Minggu, 13 April 2014

KEMANDIRIAN

     

1.                  Pengertian  Kemandirian  
Menurut Sutari (dalam Enung,2008: 142) kemandirian adalah perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu mandiri tanpa bantuan orang lain.
Kemandirian menurut Enung (2008) adalah suatu perilaku individu yang diperoleh secara komulatif selama perkembangan, dan individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu pada akhirnya mampu berpikir dan bertindak sendiri.
Menurut Reber (dalam Enung.2008: 43) Kemandirian adalah suatu sikap otonomi bahwa seseorang secara relative bebas dari pengaruh penilaian,pendapat dan keyakinan orang lain.
Sedangkan Kemandirian menurut Kartini dan Dali (1987) adalah hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengandung pengertian :
      1. Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya
      2. Mampu mengambil keputusan dan berinisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi
      3. Memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
      4. Bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.

2.           Faktor-Faktor Kemandirian 
Menurut Masrun dkk (1986) terbentuknya kemandirian ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor kodrati dan faktor lingkungan.
a.                   Faktor-faktor kodrati
1)             Urutan kelahiran
Pengaruh urutan kelahiran ini, sebenarnya lebih pada perbedaan perlakuan oranng tua dan saudara yang diterima oleh masing-masing anak, demikian pula harapan-harapan yang diberikan terhadap mereka (Hurlock,1999).
Posisi kelahiran sebagai anak pertama memungkinkan baginya untuk mempunyai hubungan dengan orangtua yang lebih dekat dibadingkan saudara-saudara yang lahir dikemudian (Hurlock Susilowati, 1988). Penyebab dari kondisi ini dapat dijelaskan dengan teori Adler (1993) tentang urutan kelahiran (birth order), bahwa anak tertua dengan posisi bertahan, anak nomor dua dan seterusnya dengan tuntutan untuk dapat menduduki posisi kakaknya, sedangkan anak bungsu dihadapkan pada masalah bagaimana ia memperoleh perhatian orang tua disaat peluangnya lebih kecil dibandingkan dengan kakak-kakaknya. Sebagai akibatnya, anak paling sulung yang berhasil meneysuaikan dirinya sebagai kakak, ia akan tumbuh sebagai pribadi yang mandiri, sedangkan apabila gagal akan cenderung tumbuh menjadi pribadi yang kurang mandiri.

2)             Jenis kelamin
Sebenarnya, sejak masih bayi anak tidak mendapatkan perlakuan berbeda dalam hal latihan kemandirian, antara bayi laki-laki dan bayi perempuan. Conger (Susilowati,1988) menyatakan bahwa saat menginjak usia 4-5 tahun dan berlanjut hingga masa remaja, terdapat suatu pola yang menuntut anak wanita berlaku merawat dan patuh, sedangkan anak laki-laki dituntut untuk lebih percaya diri dan lebih mengutamakan prestasi. Monks (Susilowati,1988) menyatakan bahwa dalam hasil penelitiannya disebutkan,untuk situasi di indonesia terutama dijawa, anak wanita diharapkan untuk lebih mencintai rumah dan keluarganya. Selanjutnya potensi ini akan berkembang karena pengaruh peran yang berbeda antara laki-laki dan perempuan (Ulwan,1988). Selanjutnya potensi ini akan berkembang karena pengaruh peran yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Ulwan (1988) menyatakan bahwa sosok laki-laki adalah penanggung jawab utama dalam pemenuhan nafkah keluarga, sehingga ini dituntut dari awal perkembangannya untuk tumbuh menjadi sosok yang mampu berdiri sendiri untuk kesiapan melaksanakan perannya nanti. Berbeda dengan halnya dengan sosok wanita,dengan peragainya yang lembut nantinya bertanggungjawab terhadap anak dan urusan rumah tangga dituntut untuk pandai merawat rumah dan patuh pada suaminya. Untuk  pemenuhan nafkah ketika kondisi memang menuntutnya. Hal ini tidak menuntut kemungkinan seorang wanita untuk tetap belajar mengembangkan sikap mandiri dalam segala aspek kehidupannya.

3)             Umur
Sutton (dalam Susilowati,1988) menyebutkan bahwa dengan bertambahnya umur serta lewat proses belajar orang semakin tidak tergantung dan mampu secara mandiri menetukan hidupnya. Hal ini terjadi karena anak-anak yang muda lebih tunduk pada pengawasan orang tua dan pengawasan ini akan berangsur-angsur berkurang sejalan dengan bertambahnya usia. Menurut Jung (Lina dan Rosyid,1997) locus of control internal dicirikan dengan seseorang yang mempunyai keyakinan bahwa individu sendirilah yang bertanggung jawab atas kesuksesan tau kegagalan yang dialaminya. Karakteristik ini sejalan dengan indikasi orang yang mandiri, yaitu yakin akan kemampuan dirinya untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi.

b.                   Faktor-faktor lingkungan
1)             Tingkat Demokratik orangtua
Blair dan Burton (Masrun,dkk.1986) menyatakan bahwa peran keluarga, terutama orang tua yang demokratik akan memeberi kesempatan kepada anak-anaknya untuk bergabung dengan aktivitas sebayanya, tanpa kehilangan rasa aman dan terjamin dirumahnya. Hal ini akan mendukung terbentuknya anak yang mandiri.
Sebuah penelitian yang dilaksanakan oleh Mulyati (1997) memperoleh beberapa hasil, diantaranya adalah pola asuh demokratik mampu memberikan sumbangan terhadap kompetensi interpersonal anak. Kompetensi interpersonal ini oleh Buhrmester dkk (Mulyati,1997) dibagi menjadi lima aspek,yaitu : inisiatif,keterbukaan (self-disclosure), asertivitas, dukungan diharapkan dapat berfungsi secara aktif dan mendukung individu untuk mandiri.

2)             Kebudayaan
Lingkungan budaya seseorang berpengaruh terhadap tingkat kemandiriannya. Menurut Nuryoto (1992) lingkungan budaya diartikan sebagai lingkungan tempat hidup sehari-hari,dengan tradisi,kebiasaan gaya hidup tertentu dan beragam oleh tiap daerah. Dicontohkan oleh Nuryoto sebagai gambaran yang berbeda antara kehidupan remaja di kota yang lebih kompleks, lebih dianmis dan mobilitasnya lebih tinggi dibandingkan remaja di desa yang bersifat agraris, terang dan mobilitas penduduk tidak terlalu tinggi. Berdasarkan contoh tersebut terlihat bahwa gaya hidup dan kebutuhan hidup remaja di kota dengan di desa berbeda. Hal ini adalah gambaran tentang perbedaan budaya yang akan mempengaruhi tingkah laku anggota masyarakat dan akan berpengaruh juga pada tingkat kemandirian individu. Menurut Monks (Susilowati,1988) lingkungan budaya ini selanjutnya akan memberikan pola-pola latihan kemandirian yang tertentu, yang akirnya ikut berperan membentuk generasi berikutnya.

3)             Pendidikan
Pendidikan yang dimaksud di lingkungan pendidikan seseorang, baik disekolah sebagai pendidikan formal,maupun dikeluarga sebagai pendidikan non formal (Wahjuningsih,1994). Faktor pendidikan ini mengandung pengertian bahwa penting sekali peran serta yang aktif dari guru dan orang tua dalam menumbuhkankembangkan nilai-nilai pada seseorang. Nilai-nilai menurut Sohaeter (1996) akan membantu membentuk kepribadian seseorang. Termasuk didalamnya adalah sikap kreatif, peduli menghargai dan juga mandiri.
Pelaksanaan pendidikan dikeluarga ini berkaitan erat dengan berbagai kemungkinan yang dihadapi,misalnya keberadaan keluarga dengan satu orang tua dan keluarga dengan orang tua lengkap. Faktor pendidikan ini yang kemudian digunakan sebagai salah satu faktor yang ikut mempengaruhi terbentuknya sikap mandiri seseorang.

4)              Pekerjaan
Flippo (Masrun dkk, 1986) menyatakan bahwa orang cenderung tidak mandiri bila dihadapkan pada situasi kerja yang tidak sesuai dengan kebutuhan dirinya maka ia cenderung akan mencari pekerjaan lain yang lebih ada kebebasan dan kemandirian. Centers (Masrun dkk,1986) menyatakan bahwa yang membuat orang puas dengan pekerjaannya anatara lain adalah kesesuaian dengan minatnya, prestis yang melekat pda pekerjaan, kreativitas yang dituntut dalam kerjanya. Serta kebebasan dan kemandirian.

Menurut Ali dan Asrori (2009, h. 118) faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian adalah :
a.                   Gen atau keturunan orang tua
Orang tua yang memiliki tingkat kemandirian tinggi seringkali menurunkan pada anak yang memiliki kemandirian tinggi, namun factor ini masih menjadi perdebatan karena ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya bukan sifat kemandirian orang tuanya yang menurun kepada anaknya,melainkan sifat orannng tuanya muncul berdddasarkan carrra oraaang tua mendidik anaknya.

b.                   Pola asuh orang tua
Cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak. Orang tua yang terlalu banyak melarang anak tanpa diserta penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan manidir anak. Sebaliknya orang tua yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya dengan komunikasi yang empatik serta penuh keterbukaan dan adanya interaksi yang hangat akan dapat mendorong kelancaran perkembangan kemandirian anak. Orang tua yang sering membandingkan anak juga akan berpengaruh kurang baik terhadap perkembangan kemandirian anak.

c.                   System pendidikan di sekolah
Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi tanpa argumentasi akan menghambat perkembangan kemandirian. Proses pendidikan yang banyak menekankan pentingnya pemberian sanksi dan hukuman juga dapat menghambat perkembangan kemandirian remaja. Sebaliknya proses pendidikan yang menekankan pentingnya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward dan penciptaan kompetisi positif akan memperlancar perkembangan kemandirian anak.

d.                  System kehidupan di masyarakat
System kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur social, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang menghargai manifestasi potensi remaja dalam kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian remaja. Sebaliknya lingkungan masyarakat yang aman, menghargai ekspresi potensi remaja dalam bentuk berbagai kegiatan, emnerima remaja secara positif tanpa syarat, adanya kebebasan mengeksplorisasi lingkungan dan lingkungan yang tidka terlalu hierarkis akan merangsang dan mendorong perkembangan kemandirian remaja.

Sementara menurut Basri (1996, h. 53) terdapat dua faktor yang mempengaruhi kemandirian, yaitu :
a.                   Faktor Internal
Meliputi semua hal yang bersumber dari dalam diri, seperti keadaan keturunan dan keadaan tubuhnya sejak lahir dengan segala kelengkapan yang melekat pada tubuhnya.

b.                   Faktor Eksternal
Meliputi semua hal yang bersumber dari luar diri atau yang sering disebut factor lingkungan. Dalam hal ini, yang sering mempengaruhi individu adalah orang tua, teman sebaya,lingkungan social, serta pengalaman yang diperoleh individu sebelum berinteraksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian  dapat dibagi dua factor yaitu factor internal dan factor eksternal. Factor internal meliputi gen, keturunan orangtua, usia, urutan kelahiran, umur, jenis kelamin, intelegensi. Sedangkan factor eksternal meliputi pekerjaan, pendidikan, lingkungan di sekolah, di masyarakat, pola asuh orang tua dan kebudayaan.

Erikson (dalam Monks, dkk, 1989), menyatakan kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari identitas ego, yaitu merupakan perkembangan kearah individualitas yang mantap dan berdiri sendiri. Kemandirian biasanya ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan insiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan-keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain. Dengan otonomi tersebut, diharapkan akan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengandung pengertian:" Suatu kondisi dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demikebaikan dirinya sendiri., Mampu mengambil keputusan dan insiatif untu mengatasi masalah yang dihadapi. Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya.Bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya."

 Menurut Erikson Dalam bukunya Childhood and Society, Erikson membagi fase dan tugas perkembangan, sebagai berikut :“ … Awal masa dewasa (19–25 tahun) kemandirian menjadi hal yang penting pada masa ini. Sudah memulai untuk mengurus segala sesuatunya sendiri dan tidak bergantung pada orang tua...Menurut Teori Erikson,Tahap Dewasa Awal yaitu mereka di dalam lingkungan umur  20 an ke 30 an. Pada tahap ini manusia mulai menerima dan memikul tanggungjawab yang lebih berat. Pada tahap ini juga hubungan intim mulai berlaku dan berkembang. Sesudah masa remaja yaitu masa penemuan identitas sesorang sekaligus mamasuki masa dewasa awal yang ditandai oleh intimitasi vs isolasi, maka seseorang tinggal mengalami dua fase lagi meliputi sebagian besar masa hidupnya. Dalam fase ketujuh atau masa dewasa pertengahan sesorang dapat berkembang kearah generativitas vs stagnasi, sedangkan dalam fase kedelapan atau fase terakhir seseorang dapat berkembang kearah integritas-ego vs putus asa. Erikson percaya pada Fase generativitas vs stagnasi bahwa orang dewasa tengah berada pada posisi berbahaya menghadapi persoalan hidup yang signifikan.

3.                  Ciri-ciri Kemandirian 
Kemandirian ini oleh Zakiyah (2000) dicirikan sebagai pribadi yang mempunyai beberapa ciri, yaitu :
a.            Memiliki kebebasan untuk berinisiatif
Mempunyai kebebasan untuk berpendapat dan menuangkan ide-ide baru serta mencoba sesuatu hal baru yang mungkin belum dilakukan orang lain.
b.                  Memiliki rasa percaya diri
Memiliki kepercayaan diri bahwa segala masalah yang dihadapi mampu untuk diatasi dan tidak mempunyai perasaan ragu-ragu dalam mempertimbangkan sesuatu.
c.                  Mampu mengambil keputusan
Berusaha mengambil keputusan sendiri dalam mengatasi masalah yang dihadapi tanpa bergantung orang lain.
d.                 Mampu bertanggung jawab
Segala hal yang dikerjakan dapat dipertanggungjawabkan pada diri sendiri dan orang lain.
e.                  Mampu mengendalikan diri
Mampu untuk menegndalikan diri dalam melakukan suatu tindakan dan apabila melakukan suatu kesalahan akan cepat menyadarinya.

Ciri-ciri kemandirian menurut Lindzey & Ritter, 1975 dalam Hasan Basri (2000:56) berpendapat bahwa individu yang mandiri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.        Menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk mengejar prestasi
b.        Secara relatif jarang mencari pertolongan pada orang lain
c.        Menunjukkan rasa percaya diri
d.        Mempunyai rasa ingin menonjol

Sejalan dengan dua pendapat dari ahli diatas, Antonius (2002:145) mengemukakan bahwa ciri-ciri mandiri adalah sebagai berikut:
a.        Percaya diri
b.        Mampu bekerja sendiri
c.     Menguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kerjanya
d.       Menghargai waktu
e.       Tanggung jawab
Kemandirian juga terdiri dari beberapa ciri-ciri, menurut Zakiyah (2000) dicirikan sebagai pribadi yang mempunyai beberapa ciri, yaitu memiliki kebebasan untuk berinisiatif, memiliki rasa percaya diri, mampu mengambil keputusan, mampu bertanggung jawab, mampu mengendalikan diri.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa cirri-ciri kemandirian meliputi mampu untuk berinisiatif, memiliki rasa percaya diri, mampu bertanggung jawab, menghargai waktu, jarang meminta bantuan pada orang lain, dan dapat mengendalikan diri.

4.             Aspek-aspek Kemandirian 
Robert Havinghurst (dalam Enung, 2010, h.143) mengatakan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek yaitu :
      1. Aspek emosi, aspek ini ditujukan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya emosi pada orang lain.
      2. Aspek ekonomi , aspek ini ditujukan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua.
      3. Aspek intelektual, aspek ini ditujukan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
      4. Aspek sosial, aspek ini ditujukkan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung orang lain
Ali dan Asrori (2009, h. 116) menyatakan bahwa individu yang mandiri, dalam kehidupannya akan terkandung aspek-aspek sebagai berikut :
a.                  Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan
b.                  Bersikap objektif dan realistis terhadap diri sendiri maupun orang lain
c.                  Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan
d.                 Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik diri
e.                  Menghargai kemandirian orang lain
f.                   Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain
g.                  Mampu mengekspresikan perasaannya dengan penuh keyakinan dan keceriaan.

Aspek-aspek kemandirian menurut Nashori dapat dijelaskan sebagai berikut:  (1999, h.32)
a.        Bebas atau tidak mudah terpengaruh
b.        Mempunyai inisiatif
c.        Gigih
d.        Percaya diri
e.        Pengendalian diri


7 komentar:

  1. slmt pagi.maaf baru balas...daftar pustaka nanti saya cek dan akan saya cantumkan...mksh atas atensinya...

    BalasHapus
  2. Bagus,, Bu,,, Mohon Maaf bisa saya minta,, judul buku yang digunakan dalam refrensi di atas,, Email saya,, (dewiastutikrahayu@yahoo.com) terimaksih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bang udah dapet dapusnya belum bang?kalau udah bisa di share bang di email saya anto.angga48@gmail.com

      Hapus
  3. Bagus banget... daftar pustakanya apa bu??? Kalau ada kirim ke email saya ya bu, ismo_hadi@ymail.com
    Terimakasih sebelumnya

    BalasHapus
  4. selamat sore..flasdisk saya banyak banget...jadi harus cek satu satu...belum sempat...aduh gimana ya..coba sabtu besok libur saya sempetin bongkar semua flaskdisk...oke..jangan pada marah ya?..saya cew..hehhe masak dipanggil bang ?..thank

    BalasHapus
  5. Maaf mbak saya boleh minta daftar pustakanya, tolong kirim ke email saya irmagraini02@gmail.com

    BalasHapus