dan perilaku anak yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, b). Mengupayakan anak kembali ke rumah jika memungkinkan atau ke panti dan lembaga pengganti lainnya jika diperlukan, dan c.)   Memberikan berbagai alternif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi warga masyarakat yang produktif.
2.Fungsi Rumah Singgah: a.)Tempat penjangkuan pertama kali dan pertemuan pekerjaan sosial dengan anak jalanan untuk menciptakan persahabatan, kekeluargaan, dan mencari jalan keluar dari kesulitan mereka.,b.) Tempat membangun kepercayaan antara anak dengan pekerjaan sosial dan latihan meningkatkan kepercayaan diri berhubungan dengan orang lain, c.)Perlindungan terhadap kekerasan, d.)Tempat menanamkan kembali sikap dan perilaku positif, e.)Tempat memahami masalah yang dihadapi oleh anak jalanan, f.) Sebagai media pertemuan anak jalanan dengan keluarganya, dan g.)Tempat mendapatkan informasi
3.Prinsip – Prinsip Rumah Singgah,  Semi Institusional, Terbuka 24 jam, Hubungan Informal/ kekeluargaan, Bebas terbatas apa saja bagi anak, Persinggahan dari jalanan ., Belajar partisipasi dan Belajar Bermasyarakat
4.Tahapan-Tahapan Pelayanan,  Penjangkuan,  Mengkaji permasalahan anak jalanan,Persiapan pemberdayaan, Rujukan Pemberdayaan dan Terminasi
5.Kegiatan-Kegiatan Rumah Singgah,  Penjangkauan dan pedampingan,  Kunjungan lapangan dan perkenalan, Pemeliharaan hubungan dengan anak,  Pembentukan kelompok di jalanan dan Konseling dan medampingi kegiatan anak

BPEKERJA SOSIAL RUMAH SINGGAH
Pekerjaan sosial yang melakukan intervensi pada anak jalanan dapat mengambil dan menerapkan penanganan melalui pengubahan perilaku, konseling dan pemberdayaan anak jalanan dan orangtuanya dengan penjelasan sebagai berikut :
1.         Pengubahan Perilaku Anak Jalanan
Pengubahan perilaku anak jalanan di rumah singgah melalui berbagai kegiatan dalam suatu program yang dilakukan adalah resosialisasi untuk membimbing anak kea rah perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, antara lain sebagai berikut :
  • Pengenalan peranan anggota rumah singgah
  • Kegiatan keagamaan.
  • Pangajaran dan diskusi tentang norma sosial
  • Permainan, pertunjukan seni dan olah raga
  • Bimbingan social perilaku sehari-hari
  •  Membaca buku, majalah dan nonton tv
  • Bimbingan sosial khusus
  • Pemeliharaan kesehatan
  • Surat menyurat dan kunjungan ke rumah orang tua anak jalanan
  • Pertemuan dengan warga sekitar.

2.         Pendekatan Penanganan Anak Jalanan
Pada tahap ini ditempuh dengan cara mengembangkan teknik-teknik untuk mengatasi perilaku adiktif, antara lain :a.)    Mengontrol diri sendiri, Pada sesi tujuan utamanya untuk membantu anak jalanan agar mengatur tingkah laku mereka sendiri. Proses yang ditempuh adalah dengan mengupayakan anak jalanan mampu mengontrol dan mengatur tingkah laku mereka sendiri yang negative ke arah tingkah laku yang positif melalui ,b.) Identifikasi stimulus berupa kejadian, perasaan, keinginan yang cenderung mendahului terjadinya perilaku adiktif., c.) Memperkenalkan pemikiran-pemikiran yang memperkuat alternative perilaku yang positif, d.)Membantu anak jalanan untuk memperkuat didi sendiri setelah dia meninggalkan kebiasan buruknya dan e). Meningkatkan sensitivitas. Pada sesi ini anak jalanan diajarkan untuk relax/ mengurangi kecemasan karena harus meingkalkan kebiasan buruknya dan menvisualisasikan situasi yang menyenangkan dari obat-obat zat adiktif. Begitu imanjinasi anak jalanan semakin tinggi pekerja sosial harus meminta kepada anak jalanan  untuk membayangkan persaan muak dan muntah.
Hal diatas berfungsi sebagai penghukuman bagi pelanggaran perilaku sehingga anak jalanan berekinginan untuk melepaskan diri dari kesenanagn menggunakn zat adiktif dan mengubah perilaku kea rah perilaku yang positif.
3.    Konseling. Merupakan proses interpersonal yang keberhasilannya tergantung pada sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang dibawa konselor pada saat berinteraksi dengan konseling.
Konselor harus memiliki karakteristik personal dan   professional sebagai berikut:
  • Keyakinan bahwa klien adalah individu yang memimiliki nilai tertentu
  • Keyakinan bahwa klien memiliki kemampuan untuk berubah.
  • Pengetahuan tentang fungsi dan ketrampilan dalam membantu individu mengarasi keterbatan fungsional.
  • keinginan untuk terlibat dalam proses antar personal
  • pengetahuan tentang diri sendiri, ketrampilan serta kerterbatasan yang dimiliki.
4.   Tahapan-tahapan Konseling sebagai berikut: Tahap membangun relasi yakni mengembangkan dasar bagi upaya kolaborasi.Tahap eksploratif dengan cara menelusuri dan memahami klien dan kerangka pemikiran maupun perilaku.Tahap pengambilan keputusan dengan jalan merumuskan tujuan konseling dan strategi interaksi.Tahap pelaksanaan / implementasi yakni menerapkan strategi konseling untuk mengatasi masalah dan Tahap terminasi/ menyimpulkan dan mengakiri proses konseling
5. Mengadakan Rujukan, Badan Kesejahteraan Sosial Nasional, Dinas Sosial di Tingkat Kota / Kabupaten, Dinas Pendidikan di Tingkat Kota/Kabupaten, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan, Polres/Binmaspol, Media Massa, Kelompok Profesi Swasta, Tokoh-Tokoh Masyarakat, Agama dan Masyarakat, Perusahaan Perusahaan Swasta, Panti Sosial Rehabilitasi Anak dan Pesantren
  1. PEMBERDAYAAN ORANG TUA ANAK JALANAN
1. Pemberdayaan Keluarga Anak Jalanan
Suatu upaya yang dilakukan untuk memperkuat kemamampuan dengan melibatkan keluarga yang disesuaikan dengan sumber sumber keluarga dengan tujuan untuk mendirikan keluarga tersebut.
Tujuan pemberdayaan keluarga adalah meningkatkan kemampuan keluarga, agar mampu memenuhi kebutuhan dasarnya seperti pendidikan, kesehatan, sandang, pangan, perumahan, pendapatan, kesempatan kerja, kerohanian, kemauan, rekreasi, kebudayaan dan keadilan.
Sumber-sumber yang ada di dalam keluarga dapat dikelompokan sebagai berikut :
a.) Sumber Manusia/ Tenaga Yang Mencakup Jumlah: Susunan umur dan jenis kelamin,  Pengetahuan, Minat,   Kreatifitas dan Tingkat kesehatan, b.) Sumber Antar:  Unsur waktu, Kesempatan bersama-sama, Hubungan anggota keluarga lain dan Berbagai pola kerjasama dan c.) Sumber Material/ Saran: Tempat tinggal, Lahan garapan, Bahan bakar, Listrik atau penerangan, Pendapatan keluarga berupa uang atau jasa dan  Fasilitas-fasilitas yang tersedia
2. Kegiatan Pemberdayaan menyangkut 3 aspek:a.)Pemahaman orang perorang dari anggota keluarga sebagai manusia utuh yang akan dan perlu diperdayakan, b.)Pemberdayaan kemampuan keluarga dalam kegiatan usaha ekonomis nyata yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan pendapatan keluarga.dan c.)Pemberdayaan lingungkan di sekitar keluarga yang mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap keluarga.

  1. PEMBERDAYAAN KEGIATAN USAHA
“Upaya yang dilakukan pemerintah, dunia usaha, keluarga dan masyarakat dalam bentuk penumbuhan iklim usaha, pembinaan dan pengembangan sehingga usaha kecil atau keluarga mampu menumbuhkan dan memperkuat dirinya menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
Untuk menumbuhkan kegiatan-kegiatan keluarga diperlukan tahapan-tahapan sebagai berikut; Memilih dan menentukan jenis usaha keluarga yang akan dilaksanakan sesuai minat, kemampuan, ketrampilan yang dimiliki oleh keluarga antara lain: Aneka industri kerajinan rumah tangga seperti pembuatan kue, catering  dan warungisasi, Aneka kerajinan tangan, Membuat jamu tradisional, Pembuatan minyak kelapa, Pembuatan sirop, Peternakan ayam/itik,  Pembuatan kerupuk, Menjahit dan Warungisasi, Jenis usaha didasarkan pada sumber-sumber yang ada di sekitar keluarga dan  Mempergunakan peralatan yang sederhana dan bahkan yang sudah dimiliki oleh keluarga, lalu hasil usaha mudah dijual dan  memperhitungkan keuntungan yang akan didapat.

BAB  V

KEBAIKAN DAN KELEMAHAN INETRVENSI
KELEBIHAN  INTERVENSI
KELEMAHAN   INTERVENSI
  • Intervensi dapat dilakukan secara terpadu dan koprehesensif
  • Intervensi dapat dilakukan secara berkesinambungan
  • Klien dapat berubah dan memiliki keinginan untuk merubah nasib
  • Klieb dapat mengubah perilaku, konsep hidup dan bekerja di sector formal dan non formal
  • Klien dapat mengaktulisasilkan diri.
  • Membutuhkan banyak tenaga professional dan non professional
  • Membutuhkan banyak dana
  • Timbul ketergantungan pada klien





DAFTAR PUSTAKA 
  1. Save The Children, Anak Jalanan Di Indonesia” Deskripsi Persoalan dan Penanganan, Humana.
  2. DEPSOS, 2002, Standar Pelayanan Sosial Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah, Jakarta.
  3. DEPSOS, 2000, Modul Pelatihan Pekerja Sosial Rumah Singgah Jilid 2, Jakarta
  4. DEPSOS, 2005, Pedoman Bimbingan Teknis Kesejahteraan Sosial Keluarga, Jakarta.
  5. DEPSOS, Panduan Pedampingan Pemberdayaan Peran Keluarga, Jakarta
  6. DEPSOS, 2000, Modul Pelatihan Petugas Pendanping Orang Tua Anak Jalanan Jidid 5, Jakarta
  7. DEPSOS,2005, Pedoman Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga, Jakarta
  8. DEPSOS, 2005, panduan Praktis Bagi Pembimbing Sosial Keluarga, Jakarta
  9. DEPSOS, 2002, Acuan Teknis Pengembangan Pelayanan Sosial Rumah Singgah Dalam Penangan Anak Jalanan, Jakarta
  10. Pemerintah Kota Semarang, 2007, Panduan Umum Pengolahan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial, Semarang
  11. Shalahuddin, Odi, 2000, Anak Jalanan Perempuan, Yayasan Setara, Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar