PENTINGNYA
DASAR PENGETAHUAN DALAM TUJUAN DAN PROSES PEKERJAAN SOSIAL
Sebelum
kita memahami apa itu HBSE dan bagaimana kaitannya dengan profesi pekerjaan
sosial, terlebih dahulu kita akan menyinggung
bahwa sebenarnya pekerja sosial mempunyai tiga tugas utama dalam
kaitannya dengan proses pemecahan masalah klien, yaitu:
- Pekerja sosial menolong orang
untuk memecahkan masalah mereka dan mampu menangani situasi mereka.
- Pekerja sosial mampu bekerja
dengan memanfaatkan sistem yang ada, seperti sosial agency, organisasi,
komunitas dan birokrasi pemerintahan, sehingga orang dapat memiliki akses
yang lebih baik atas sumber-sumber dan pelayanan yang mereka butuhkan.
- Pekerja sosial mampu
menghubungkan individu dengan sistem sehingga individu memiliki sendiri
akses terhadap sumber dan peluang
(Bair dan Federico,1978, hal.68). Sasaran dari pekerjaan sosial tidak hanya
bagaimana individu berdaya, namun juga bagaimana sistem yang ada dan
individu-individu saling mempengaruhi satu sama lain.
Dari
tiga tugas utama yang harus dilakukan oleh pekerja sosial tersebut, dapat
disimpulkan bahwa fokus intervensi dari seorang pekerja sosial tidaklah hanya
ditujukan pada orang yang bermasalah saja, tetapi difokuskan juga pada bagaimana
situasi sosial kliennya, karena situasi sosial tersebut dapat mempengaruhi atau
sebagai sumber terjadinya permasalahan, dimana dalam konsep pekerjaan sosial
kita kenal dengan pendekatan ganda (dualistic approach). Dalam hal ini,
bagaimana agar pekerja sosial dapat memahami klien dan situasi sosialnya secara
baik tentunya harus didukung dengan teori-teori atau pengetahuan yang
mempelajari bagaimana individu tersebut bertingkah laku dalam suatu
lingkungannya, apa motivasi-motivasi yang mendasarinya dan bagaimna aksi maupun
reaksi dari suatu lingkungan sosialnya. Semua pengetahuan tersebut akan
dipelajari dalam pengetahuan human behavior of social environment ( HBSE ).
Bahkan dapat disimpulkan bahwa HBSE merupakan pengetahuan pokok atau dasar yang
harus dimiliki oleh pekerja sosial baik dalam mengasses masalah klien maupun
menentukan rencana pelayanan dari klien. Pekerja sosial perlu memiliki dasar
pemahaman tingkah laku manusia sehingga mereka dapat menolong klien dalam mengenali
dan memilih alternatif pemecahaan masalah kliennya.
SIGNIFIKIANSI ATAU
PENTINGNYA DASAR PENGETAHUAN DALAM KEGIATAN ASESMENT
Ada
beberapa langkah dasar dari praktek pekerjaan sosial yang sering kali dilakukan
yang meliputi : Pertama, masalah atau situasi dipetakan dan dimengerti (
assesmen yang dibuat atas situasi problematik ). Kedua, rencana tindakan
khusus yang dibuat atau disusun dimana tujuannya akan dipilih secara spesifik. Ketiga,
intervensi diaktualkan atau rencana tindakan dilaksanakan. Ini merupakan
“tindakan” dari proses assesmen. Termasuk menyelenggarakan konseling individual
atau bekerja dengan masyarakat dan organisasi yang lebih luas untuk merubah
kebijakan yang sanggup mengakomodir kebutuhan klien. Keempat, evaluasi atas
perkembangan pemecahan masalah. Apakah tujuan yang diharapkan dengan kebutuha
klien dapat selaras?. Kelima, proses pekerjaan sosial yang
disebut dengan terminasi atas intervensi yang dilakukan. Ini merupakan
pengakhiran proses atas apa yang telah dilayani (Krist Ashman & Hull,
1999).
Assesmen
yang akurat merupakan langkah penting
dalam proses pekerjaan sosial (Sheafor,horejsi & horejsi, 1977).
Informasi atas masalah atau situasi diperlukan untuk dapat ditelaah dan
ditafsirkan. Assesmen juga meliputi pengetahuan dan asumsi dasar tentang
tingkah laku manusia. Pekerja sosial perlu memiliki dasar pemahaman tingkah
laku manusia sehingga mereka dapat menolong klien dalam mengenali dan memilih
alternatif. Bartlett (1970) menyebut sebagai panduan dasar pada pekerjaan
sosial. Ini meliputi nilai-nilai umum misalnya keyakinan yang dimiliki
masing-masing individu, hak untuk menentukan apa yang boleh dan tidak didalam
kehidupan diri mereka sendiri.
Dampak Sistem Dalam
Lingkungan
Lingkungan
sangatlah penting didalam menganalisa dan memahami perilaku manusia, sehingga kita
perlu mulai mendefinisikan konsep-konsep tentang prilaku. Pekerjaan sosial
memfokuskan pada interaksi diantara individu dan beragam sistem dalam
lingkungan. Secara perspektif konseptual pekerjaan sosial memberikan perwujudan
simbol-simbol atau gambar-gambar dari bagaimana memandang dunia. Teori-teori
sistem menyediakan pendekatan yang luas untuk memahami dunia dan bisa
diterapkan pada berbagai latar belakang masyarakat. Penggabungan teori-teori
sistem dengan perspektif ekologi kadang kala mengacu pada teori ekosistem.
(Beckett and Jhonson,1955; Krist-Ashman,2000). Di dalam perspektif ini orang dipandang sebagai sesuatu yang
terlibat secara tetap dalam melakukan interaksi dengan berbagai sistem dalam
lingkungannya. Ini meliputi keluarga, teman, pekerjaan, pelayanan sosial,
pemerintah agama, barang dan jasa, dan sistem pendidikan. Teori sistem
memandang orang secara dinamis terlibat dengan sistem lainnya. Praktek
pekerjaan sosial diarahkan pada perbaikan interaksi antara klien dan sistem.
TEORI-TEORI SISTEM DAN
RELEVANSINYA BAGI PEKERJAAN SOSIAL
Sejumlah
istilah penting untuk dipahami dari teori sistem dan kaitannya dengan praktek
pekerjaan sosial. Ini meliputi sistem, boundaries, subsistem, homeostatis ,rule,
relationship, input, output, feedback, interface, differentiation, entropy,
negative entropy dan equifinality. Kata-kata kunci / konsep kunci
tersebut secara singkat mempunyai pengertian sebagai berikut :
Sistem
: seperangkat elemen yang teratur dan berinterrelasi untuk membuat berfungsinya
ssistem tersebut secara keseluruhan. Sebuah bangsa, Depsos dan pasangan yang
baru menikah merupakan contoh dari sebuah sistem.
Boundaries
: sejumlah perilaku yang secara berulangkali
berkaitan dengan sistem dan memberi sistem identitas secara khusus.
Chaess & Norlin (1991) menjelaskan boundaries didefinisikan sebagai subyek
sistem. Didefinisikan juga sebagai peran-peran yang terdahulu yang akan
dilakukan dengan membandingkan sistem. Boundaries juga aksis antara pekerja
perlindungan sosial dalam lembaga pelayanan sosial dan mereka yang bekerja
dalam bantuan keuangan. Ini secara teratur dan berinterrelasi dalam kelompok
yang secara khusus boundaries tanggungjawab sosial yang dirancang mereka dengan
klien yang mereka layani.
Subsistem
: sistem sekunder atau bagian dari sebuah sistem. Bisa dipandang sebagai bagian
sistem yang lebih kecil di dalam sistem yang lebih luas. Kelompok dari para
pekerja sosial didalam lembaga pelayanan sosial yang lebih luas membentuk satu
subsistem dan pekerja bantuan keuangan. Demikian juga. Subsistem-subsistem ini
merupakan bagian dari boundaries yang dirancang yang masih merupakan bagian
dari sistem yang lebih luas.
Homeostatis : kecenderungan
dari sistem untuk memelihara stabilitas relatif, kondisi keseimbangan yang
tetap. Jika sesuatu mengganggu keseimbangan, sistem akan menyesuaikan dirinya
dan menstabilkan kembali seperti semula. Sistem keluarga yang seimbang
merupakan sesuatu yang berfungsi melanjutkan fungsinya dan tinggal
bersama. Keseimbangan dalam lembaga
pelayanan sosial adalah dimana bekerja untuk memelihara keberlangsungan
keberadaannya. Bagaimanapun juga baik keluarga maupun agen pelayanan sosial
memerlukan berfungsinya keseimbangan sebaik atau seefektif mungkin. Homeostatis
berarti juga memelihara status quo. Terkadang status quo itu bisa tidak
efektif, tidak efisien ataupun bermasalah serius.
Role
: sejumlah perilaku yang diharapkan secara kultural dari individu dalam relasi
sosial yang spesifik. Norlin & Chess (1997,hal.56) Setiap individu yang
terlibat dalam sebuah sistem memiliki sebuah peran/role didalam sistem
tersebut.
Relationship
: pertukaran emosi yang saling menguntungkan; interaksi yang dinamis dan
hubungan perilaku pikiran dan perasaan diantara dua atau lebih orang atau sistem (Barker,1999 hal.
407). Sebagai contoh pekerja sosial bisa memiliki hubungan profesional dengan
klien. Mereka berkomunikasi dan berinteraksi supaya mengetahui
kebutuhan-kebutuhan kliennya. Relationship mungkin berada diantara
sistem-sistem diberbagai level. Klien mungkin bisa memiliki sebuah hubungan
dengan suatu lembaga; lembaga itu mungkin mempunyai relationship dengan lembaga
lainnya.
Input :
meliputi aliran energi informasi, ataupun komunikasi yang diterima dari
sistem-sistem lainnya. Orang tua mungkin menerima input dari kepala sekolah
anak-anak mereka. Lembaga pelayanan publik mungkin menerima masukan/input dari
negara dalam bentuk pembiayaan.
Output
: apa yang terjadi setelah input diproses oleh beberapa sistem. Istilah output
secara kualitas berbeda dengan outcome, sebuah istilah yang sering digunakan
dalam pendidikan pekerjaan sosial. Output adalah istilah yang lebih umum untuk
hasil dari sebuah proses. Outcome merupakan variabel-variabel yang secara
khusus/spesifik yang bisa diukur untuk maksud evaluasi. Sebagai contoh outcome
untuk lembaga pelayanan sosial yang disebutkan diatas mungkin termasuk
penurunan penggunaan ketergantungan zat adiktif pada klien, peningkatan
komunikasi didalam anggota keluarga yang menerima treatment, dan penurunan
penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol oleh murid-murid yang menerima
penyuluhan napza. Output merupakan apa yang dilakukan dimana bisa atau tidak
memiliki nilai. Outcome mengukur efek positif dari sebuah proses sistem.
Feedback
: Bentuk khusus dari input. Ini meliputi sistem penerimaan informasi tentang
performen input itu sendiri. Manakala hasilnya merupakan numpan balik negatif,
sistem bisa memilih untuk mengkoreksi penyimpangan atau kesalahan dan kembali
pada keadaan yang lebih seimbang.
Positive feedback
: Sistem penerimaan informasi tentang apa yang sedang dilakukan secara tepat
untuk memelihara dirinya. Terdapat 97% pada ujian sejarah menyediakan tingkat
keenam dengan informasi bahwa ia telah
menguasai sebagian besar bahan uji tersbut.
Interface
: menunjuk pada dimana dua sistem (termasuk individu, keluarga, kelompok, organisasi,
atau komunitas) bertemu untuk melakukan kontak satu sama lain ataupun
berkomunikasi.
Differrentiation : kecenderungan
sistem untuk bergerak dari hal yang lebih sederhana menuju pada hal yang lebih
kompleks. Hubungan-hubungan situasi dan interaksi cenderung mendapatkan hal-hal
yang lebih kompleks pada suatu waktu tertentu. Sebagai contoh kehidupan pada
suatu keluarga setiap hari akan bertambah pengalaman baru. Informasi baru dan
pilihan-pilihan baru tergali. Sehingga kehidupan keluarga tersebut menjadi
lebih kompleks. Terakhir, pada lembaga pelayanan sosial meneruskan program dan
kebijakannya itu akan dibangun lebih
rinci.
Entropy
: kecenderungan dari sistem untuk berkembang kearah disorganisasi, kemunduran,
kematian. Tak satupun yang abadi. Orang bertambah umur dan selanjutnya mati.
Keluarga muda bertambah tua dan kemudian anak-anaknya meninggalkan untuk
memulai keluarga baru mereka. Saat waktu berlalu lembaga dan sistem yang lebih
tua lambat laun akan diganti oleh lembaga dan sistem yang baru.
Negatif entropy
: proses dari sebuah sistem menuju
pertumbuhan dan perkembangan. Ini adalah kebalikan dari entropy. Individu
berkembang secara fisik,inteleknya dan emosinya ketika ia tumbuh. Lembaga
pelayanan sosial tumbuh dan mengembangkan klien dan program-program baru.
Equifinality
: merujuk pada fakta yang mana ada
banyak perbedaan sarana atau cara untuk tujuan yang sama. Adalah penting untuk
tidak terpaku pada satu cara berfikir. Di banyak situasi selalu ada alternatif.
Beberapa bisa lebih baik daripada yang lainnya. Tapi, tidak ada yang memiliki
alternatif. Sebagai contoh ketika pekerja sosial akan memerlukan sumber-sumber
untuk sebuah keluarga dapat mengambil dari berbagai sistem sumber yang ada. Ini
bisa meliputi bantuan keuangan, sewa perumahan, makanan, bantuan uang, atau
pemberian khusus. Anda harus bisa memilih diantara alternatif-alternatif yang
tersedia dari berbagai lembaga yang ada.
Perspektif
Ekologi : Konsep-konsep penting
Dalam
perspektif ini memandang suatu
pendekatan yang terintegrasi antara teori-teori
sistem dan konsep-konsep ekologi. Teori ekosistem adalah teori sistem yang
biasa digunakan untuk menjelaskan dan menganalisa orang dan sistem kehidupan lainnya serta
transaksi-transaksi diantara mereka (Beckett & Jhonson,1995 hal.139). Keduanya
berfokus pada sistem sebuah keluarga. Dibawah ini beberapa istilah utama yang
dikenal dalam perspektif ekologi.
Social
Environtment. Lingkungan sosial meliputi
kondisi,keadaan dan interaksi manusia yang mencakup kehidupan manusia. Individu
perlu memiliki interaksi yang efektif dengan lingkungannya agar supaya bertahan
dan terus hidup.Lingkungan ssosial mencakup setting aktual yang masyarakat dan
kebudayaan .Lingkungan sosial juga mencakup individu-individu, kelompok,
organisasi, dan sistem dimana orang datang melakukan kontak termasuk keluarga,
teman, kelompok pekerjaan dan pemerintahan. Lembaga-lembaga sosial seperti
rumah sakit,perumahan, panti sosial dan sistem pendidikan dan aspek-aspek
lainnya merupakan lingkungan sosial ini.
Transaksi.
Orang berkomunikasi dan berinteraksi dengan yang lainnya dalam lingkungan
mereka. Interaksi ini disebut sebagai transaksi. Transaksi merupakan sesuatu
yang aktif dan dinamis sebab kadangkala dikomunikasikan atau dipertukarkan.
Transaksi bisa positif atau negatif.
Energi.
Energi adalah kekuatan alamiah dari keterlibatan aktif antara orang dengan
lingkungan mereka. Energi bisa mengambil bentuk dari input ataupun output.
Input adalah bentuk dari energi yang masuk dalam kehidupan seseorang dan
menambah pada kehidupannya.. Sebaliknya output adalah suatu bentuk energi yang
keluar dari kehidupan seseorang atau mengambil sesuatu yang jauh dari
dirinya,misalnya orang tua memberikan sejumlah energi kasih sayang kepada
anak-anak mereka.
Interface.
Interface di dalam perspektif ekologi adalah serupa dengan yang ada di dalam
teotiri sistem. Ini adalah poin pasti yang mana interaksi antara individu dan
lingkungan mengambil tempat. Selama assesmen interface harus jelas terfokus
supaya sasaran interaksi perubahan dapat memadahi. Perspektif ekologi
bagaimanapun juga berbeda didalam kecenderungan untuk menekankan perhatian
individual dan kelompok kecil seperti keluarga. Ini lebih sulit untuk
menerapkan konsepsi perspektif ekologi dari interface yang meliputi hanya
sistem-sistem yang lebih luas, seperti komunitas dan organisasi sistem.
Adaptasi.Adaptasi
merujuk pada kapasitas untuk penyesuaian terhadap kondisi lingkungan yang
mengelilinginya. Adaptasi menyebabkan perubahan. Orang harus berubah atau
beradaptasi pada kondisi baru dan keadaan agar supaya kelanjutan keberfungsian
berjalan dengan efektif. Adaptasi biasanya mempersyaratkan energi dalam bentuk
usaha. Pekerja sosial sering membantu mengarahkan energi orang pada arah yang
lebih produktif.Tidak hanya orang yang dipengaruhi oleh lingkungan mereka,namun
lingkungan juga dipengaruhi oleh orang dalam proses adaptasi mereka. Orang
merubah lingkungan mereka agar supaya bisa beradaptasi secara maksimal.
Adaptasi sering mempunyai proses dua arah, meliputi individu dan lingkungan.
Coping.
Coping adalah bentuk dari adaptasi yang membawa dampak upaya untuk menangani
masalah. Meskipun adaptasi meliputi respon-respon terhadap kondisi-kondisi yang
baru positif atau negatif, coping merujuk pada cara orang
menghadapi pengalaman-pengalaman negatif dan bagaimana mereka menanganinya. Dalam
melakukan coping, orang perlu untuk memperoleh jenis informasi yang mereka
perlukan untuk berfungsi secara baik. Orang butuh ketrampilan coping yang memusatkan pada berfikir
tentang dan akan merencanakannya untuk masa depan. Ketrampilan coping termasuk
mengenali cara-cara alternatif dari pendekatan terhadap situasi problematik dan
mengevaluasi pro dan kontra dari
masing-masing alternatif.
Interdependensi
(saling ketergantungan).
Konsep ekologi yang terakhir yakni interdependensi, dimana saling percaya pada
masing-masing orang dengan orang
lainnya. Seorang individu saling tergantung atau percaya pada individu lain dan
kelompok-kelompok dalam lingkungan sosialnya. Seseorang tidak bisa eksis tanpa
orang lain.
Keterlibatan orang
dalam sistem yang beragam. Interaksi orang dengan
berbagai sistem didalam lingkungan mereka membawa dampak dahsyat pada perilaku
manusia. Model yang diajukan dalam bacaan ini menekankan pada beberapa aspek
dari interaksi ini. Teori ekosistem menyediakan pada kita dasar pemahaman model
assesmen kita.
Kita telah membuktikan
bahwa orang secara terus menerus dan dinamis terlibat dalam
interaksi dengan lingkungan sosial
mereka. Assesmen pekerjaan sosial mencoba untuk menjawab pertanyaan apakah
situasi khusus ini yang menyebabkan masalah terus berlangsung mekipun kemauan
yang diekspresikan oleh klien untuk merubahnya. Pendekatan ekosistem memberi
perspektif untuk mengevaluasi banyak aspek dari situasi. Klien dipengaruhi oleh
interaksi yang dinamis dengan sistem lainnya dalam lingkungan sosial mereka.
Ini meliputi keluarga, kelompok, organisasi, lembaga dan masyarakat.
TINJAUAN, PENILAIAN DAN
PEMAHAMAN PERILAKU MANUSIA PADA LEVEL MIKRO, MEZZO DAN MAKRO
Mikro sistem
merujuk pada individu, seseorang yang didalamnya terdapat sistem biologi, psikologi
dan sistem sosial. Kesemua sistm tersebut saling berinteraksi. Orientasi
praktek pekerjaan sosial mikro berfokus pada kebutuhan individu, masalah dan
kekuatan-kekuatannya. Juga menekankan bagaimana individu menghadapi masalah, menemukan
solusinya,membuat pilihan yang terbaik dan seefektif mungkin. Praktek mikro,
meliputi bekerja dengan individu dan meningkatkan keberfungsian sosial
seseorang.
Mezzo sistem
merujuk pada kelompok kecil termasuk keluarga.kelompok pekerjaan dan
kelompok-kelompok sosial lainnya. Kadangkala untuk tujuan assesmen sulit untuk
membedakan secara tegas diantara mikro sistem dengan mezzo sistem dimana
individu-individu saling terlibat. Ini sebabnya individu terlibat secara utuh
berinteraksi dengan yang lainnya. Banyak kasus kita akan menjembatani diantara
pusat perhatian mikro sistem dan pusat perhatian mezzo sistem di sisi yang
lainnya.
Makro sistem
merujuk pada sistem yangh luas ketimbang kelompok-kelompok kecil. Orientasi
makro sistem meliputi sosial.politik, dan kondisi ekonomi serta
kebijakan-kebijakan yang berpengaruh terhadap keseluruhan orang dalam mengakses
sumber-sumber untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Praktek makro dalam pekerjaan
sosial termasuk pula perjuangan untuk memperbaiki tatanan sosial dan ekonomi
yang melingkupi kehidupan manusia.
Interaksi antara sistem
mikro dengan sistem makro.
Sistem
mikro individu terus menerus dipengaruhi oleh sistem makro dimana mereka
berinteraksi dalam lingkungan sosial. 4 jenis sistem makro utama yang membawa
dampak terhadap klien individu : budaya, komunitas, lembaga, dan organisasi.
Kesemuanya saling bercampur padu.
Budaya
adalah konfigurasi dari sikap-sikap nilai,tujuan, keyakinan spiritual, harapan
sosial , seni dan teknologi dan perilaku yang ditujukan pada masyarakat yang
lebih luas dimana mereka tinggal. Komunitas merupakan sejumlah orang yang
memiliki sesuatu yang sama dimana satu dan lainnya berhubungan diantara satu
sama lain.
Lembaga
adalah pola perilaku atau kebiasaan dasar dan pola kebudayaan seperti
perkawinan, keadilan, kesejahteraan sosial, dan agama. Juga disebut organisasi
yang dididirikan untuk masyarakat umum dan memiliki fasilitas –fasilitas
seperti penjara. (Baker,1999,hal.24).
Organisasi
adalah kelompok orang yang terstruktur yang datang bersama untuk bekerja
mencapai tujuan yang sama dan prestasi yang dilakukan dengan kegiatan-kegiatan
yang dibagi kedalam beragam unit-unit yang ada.Organisasi memiliki keanggotaan
tertentu secara jelas untuk mengetahui siapa yang masuk dan siapa yang keluar
(Daft,2001;Hell Rigel,Slocoum and Woodman,2001).
Hubungan antara sistem
Biologi, Psikologi dan Sosial
Kita
sudah membuktikan konteks untuk mengukur perilaku manusia yang melibatkan berbagai
interaksi pada tingkat mezzo dan makro sistem dalam lingkungan sosial. Ada
sistem biologis, psikologis dan sosial yang terjadi secara normal dalam rentang
kehidupan individu dan secara terus menerus ketiganya berinteraksi satu dengan
yang lainnya. Sebagai contoh berbagai sistem biologi, psikologi dan sosial
terdapat periode yang bisa diprediksi dalam tugas perkembangannya. Kita akan
menyebut tiga tema ini (biologi,psikologi dan sosial) secara terpisah
berinteraksi dan memiliki dampak pada sistem klien individu.
Bio-Psiko-Sosial Sistem
mempengaruhi satu sama lain
Pekerja
sosial mestinya tidak hanya berfokus pada satu sistem dan tidak memperhatikan
bagaimana masing-masing sistem saling mempengaruhi. Seorang remaja yang
mengalami depresi. Meski masalah yang muncul merupakan masalah psikologis,
masalah itu berkaitan dengan sistem lainnya. Depresi psikologis menyebabkan ia
menarik diri dari yang lainnya dan menjadi terisolir. Sehingga interaksi
sosialnya mungkin terpengaruh secara drastis. Ia mungkin menghentikan makan
atau olahraga dimana keduanya merupakan hal yang signifikan dalam sistem
biologisnya.
Aplikasi Nilai dan
Etika pada Pemahaman Sistem Bio-Psiko-Sosial
Pekerja sosial memahami masalah dan berusaha untuk
memahami tingkah laku manusia dalam konteks nilai dan etika pekerjaan sosial.
The National Association of Social Workers (NASW); Etika-etika Dasar (1996),
fokus pada 6 area yang melibatkan bagaimana seharusnya perilaku seorang pekerja
sosial dalam peran profesionalnya. Hal tersebut meliputi tanggung jawab etika
kepada ; (1) klien (2) kolega (3) dalam setting praktek (4) sebagai
professional (5) pada profesi pekerjaan sosial, dan (6) pada masyarakat luas.
Pekerja Sosial harus tetap menjaga hak-hak dan
kesejahteraan kliennya. Untuk kemampuan
terbaiknya, pekerja sosial harus berusaha keras memenuhi harapan kliennya
melalui prinsip-prinsip dan etika professional, menghormati hak dan kebutuhan
orang lain, dan membuat keputusan mengenai benar dan salah sesuai dengan etika
profesionalnya, sekalipun sering terjadi dilema etika dalam pelaksaan tugasnya..
Tiga saran yang mendasar sebagai pedoman prosedur kerja
pekerja sosial jika terjadi dilema dalam konteks memahami perilaku manusia
dalam rangka menempatkan dasar kerja
untuk menentukan intervensi apa yang akan diikuti :
- Tempatkan dasar pengetahuan teoritis dan fakta mengenai perilaku manusia untuk bekerja (teks ini bermaksud untuk menyiapkan anda dengan beberapa dasar)
- Identifikasi nilai-nilai anda yang terkait dengan persoalan dan setelah itu bedakan antara nilai-nilai tersebut dengan etika professional.
- Menimbang pro dan kontra dari setiap alternatif yang memungkinkan bagimu dan klienmu, dan setelah itu laksanakan dengan pilihan alternatif yang menurutmu paling baik.
Nilai-Nilai Pekerjaan
Sosial dan Kepekaan pada Kelompok-Kelompok Berbeda.
Kepekaan pada perbedaan manusia adalah sangat penting dalam praktek pekerjaan sosial. Untuk itu, orientasi mungkin pada etnis, ras, atau pada orientasi seksual..Lingkaran kelompok berbeda yang
keluar melebihi lingkaran terbesar yakni lingkungan sosial, bagian ini mewakili
nilai-nilai dan sikap yang dilakukan kelompok yang tidak dilakukan oleh
kelompok lainnya dalam lingkungan.
Lingkaran kecil yang ditengah mewakili jumlah
keseluruhan dari peniruan dan penghukuman yang dilakukan oleh orang-orang
didalam lingkungan sosial. Fakta bahwa lingkaran kelompok berbeda memotong ke
lingkaran peniruan mencerminkan penghukuman yang dilakukan pada kelompok
berbeda tersebut pada umumnya.
Lingkaran kelompok yang berbeda juga memotong pada
bagian umum lainnya dari lingkaran lingkungan sosial. Kelompok berbeda adalah
bagian dari keseluruhan lingkungan sosial. Perpotongan ini mencerminkan
persamaan nilai-nilai dan sikap yang ditampilkan dengan orang lain dalam
lingkungan sosial.
Dua fokus perspektif disini dicerminkan oleh dua
wilayah bernaung. Yang pertama adalah perspektif yang dilakukan oleh kelompok
berbeda adalah berbeda dari perspektif orang lain dalam lingkungannya. Yang
kedua adalah kesamaan kelompok berbeda dan perilaku peniruan yang ditampilkan
dalam lingkungan sosial. Hal ini mewakili penghukuman dimana kelompok berbeda
tersebut sebagai subjeknya.
Model Pengaruh Sistem
Model Pengaruh Sistem mengusulkan agar para praktisi
pekerjaan sosial tidak hanya bekerja dengan klien untuk memecahkan
masalah-masalahnya, tetapi juga bekerja dengan banyak sistem umum lainnya
dimana klien terlibat. Model Pengaruh Sistem menekankan bahwa para pekerja
sosial harus sering bekerja dalam struktur institusi dan organisasi yang ada
atas kepentingan kliennya. Seringkali, target harus diubah atau diperbaiki bagaimana
pelayanan diterima dan sumber-sumber didistribusikan. Target perubahan dapat
juga terlibat dalam memperbaiki kondisi dan pelayanan yang ada dalam
masyarakat.
Gambar 1.5 menggambarkan Model Pengaruh Sistem.
Lingkaran-lingkaran mewakili berbagai sistem yang terlibat. Sebagai contoh,
tiga lingkaran besar yang berada di atas sistem klien melukiskan sistem makro
secara umum yang pengaruhnya sangat kuat pada sistem klien. Tanda panah
menggambarkan input atau pengaruh. Arah tanda panah menunjukkan sistem mana
yang pengirim dan sistem mana yang penerima. Tanda panah dua arah menunjukkan
derajat saling memberi.
Sistem Klien
Pertama kali, perlu dicatat bahwa sistem klien
adalah pusat dari model. Sistem klien ini mungkin individu, sebuah keluarga,
atau sebuah kelompok kecil yang sedang berjuang keras mengatasi beberapa
masalah serius. Sistem klien ini bisa juga berupa sebuah masyarakat yang sangat
menyedihkan yang sedang berusaha secara ekonomi untuk dapat hidup. Atau ini
mungkin sebuah lembaga yang tidak mendapatkan sumber daya yang mereka butuhkan
untuk bertahan hidup dan berkembang maju.
ORGANISASI SEBAGAI
SISTEM MAKRO DAN PENGARUHNYA TERHADAP KLIEN
Organisasi adalah kesatuan sosial yang diarahlan
pada tujuan, dibentuk dengan sengaja, mempunyai sistem aktifitas yang
terorganisir dan terhubung dengan dunia atau lingkungan luar Sebagai sistem makro, organisasi mempunyai
dampak besar terhadap perilaku manusia. Organisasi yang dimaksud di sini adalah
organisasi yang menyediakan pelayanan sosial yang mencakup perbaikan kesehatan
fisik dan mental orang, peningkatan self determination dan kemandirian,
peningkatan keharmonisan keluarga, meningkatkan keberfungsian individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat secara lebih efektif. Salah satu bentuk
organisasi yang memberikan pelayanan sosial dalam lingkup pekerjaan sosial
adalah lembaga sosial.
Hubungan antara sistem organisasi makro dengan sistem klien
Sistem organisasi dapat berpengaruh pada sistem klien,
seperti ditunjukkan pada gambar 1.5. Pengorganisasian merupakan struktur yang
berproses dan mendistribusikan sumber daya untuk sistem klien. Karena klien
tidak mempunyai peran formal dalam organisasi, mereka memiliki sedikit pengaruh
langsung pada kebanyakan sistem organisasi, khususnya pada penyiapan sumber
daya untuk mereka. Akan tetapi, klien dapat mempengaruhi organisasi untuk
berubah (sebagai contoh, untuk menentukan syarat pelayanan) melalui penggunaan
taktik seperti bergabung dengan klien lain yang mempunyai kepentingan yang sama
dan memberi tekanan pada petugas administrasi organisasi untuk berubah,
menghubungi media terkait masalah tersebut atau melalui pendekatan kepada
pembuat kebijakan dan rekomendasi dari para politis. Meskipun demikian, klien
secara umum mempunyai kekuatan yang relatif kecil untuk menghasilkan perubahan
dibandingkan dengan posisi pembuat keputusan. Untuk itu sebuah tanda panah
putus-putus mengarah dari sistem klien kepada sistem organisasi, memberi
pengaruh yang kurang.
Hubungan antara Sistem
Makro Organisasi dan Masyarakat dengan Sistem Klien.
Lingkaran di sebelah
kanan dari sistem organisasi dalam gambar 1.5. mewakili sistem makro
masyarakat. Masyarakat digambarkan sebagai sekelompok orang-orang yang
mempunyai kesamaan satu sama lain yang menghubungkan mereka dan membedakan
mereka dari orang lain yang bukan bagian dari masyarakat.
Masyarakat menyediakan masukan
penting bagi orang-orang melalui sumber-sumber, pekerjaan, dan sistem bantuan
sosial. Akan tetapi, masalah yang timbul dalam masyarakat dapat mempunyai
pengaruh merusak pada kemampuan anggota masyarakat untuk berfungsi secara
sehat. Sebagai contoh, meningkatnya kemerosotan kondisi keuangan dari para
penduduk kota
menghasilkan kejahatan dan pelanggaran, masalah obat-obatan terlarang, polusi
lingkungan, penelantaran pada lansia, kekerasan pada anak, dan pengangguran.
Sistem masyarakat mempunyai pengaruh
penting pada individu-individu, termasuk klien. Karenanya, pada gambar 1.5
mennjukkan sebuah panah yang jelas mengarah dari masyarakat kepada klien.
Secara arti, klien adalah unit-unit atau subsistem-subsistem yang berada
didalam masyarakat. Sebagai bagian yang menyeluruh/utuh dari sistem makro yang
terbesar, klien juga dapat mengembangkan kesempatan untuk mempengaruhi
masyarakatnya. Tanda panah putus-putus yang mengarah dari lingkaran klien ke
lingkaran masyarakat menunjkkan bahwa klien mempunyai sedikit pengarh/kekuatan
pada kebanyakan sisitem masyarakat.
Hubungan antara
Organisasi dan Sistem Makro Masyarakat.
Dalam gambar 1.5 panah
dua arah yang menghubungkan lingkaran sistem organisasi dengan linkaran sistem
masyarakat menunjukkan bahwa kedua tipe sistem makro saling mempengaruhi dan
berinteraksi satu sama lain. Pelayanan dalam sistem organisasi mempunyai
pengaruh berbeda pada sumber-sumber yang memungkinkan bagi anggota masyarakat.
Demikian juga, bukti permasalahan dan kebutuhan dalam sebuah masyarakat
mempengaruhi lingkungannya dan distribusi pelayanan. Sebagai contoh,
lembaga-lembaga yang efektif tidak menyediakan pelayanan yang tidak dibutuhkan
oleh masyarakat.
Nilai-Nilai Kelembagaan
Sistem Makro
Banyak nilai-nilai kelembagaan dalam sebuah negara
yang berubah terus-menerus atau membingungkan. Hal ini terjadi ketika
segolongan orang-orang dalam lingkungan sosial mempunyai pandangan kuat yang
berlainan. Sebagai contoh, banyak negara masih memperdebatkan apakah perlu
memberlakukan hukuman mati bagi para pelaku pembunuhan. Banyak negara tidak
memberlakukan hukuman mati, mencerminkan nilai-nilai kelembagaan yang dibudayakan
oleh negara untuk tidak membunuh penduduknya tanpa menghiraukan kejahatan yang
dilakukannya. Akan tetapi, negara yang menyetujui hukuman mati memegang nilai
kelembagaan dimana hukuman mati adalah pembalasan yang setimpal bagi para
pembunuh.
Nilai-nilai kelembagaan mempengaruhi struktur,
fungsi dan komposisi dari masyarakat. Contohnya, sebuah nilai kelembagaan yang
dilaksanakan negara adalah setiap penduduk punya hak terhadap pendidikan
gratis. Akan tetapi, nilai kelembagaan lainnya adalah setiap wilayah harus
mendanai sekolah umum diwilayahnya melalui pajak. Untuk itu, kualitas
pendidikan dapat berubah secara drastis dari daerah pinggiran yang kaya ke
penduduk miskin di kota .
Hal ini bukan berarti menyatakan bahwa nilai
kelembagaan tidak dapat diubah. Ini cukup mencerminkan bahwa tidak ada makna
yang dibangun secara jelas untuk itu. Dalam prakteknya, sistem makro masyarakat
menegaskan keterkaitan antara klien, pekerja sosial dan sistem makro, serta
mengidentifikasi lebih jelas makna-makna yang potensial bagi perubahan.
Pengaruh Nilai
Kelembagaan dan Sistem Makro Organisasi terhadap Klien.
Sistem organisasi dan sistem nilai kelembagaan,
keduanya mempunyai pengaruh pada klien. Keduanya mengidentifikasi sumber-sumber
dan pelayanan apa yang cocok dan dibutuhkan klien. Jika sistem organisasi dan
sistem kelembagaan bekerja lagi sebagai sumber, lalu sumber tersebut tidak akan
di sediakan.
Melihat Organisasi dari
sebuah Perspektif Sistem
Organisasi pelayanan sosial dapat dibandingkan
dengan organisasi-organisasi lainnya, seperti bisnis, dalam berbagai cara.
organisasi pelayanan sosial membutuhkan masukan (dalam bahasa awam adalah pendanaan), melaksanakannya melalui
penyediaan pelayanan, dan menghasilkan keluaran (disebut juga hasil bagi
klien). Gambar 1.6 mengilustrasikan
proses diatas dan membandingkannya dengan sebuah organisasi bisnis.
Sebagai contoh, kita akan membandingkan organisasi pelayanan sosial untuk
membangun sebuah orientasi bisnis, dilibatkan dalam pembuatan video games, yang
disebut Pretendo. Kita akan menghubungi organisasi pelayanan sosial kita
Financial Urban Base of Area Resources (FUBAR).
Sumber Masukan.
Gambar 1.6 menunjukkan bahwa FUBAR dan Pretendo memulai
dengan masukan-masukan. Pretendo menggunakan sumber dananya untuk membeli
bahan-bahan, seperti: besi, kabel dan plastik untuk persiapan pada proses
produksi. Pretendo mendapatkan pendanaannya yang bersumber dari investasi
penyandang dana dan keuntungan utama dari penjualan peralatan Pretendo.
FUBAR, pada sisi lain, mengalokasikan dananya pada
klien. Yang membedakan organisasi pelayanan sosial dari organisasi bisnis
pengolahan yaitu “bahan mentahnya” adalah klien (Holland & Petchers, 1987).
FUBAR mendapatkan sumbernya dari dana-dana pajak publik dan berbagai sumber
dana pribadi (seperti sumbangan, keuntungan/komisi dan dana bantuan). Kemudian
dana-dana tersebut diaplikasikan pada beberapa tipe proses pertolongan
Proses
Baik Pretendo maupun FUBAR memproses “bahan
mentahnya”. Pretendo menyalurkannya melalui proses produksi pengolahan dimana
bahan-bahan dibentuk perlahan-lahan, diberi campuran dan digabungkan kembali
untuk menghasilkan produk yang diinginkan, yakni video game Pretendo.
FUBAR, menggunaan proses yang sangat berbeda pada
“bahan mentahnya”. Sebagai ganti proses pengolahan, mereka menyediakan beberapa
tipe intervensi. Meliputi; konseling, bantuan finansial, atau berbagai tipe
lainnya dari ketentuan pelayanan dalam organisasi pelayanan sosial.
Keluaran
Baik Pretendo maupun FUBAR menghasilkan
Output/Keluaran. (yakni dalam bentuk produk akhir) pada penghujung prosesnya.
Pretendo menghasilkan video game baru yang siap dipasarkan. FUBAR melaksanakan
prosesnya (intervensi) untuk mendapatkan beberapa efek positif bagi
klien-kliennya. Beberapa dampak yang dihasilkan, antara lain membaiknya
hubungan dalam keluarga, kesehatan mental, atau perbaikan status finansial.
Masalah-masalah
Pengecualian dalam Organisasi Pelayanan Sosial.
Seiring bertambahnya penduduk di seluruh dunia,
sumber mengalami penurunan. Penurunan sumber-sumber artinya pendanaan semakin
sulit didapatkan. Juga berarti persaingan semakin ketat. Hasilnya adalah
organisasi yang menghasilkan produk kualitas tinggi dengan biaya rendah yang
membutuhkan sedikit masukan diyakini akan lebih bertahan dibandingkan dengan
yang kurang efektif dan efisien. Pretendo akan tumbuh dengan subur jika mereka
menghasilkan video game dengan harga yang bersaing. Demikian juga, FUBAR
nampaknya akan bertahan jika dapat menunjukkan hasilnya/outcomes yang positif
dan bernilai terhadap klien.
Perubahan Lingkungan.
Dukungan dana dari sumber publik dan
privat harus digalang, dikelola, dan dilindungi saat harapan dan prioritas
masyarakat bergeser dari satu masalah atau kebutuhan ke yang lainnya. Kebutuhan
hukum dan pelaksanaan kebijakan perundang-undangan mengalami perubahan.
Teknologi pelayanan berkembang ke arah baru, tidak selalu bersesuaian dengan
pilihan konsumer atau masyarakat.
Untuk tetap bertahan dan secara efektif mencapai
tujuan dalam membantu klien, organisasi ini harus dengan tekun memberikan
kepedulian pada pengaruh dari luar dan efeknya. Organisasi harus dapat bereaksi
dengan cepat pada perubahan kebutuhan dan permintaan.
Ketidakjelasan Proses.
Petugas professional dalam organisasi-organisasi
pelayanan sosial berubah secara luas. Para
klien bahkan lebih beragam. Untuk itu, organisasi pelayanan sosial sifatnya
beragam, tidak terukur, faktor manusia dilibatkan dalam proses intervensi.
Karena orang-orang mengalami perubahan secara cepat dibandingkan benda mati
seperti misalnya lempengan besi, praktisi yang bekerja dengan orang harus lebih
fleksibel dibandingkan penggerak lempengan besi. Pekerja dalam organisasi selayaknya
harus mempunyai kadar kebijaksanaan, atau kemampuan dalam membuat keputusan,
dalam bekerja dengan klien. Hal ini, karenanya menjadikan pengawasan pada
proses intervensi lebih sulit.
Ketidakjelasan Tujuan.
Praktisi individu dan keseluruhan lembaga dituntut
untuk membuktikan bahwa pekerjaan mereka produktif dan bernilai. Salah satu
cara melakukannya adalah untuk menjelaskan secara spesifik, mengukur tujuan dan
mengamati seberapa luas yang dapat mereka capai.
Mengevaluasi hasil/outcomes sebuah organisasi secara
keseluruhan atau bahkan sebuah program, termasuk tujuan, keefektifan, dan
efisiensi, adalah lebih sulit dibandingkan mengevaluasi hasil pada intervensi
pada tingkat mikro atau mezzo. Hal ini terkait peningkatan jumlah factor-faktor
yang terlibat. Dalam rangka mengevaluasi hasil program, Holland & Petchers
(1987) menegaskan bahwa, pertama, “isi pelayanan harus jelas bentuknya, dengan menyeragamkan pengertian yang
menjelaskan aktivitas-aktivitas program”. Selanjutnya “sebagai konsekuensi yang
disandangkan pada sebuah aktivitas, sangat penting untuk menyatakan secara
jelas apakah seorang klien telah menerima dari treatmen atau pelayanan yang
diberikan dan untuk menjelaskan apakah isinya masih tetap melebihi rangkaian
intervensi” (p.213). Hal ini bukanlah tugas yang mudah.
Pro dan Kontra
Sentralisasi dan Desentralisasi Organisasi.
Sebuah contoh sentralisasi misalnya bagian probasi
dan parole. Para klien untuk setiap petugas di
tiap unit pada umumnya cenderung mempunyai karakteristik yang mirip. Prosedur
dan rencana perlakuan relatif seragam dalam pendekatannya. Klien dan petugas
harus ada berdasarkan aturan dan perundangan, dan para petugas mempunyai
sedikit keleluasaan.
Penggantian Tujuan
Satu masalah besar yang dihadapi oleh para pekerja
dalam berorganisasi adalah penggantian tujuan. Penggantian tujuan diartikan
sebagai “pergantian dari sebuah tujuan yang sudah ditetapkan dengan tujuan
lainnya dimana organisasi tidak mengarah, sumber-sumber tidak dialokasikan, dan
tidak diketahui pelayanannya” (Etzioni, 1964, p.10). Holland and Petchers (1987) menafsirkan
pemahaman ini dengan menyatakan bahwa “penggantian tujuan seringkali terjadi
ketika cara mencapai sebuah tujuan menjadi tujuan itu sendiri. Beberapa tahun
ini, penggantian tujuan mendapatkan perhatian yang serius dalam organisasi
pelayanan manusia (p.208). Pergantian tujuan terjadi ketika sebuah organisasi
tetap berfungsi tetapi tidak lagi mengarah pada pencapaian tujuan-tujuannya.
Sebuah skenario yang khas dalam organisasi pelayanan sosial terjadi ketika
mengikuti aturan-aturan organisasi menjadi lebih penting daripada menyediakan
pelayanan bagi klien.
Teori Sistem,
Organisasi dan Penggantian Tujuan.
Secara mendasar hal yang sama terjadi dalam
organisasi pelayanan sosial. Mereka mengambil sumber (masukan) dan sebagai
jawaban untuk kekuatan sosial dan nilai-nilai kelembagaan, melaksanakan suatu
proses (prosedur untuk penyediaan pelayanan) untuk menghasilkan keluaran
(pelayanan nyata yang tersedia atau beberapa keuntungan lainnya bagi klien)
Ketika pergantian tujuan terjadi bagaimanapun juga
perhatian sering kali diarahkan pada proses dibandingkan dengan hasil.
Orang-orang dalam sistem organisasi mulai memikirkan proses yang kaku dalam
menyediakan pelayanan sebagai hasilnya. Proses dibandingkan dengan ketersediaan
pelayanan yang efektif selanjutnya menjadi produk organisasi.
MASYARAKAT ( KOMUNITAS
) DAN TINGKAH LAKU MANUSIA SERTA TIGA MODEL DALAM PRAKTEK KOMUNITAS
Kita telah mengartikan masyarakat sebagai sekelompok
orang yang mempunyai beberapa kesamaan yang menghubungkan mereka satu sama lain
dan membedakannya dari orang lain yang bukan bagian dari masyarakat tersebut.
Definisi ini mengacu luas pada siapa saja dan pada apa sebuah masyarakat dapat
terlibat. Dikarenakan tingkatan yang luas dari beberapa arti, fokus kita di
sini pada tiga konsep besar yang melekat pada definisi kita yang luas. Pertama,
Kita mempunyai sebuah kelompok orang-orang yang ditunjuk, dan kita dapat
menyusun daftar individu-individu yang
ikut terlibat secara umum dalam masyarakat. Kedua, kelompok ini mempunyai
beberapa kesamaan. Yang biasanya melibatkan nilai-nilai, sumber, pelayanan,
ketertarikan, atau lokasi. Ketiga, karena kebiasaan masyarakat, individu ber
interaksi dalam beberapa cara atau mempunyai hal-hal yang akan untuk dilakukan
Perspektif Teoritis
pada Masyarakat.
Walaupun perbedaannya luas kita dapat menggunakan
berbagai pespektif teoritis untuk menguji masyarakat dan mendapatkan pemahaman
yang besar tentang bagaimana mereka bekerja. Disini kita akan memfokuskan
kepada masyarakat berdasarkan geografisnya dan melihatnya dalam empat cara.
Perspektif teoritis ini meliputi struktur, sosial psikologis, ekologi manusia
dan sistem sosial (fellin, 2001a, 2001b; Martinez-brawley, 1995; Rothman.
1987).
Perspektif Struktur
Struktur merujuk pada bagaimana individu-individu
menyesuaikan diri kedalam organisasi secara menyeluruh. Perspektif struktur
menekankan pada bagaimana orang-orang dihubungkan pada struktur pemerintahan
yang ditolak melalui masyarakat. Tiga dimensi masyarakat ditekankan.
Pertama, masyarakat adalah kesatuan politik
“berbentuk sebuah provinsi, kota
atau kabubupaten, lingkungan dan lain-lain” (Martines-Brawley, 1995, p.539).
Sebagai kesatuan politis masyarakat “membawa banyak fungsi sosial dan politik
dan menengahi antara negara sebagai kekuatan induk dengan individu”
(Martines-Brawley, 1995, p.539)
Dimensi kedua terkait dengan politik adalah
kekuasaan. Perspektif struktur pada masyarakat menyatakan “ pengaruh
ketidakseimbangan distribusi, sumber ekonomi, status, atau hak prerogatif dalam
membuat keputusan dalam masyarakat (Rothman, 1987, P.309).
Dimensi ketiga terkait dalam pendekatan structural
meliputi organisasi secara geografis dari masyarakat. Adalah populasi yang
terkonsentrasi di beberapa wilayah, lebih tersebar secara merata? Dimana bisnis
dan tempat tinggal mereka berada? Bagaimana jalan-jalan dan jalan layang
direncanakan? Apa batas yang membedakan satu masyarakat dengan masyarakat yang
lainnya?
Perspektif Sosial
Psikologis
Perspektif Sosial Psikologis dari suatu masyarakat
mengenai bagaimana perasaan anggota masyarakat tentang tentang dirinya dan
berinteraksi satu sama lain (Martinez-Brawley, 1995). Orang-orang merasakan
hubungan mereka juga dan yang terpenting adalah dengan masyarakatnya.
sebuah contoh sebagai renungan yang dapat kita lihat
dari perspectif sosial-psikologis. Fabian, usia 42 tahun, tinggal di sebuah
rumah sederhana di jalan raya di Butterbrickle, sebuah desa kecil di pinggir kota besar. Dia mengalami
Celebral Palsy (Kelumpuhan Otak), suatu gangguan hasil dari kerusakan pada otak
sejak lahir yang ditunjukkan dalam bentuk gangguan koordinasi otot dan gangguan
bicara. Dikarenakan pergerakannya yang sangat terbatas, ia menata rumahnya
menjadi memungkinkan bagi kursi rodanya. Dia adalah seorang yang cerdas,
menarik, individu yang tegas dan merasa nyaman sebagai bagian yang utuh dari
masyarakatnya. Dari perspektif sosial-psikologis, dia merasa ” berarti dan
terlindungi…. Dan akrab dengan lingkungannya, perasaan diakui… dan kasih sayang
serta dukungan dari teman-teman dan tetangga (Martinez-Brawley, 1995 p.540)
Kecacatan Fabian, membatasi pergerakannya, sehinggga
dia membutuhkan kamar mandi khusus tapi sangat susah baginya untuk mencari
pekerja/tukang apalagi di kotanya yang kecil. Sehingga, dia bergantung pada
pembayaran SSI (Supplemental Security Income/Tambahan Biaya Jaminan), yang
sangat membantunya dalam membiayai angsuran/tagihan rumah dan kebutuhan
sehari-hari tetapi hanya menyisakan sedikit untuk rekreasi dan menikmati
fasilitas lain. Dia rajin mengelola kebun kecilnya dan menjadi petani yang
cukup efektif. Setiap musim panas para tetangga memuji keindahan, warna dan
kesuburan bunga-bunganya. Tiba-tiba, Fabian mendapatkan sebuah ide. Bagaimana
agar hobbinya menjadi sebuah bisnis yang menghasilkan? Mengapa tidak menjual
saja bunga-bunganya sehingga dapat meningkatkan pendapatannya? “Bunga-bunga
Fabian yang menakjubkan” menjadi kenyataan saat dia meletakkan papan nama dan
rak, menyusun diatasnya dengan lusinan tanaman. Banyak pembeli memberi
tanggapan pada tampilannya yang mempesona dan Fabian akhirnya mendapatkan
tambahan penghasilan.
Akan tetapi, dia membuat tetangganya marah karena
Fabian menjadikan tempat yang diperuntukkan untuk tempat kediaman menjadi
lingkungan komersil yang bernilai jual dan juga menimbulkan kemacetan
kemacetan. Karena menghargai bunga-bunganya, para tetangga meminta Fabian
menghentikan usaha komersilnya dengan segera. Dia menolak. Akhirnya para
tetangga melaporkan kepada pengurus kampung bahwa “melanjutkan penjualan
dihalaman” melanggar aturan tentang ruang. Pengurus kampung kemudian menemui
Fabian dan mengatakan padanya untuk mengakhiri bisnisnya kecuali dia
mendapatkan ijin usaha.
Fabian memutuskan untuk membimbing dirinya sendiri,
mengajukan informasi yang dibutuhkan pada papan pengumuman sebagai seruan untuk
perizinan, dan mengusulkan temu dengar pendapat. Para
tetangga terdaftar dan hadir pada acara tersebut. Setelah banyak pertanyaan dan
perdebatan yang sengit pada akhirnya perangkat desa memutuskan untuk memberikan
ijin khusus kepada Fabian. Salah satu pertimbangannya adalah Fabian akan
mengalami kesulitan dalam mencari kerja dimana pun karena kebutuhan fisiknya
yang khusus.
Tetangga-tetangganya yang masih marah tidak lagi
mencaci maki dan mengabaikan keberadaannya, dia telah meningkatkan status
ekonominya dan mencapai kemandiriannya. Akan tetapi dari perspektif
sosial-psikologis penerimaan sosial dan keberadaannya dalam masyarakat di
sekitarnya dibatasi. Dia tidak lagi merasakan bagian dari “kita” diantara
lingkungan masyarakatnya.
Perspektif Ekologi
Manusia
Perspektif ekologi manusia dari sebuah masyarakat
“fokus pada hubungan antar penduduk dengan lingkungannya, khususnya dalam hal
memandang luas mengenai organisasi – yaitu bagaimana pendistibusian orang-orang
dan pelayanan. Pendekatan ekologis mempertimbangkan bagaimana lingkungan
mempengaruhi perkembangan manusia, interaksi dan kualitas hidup.
Kompetisi perhatiannya pada bagaimana
anggota-anggota masyarakat berlomba untuk “menggunakan tanah….(dan) mencari
sebuah ‘keuntungan dari sebuah tempat’ untuk bisnis/ komersial, industri,
kelembagaan dan sebagai tempat tinggal (Fellin, 2001b, p119).
Pemisahan adalah pengasingan beberapa kelompok yang
mempunyai karakteristik yang sama (seperti ras, etnis, atau agama) melalui
tekanan sosial, hukum yang membatasi, atau pilihan pribadi. Integrasi, dilain
sisi merujuk pada proses membawa kebersamaan dan pencampuran jarak dari
kelompok termasuk orang yang berbeda ras dan latar belakang etnis) menjadi
pemersatu, secara keseluruhan fungsi.
Konsep ekologis seperti kompetisi, pemisahan dan
penyatuan dapat membantumu sebagai seorang pekerja sosial dalam menganalisa
sebuah masyarakat dalam istilah keadilan dan dukungan pada semua anggotanya.
Sebagai seorang pekerja sosial kamu punya tanggung
jawab untuk menguji lingkungan masyarakat makro dimana klien mu berada. Tentu
saja, perhatian mu tentang bagaimana klien berfungsi sabagai individu. Akan
tetapi pengaruh dari lingkungan dimana mereka tinggal tidak dapat diabaikan.
Pemahaman mengenai tingkah laku manusia di dalam konteks masyarakat sangat
penting untuk mengusulkan solusi yang menempatkan isu terbesar dan sangat
berpengaruh bagi klien. Bagian berikut akan menjelaskan beberapa tujuan
spesifik kamu sebagai seorang praktisi akan berkembang dalam lingkungan
masyarakat.
Perspektif Sistem
Sosial
Perspektif sistem sosial menekankan analisa
bagaimana berbagai sub sistem-sub sistem sosial dalam masyarakat ber interaksi
satu sama lain. Ini akan membantumu melihat klien dalam konteks sistem
masyarakat yang lebih besar. (Homan, 1999) berkomentar pada bagaimana teori
sistem diaplikasikan di masyarakat :
Setiap organisme - sebuah kota,
lingkungan ketetanggaan, individu – adalah sebuah sistem yang membutuhkan
masukan dalam bentuk nutrisi dan energy lainnya. Sistem menggunakan energi
untuk tumbuh menghasilkan dan melanjutkan hidup dan untuk menjaga keseimbangan.
Saat sistem memproses masukan yang di terimanya, energi di ubah untuk
memproduksi hasil yang ditunjukkan dalam aktivitas (pekerjaan), dalam melihat
masukan baru (seperti investasi keuangan, pengembangan bisnis, atau pembangunan
dan renovasi rumah) Atau menghentikan
penggunaan input sebagai hal yang tidak
berguna (pp. 28 -29)
Dinamika interaksi antara klien dengan sub-sistem
masyarakat lainnya adalah sebuah fokus penting dari assessmen pekerjaan sosial.
Setiap sub-sistem terlibat secara utuh dengan sub-sistem lainnya dalam
masyarakat. Anggota keluarga bekerja dalam organisasi dan bisnis, pergi
kesekolah, sosialisasi dengan kawan, berganung dengan klub kesehatan,
mendapatkan pelayanan kesehatan dan perawatan gigi, dan mengikuti banyak
aktifitas dalam masyarakatnya (Homan, 1999) Merefleksikan :
Dalam masyarakat yang sehat anggota
dapat menemukan kebutuhannya cukup baik dimana energy dapat diarahkan untuk
mengatasi masalah dari pertahanan dasar untuk personal dan pengembangan
masyarakat. Masyarakat yang sehat menyediakan cara-cara bagi naggota tidak
hanya untuk bertahan tetapi untuk tumbuh, tidak hanya untuk menerima tapi untuk
berkontribusi (p.30)
Bagi para pekerja sosial, konteks masyarakat dapat
menjadi fokus perhatian. Bagaimana masyarakat mempengaruhi klien? Apakah klien
mendapatkan sumber (masukan) yang dibutuhkannya untuk sehat dan sejahtera?
Apakah menyediakan perumahan cukup memadai untuk kebutuhan klien? Apakah
pekerjaan yang tersedia berhubungan dengan keahlian klien? Apakah masyarakat
terbangun dan tumbuh dengan subur atau menjadi layu dan sekarat? Apakah
penguatan sumber yang tersedia dalam bentuk pelayanan sosial dan pelayanan
kesehatan? Menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat memberikan gambaran
tentang apa yang dapat kamu lakukan untuk membantu klien. Bekerja dengan
subsistem masyarakat untuk menyediakan pelayanan yang dibutuhkan dan
pendampingan pada sumber ketika pelayanan tidak mencukupi, adalah dimensi yang
mendasar bagi pekerjaan sosial.
Sistem
Peranan Pekerja Sosial
Berbagai peranan yang digunakan untuk melakukan intervensi
pada sistem makro diantaranya : enabler (pemungkin), mediator, broker, integrator/koordinator,
manajer, edukator (pendidik), analis/evaluator, fasilitator, inisiator,
negosiator dan advokat (Kahn, 1995; Yessian & Broskowski, 1983).
Enabler
(Pemungkin)
Gambar 1.8
mengilustrasikan peran enabler/pemungkin. Tanda panah dari pekerja sosial
kepada lingkaran sistem klien menunjukkan dukungan dari pekerja sosial. Hasil
yang diinginkan adalah sistem klien akan menjadi lebih baik untuk mengikuti
kegiatan kursus.
Definisi
dari kata “enabler” sangatlah berbeda dengan definisi “enabler” yang digunakan
pada area jajahan kimia. Keadaan ini menunjuk kepada anggota keluarga atau
teman yang membantu penyalahgunaan bahan kimia untuk melanjutkan pemakaian dan
penyalahgunaan obat-obatan atas pilihannya
Mediator :
Seorang mediator tetap netral dan tidak memihak salah satu kelompok yang berselisih. Mediator memastikan bahwa mereka mengerti posisi dari masing-masing kelompok. Mediator dapat membantu mengklarifikasi posisi, saling menerima miskomunikasi mengenai perbedaan-perbedaan dan membantu menjernihkan kasus.
Manager
Manajemen dalam pekerjaan sosial meliputi tanggung jawab
pengelolaan pada beberapa tingkatan dalam pelayanan sosial atau unit lainnya
untuk melaksanakan : merumuskan atau mengorganisasikan tujuan; menjalankan
program pelayanan sosial; memperbaiki keefektifan dan efisiensi dari agen-agen
sosial; memperoleh sumber-sumber keuangan; mengumpulkan dukungan dari
komunitas; dan mengatur pekerjaan dari staf. Tugas-tugas manajemen termasuk
merencanakan program, mendapatkan dan menyalurkan sumber-sumber, membuat dan
mengembangkan proses dan struktur yang terorganisasi, program evaluasi dan
melakukan perubahan program ketika diperlukan (Patti, 1983).
Pendidik
Peran pendidik terlibat dalam memberikan informasi dan
mengajarkan keterampilan kepada klien dan sistem di sekitarnya. Untuk menjadi
pendidik yang efektif, pekerja sosial harus memiliki kemampuan berdasarkan
pengetahuan. Terlebih lagi, pekerja sosial harus menjadi seorang komunikator
yang baik sehingga informasi dapat diterima dengan jelas dan dapat dimengerti
oleh klien atau sistem makro.
Analis/Evaluator
Pekerja sosial dengan dasar pengetahuannya yang luas terhadap
fungsi sistem dapat menganalisis atau mengevaluasi bagaimana program dan sistem
bekerja. Mereka juga dapat mengevaluasi keefektifan dari intervensinya.
Seorang broker membantu menghubungkan klien (individu, group,
organisasi atau komunitas) dengan sumber-sumber dan pelayanan sosial di
masyarakat. Seorang broker dapat membantu klien untuk mendapatkan makanan atau
rumah darurat, bantuan resmi, atau sumber-sumber pertolongan lainnya. Seorang
broker juga dapat membantu mengajukan “berbagai macam komunitas” dihubungkan
dengan lainnya “ untuk meningkatkan kesamaan kepentingan” (Barker, 1999, p.
55). Di dalam sistem mikro dan mezzo, peran sebagai broker diperlukan jika
pekerja sosial sudah akrab dengan pelayanan masyarakat, memiliki pengetahuan
umum tentang pemenuhan dan sensitif terhadap kekebutuhan klien.
Fasilitator
Seorang fasilitator adalah “salah satu bentuk pelayanannya
sebagai pemimpin beberapa group” (Barker, 1999, p. 165). Misalnya group terapi
keluarga, group tugas, group sensitif, group pendidikan, group penolong diri
sendiri, atau group dengan fokus lainnya. Peran fasilitator dapat digunakan
pada praktek makro. Dalam hal ini fasilitator menganggap bahwa “tanggung jawab
untuk mempercepat usaha perubahan dengan jalan mengumpulkan orang untuk
berkomunikasi, menghubungkan aktifitas dan sumber, dan menyediakan akses untuk
untuk meningkatkan keahlian mereka” (p. 165).
Inisiator
Inisiator adalah seorang atau beberapa orang yang
memperhatikan persoalan (Kettner, Daley, & Nichols, 1985). Persoalan
tersebut bisa saja masalah-masalah yang ada di masyarakat, kebutuhan, atau
keadaan yang sederhana yang dapat diperbaiki. Hal ini penting untuk diketahui bahwa
masalah tersebut tidak perlu ada sebelum kehadiran inisiator. Sering kali
pencegahan masalah atau peningkatan pelayanan dijadikan alasan dalam usaha
perbaikan. Pekerja sosial mungkin saja mengetahui bahwa kebijakan malah membuat
masalah terutama bagi klien dan menjadikan perhatian bagi supervisor. Klien
menganggap bahwa pelayanan sosial bisa meningkat. Pada setiap kasus, orang
dapat berperan sebagai inisiator. Biasanya, peranan ini didukung oleh sektor
pekerjaan lainnya, karena permasalahan yang muncul tidak dijamin bakalan bisa
teratasi.
Negosiator
Negosiator mewakili organisasi, group atau individu dalam
upaya memperoleh keuntungan dari group atau sistem lainnya. Seperti mediasi,
keterlibatan dalam negosiasi untuk mencari jalan tengah di semua pihak di
dalamnya dan mencapai kemungkinan untuk mufakat. Tidak seperti mediator yang
netral, negosiator justru terlibat dalam satu pihak.
Advokasi
Keterlibatan pembelaan ”tindakan mewakili langsung,
mempertahankan, campur tangan, mendukung, atau merekomendasikan serangkaian
tindakan untuk kepentingan satu atau lebih individu, group atau komunitas,
dengan tujuan untuk pengamanan keadilan sosial” (Mickelson, 1995, p. 95).
Peranan advokasi terlibat di depan dan berbicara demi kepentingan sistem klien.
Hal ini sangatlah tepat ketika sistem klien memiliki sedikit kekuatan untuk
mendapatkan keinginannya. Sering kali advokasi terlibat dalam usaha-usaha yang
sangat diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Dan juga beresiko, terlebih
ketika mewakili klien menghadapi sistem yang kuat.
Peran
sebagai advokasi merupakan salah satu peran yang sangat penting bagi pekerja
sosial meskipun sulit. Hal ini sering kali terjadi ketika klien putus asa dan
memerlukan bantuan.
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka
Charles H. Zastrow, Karen K. Kirst, Understanding Human
Behavior and Social Environment, Thomson Rearning. Inc, USA, 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar