Senin, 03 Agustus 2015

KEMISKINAN PERKOTAAN, KEMISKINAN PERDESAAN DAN KEMISKINAN LINGKUNGAN

            Kemiskinan di Indonesia bersifat multidemensial dan kemiskinan terjadi di perkotaan dan perdesaan, sedangkan kemiskinan perkotaan mempunyai permasalahan yang kompleks,mulai dari akar permasalahannya maupun kebijakan yang diambil untuk mengatasinya.

           Namun demikian Pemerintah telah berupaya melakukan penanganan secara sistemik dan melibatkan banyak pihak termasuk CSR. Berbagai program program Pemerintah telah digulirkan tetapi  kemiskinan tetap menjadi masalah yang sangat urgen karena terkait dengan banyak hal, termasuk menciptakan kantung kantung kemiskinan di daerah pinggiran kota, pusat kota dan perdesaan memerlukan penanganan secara terstruktur dan berkesinambungan.
            
A.   KEMISKINAN PERKOTAAN
            Kemiskinan diperkotaan disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya yaitu urbanisasi penduduk dari daerah pedesaan ke perkotaan tanpa keahlian yang memadai untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, hal ini tentu akan membuat mereka menjadi kurang mendapatkan penghasilan yang layak, persaingan dalam mencari lapangan pekerjaan, tidak memiliki ketrampilan yang dibutuhkan oleh institusi atau lembaga yang membutuhkan tenaga kerja, pendidikan yang relative rendah, tidak memiliki aset, tidak mampu mengakses  system sumber informasi dan tidak memiliki koneksi.
 Suparlan (1984) mengemukakan bahwa masalah kemiskinan di perkotaan merupakan masalah laten dan kompleks yang implikasi sosial dan kebudayaannya bukan hanya melibatkan dan mewujudkan berbagai masalah sosial yang ada di kota yang bersangkutan saja atau menjadi masalah orang miskin di kota tersebut.
Kemiskinan di perkotaan merupakan akibat migrasi masyarakat desa ke kota yang tinggi, dan terutama kondisi kehidupan yang miskin ( rumah diperkampungan miskin dan kotor, serta perkampungan dengan sedikit pelayanan sosial) upah rendah dan tidak mencukupinya peraturan dalam sektor tenaga kerja formal, serta sulinya keuangan di sektor tenaga kerja informal. Meskipun, riset menunjukan bahwa tingkat pendapatan masyarakat kota biasanya lebih besar dibandingkan penduduk desa, dan adanya perpindahan penduduk desa ke kota, disamping kondisi kehidupan yang lemah, kondisi tersebut memiliki manfaat dimana masyarakat kota berusaha meningkatkan kondisi kehidupannya, melalui pendidikan anak – anaknya serta penggunaan pendapatan dengan hati –hati / hemat.
 Aspek – aspek kemiskinan di perkotaan tersebut dapat ditangani langsung melalui program pengentasan kemiskinan misalnya : penataan perumahan, program sanitasi, penambahan fasilitas dasar seperti air dan listrik, program kredit skala kecil, kesempatan kerja, peningkatan dalam mengakses pelayanan sosial, pelayanan anak dan lainnya.
      B. KEMISKINAN PEDESAAN
Perbandingan jumlah penduduk yang tinggal di desa dan di kota adalah 65 % dan 35 %. Daerah pedesaan relative lebih luas wilayahnya dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian sebagai penunjang struktur ekonominya.
Wilayah pedesaan umumnya ditandai oleh karakteristik ketertinggalan perkembangan kehidupan sosial, ekonomi, rendahnya tingkat pendidikan,produktifitas kurang, pendapatan, gizi, terbatasnya lapangan pekerjaan, sulitnya akses terhadap modal untuk meningkatkan produktivitas ekonomi serta kesejahteraan hidupyang lemah. Brdasarkan keadaan ini maka sasaran pengentasan kemiskinan  menjadi sasarnan pembangunan, kehidupan masyarakat desa perlu ditingkatkan.
Kegiatan pengentasan kemiskinan masyarakat pedesaan merupakan kegiatan multidimensi yang melihat secara komprehensif untuk semua aspek. Antara lain sasaran pemenuhan kebutuhan manusia, pendidikan, lingkungan dan lain-lain.Ketidakmerataan pendistribuan pembangunan antara kota dan desa menyebabkan kemiskinan di pedesaan semakin nyata.
Kemiskinan Pedesaan memiliki Dua karakteristik umum kemiskinan di pedesaan yaitu tingkat buta huruf yang masih tinggi dan pendapatan yang rendah. Selanjutnya penyebab paling umum kemiskinan pedesaan antara lain : Ketidakseimbangan pembangunan sektor pedesaan oleh pemerintah. Ketidakcukupan tenaga kerja di desa dimana kebijakan seperti industrialisasi pedesaan kurang berpihak. Ketidakcukupan dalam mengakses pinjaman modal dengan suku bunga yang wajar karena adanya permainan oleh peminjam uang/ rentenir. Ketidakseimbangan pelayanan sosial di daerah pedesaan Ketidakssuaian dalam sistem pemilikan tanah.
      C.  KEMISKINAN LINGKUNGAN
Sebelum kita menggambarkan hubungan lingkungan dengan kemiskinan kita kaji dulu penyebab-penyebab kerusakan lingkungan yang mengindikasikan pada dampak kemiskinan
3 (tiga penyebab utama kerusakan lingkungan :
  • Tidak terkendalinya nilai-nilai keserakahan yang mengiringi kegiatan pembangunan yang berwatak kapitalis
  • Kurang berhasilnya pemerintah menggerakkan masyarakat dalam kemandirian
  • Relatif banyak penduduk miskin yang menggantungkan hidupnya pada lingkungan.
        Berikut ini beberapa dampak pembangunan yang menghasilkan kerusakan lingkungan yang juga menyebabkan kerusakan sosial budaya yang berdampak langsung pada kemiskinan :
  • Terjadinya peningkatan pencemaran perairan dikawasan padat penduduk yang menyebabkan masyarakat miskin mendapat musibah serta tidak mendapatkan pembelaan yang wajar
  • Intensifnya pengrusakan hutan mangrove di sepanjang perairan jawa akibat adanya pertambangan udang, pendirian bangunan, industry, pemukiman, yang menyebabkan musibah bagi masyarakat miskin, disamping itu para nelayan miskin juga mengalami penurunan hasil tangkapan.
  • Perusakan hutan tropis oleh pihak-pihak tertentu yang memilik HPH untuk keuntungan pribadi, pembakaran hutan, ilegal logging karena dikuasai oleh kapitalis
  • Terjadinya penyerbuan lahan milik PT. Perhutani oleh “pasukan petani lapar tanah” di banyak daerah, karena mendapat dorongan dan aba-aba pemimpin populis, menyebabkan kerusakan sistem hidrologi yang serius dalam satuan wilayah DAS di banyak tempat di Jawa. Akibatnya masalah air, yang dahulu mudah didapat secara “gratis” dan menjadi bagian dari milik bersama, sekarang ini sudah terkonversi secara sosio-politik-ekonomi menjadi barang langka.
Kesenjangan-kesenjangan yang terjadi akibat kerusakan lingkungan berbadnding lurus dengan resultan sosial budaya serta akan menyebabkan terjadinya kemiskinan masal
 D.  DEFINISI KEMISKINAN
 Ada beberapa definisi kemiskinan menurut para pakar, berikut adalah  beberapanya:

  • Menurut UNDP dalam Cahyat ( 2004 ), adalah ketidakmampuan untuk memperluas pilihan-pilihan hidup, antara lain dengan memasukkan penilaian tidak adanya partisipasi dalam pengambilan kebijakan publik sebagai salah satu indikator kemiskinan.
  • Menurut Bappenas ( 2002 ), kemiskinan adalah suatu situasi dan kondisi yang dialami seseorang atau sekelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.
  • Sajogyo ( 1988 ), mengartikan kemiskinan tidak sebatas hanya dicerminkan oleh rendahnya tingkat pendapatan dan pengeluaran. Sajogyo memandang kemiskinan secara lebih kompleks dan mendalam dengan ukuran delapan jalur pemerataan yaitu rendahnya peluang berusaha dan bekerja, tingkat pemenuhan pangan, sandang dan perumahan, tingkat pendidikan dan kesehatan, kesenjangan desa dan kota, peran serta masyarakat, pemerataan, kesamaan dan kepastian hukum dan pola keterkaitan dari beberapa jalur tersebut.
  • Suparlan ( 1993 ), kemiskinan didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
 E. PENGELOMPOKKAN KEMISKINAN     
  • Kemiskinan Absolut. Seseorang dikategorikan termasuk ke dalam golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, yaitu: pangan, sandang, kesehatan, papan, dan pendidikan.
  • Kemiskinan Relatif. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan tetapi masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.
  • Kemiskinan Kultural. Kemiskinan ini berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
F. INDIKATOR KEMISKINAN
    Menurut  BPS yang dimaksud dengan indicator kemiskinan adalah:
  • Tidak miskin, mereka yang pengeluaran per orang per bulan lebih dari Rp 350.610.
  • Hampir Tidak Miskin, dengan pengeluaran per bulan per kepala antara Rp 280.488.s/d.–Rp 350.610.- atau sekitar antara Rp 9.350 s/d. Rp11.687.- per orang per hari. Jumlah masyarakat yang dikategorikan “hampir tidak miskin” mencapai 27,12 juta jiwa.
  • Hampir Miskin, dengan pengeluaran per bulan per kepala antara Rp 233.740.- s/d Rp 280.488.- atau sekitar antara Rp 7.780.- s/d Rp 9.350.- per orang per hari. Jumlah masyarakat yang dikategorikan “hampir miskin” mencapai 30,02 juta.
  • Miskin, dengan pengeluaran per orang perbulan per kepala Rp 233.740.-kebawah atau sekitar Rp 7.780.- kebawah per orang per hari.Jumlah masyarakat yang dikategorikan “miskin” mencapai 31 juta.
  • Sangat  Miskin (kronis),  tidak ada kriteria berapa pengeluaran per orang per hari. Tidak diketahui dengan pasti berapa jumlah pastinya. Namun, diperkirakan masyarakat yang dikategorikan “sangat miskin” mencapai sekitar 15 juta.
        Indikator kemiskinan menurut Bappenas (2006) adalah:
  • Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan
  • Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan
  • Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan
  • Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha
  • Lemahnya perlindungan terhadap aset usaha dan perbedaan upah
  • Terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi
  • Terbatasnya akses terhadap air bersih
  • Lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah
  • Memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, serta  terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber daya alam
  • Lemahnya jaminan rasa aman
  • Lemahnya partisipasi
  • Besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga;
  • Tata kelola pemerintahan yang buruk yang menyebabkan inefisiensi dan inefektivitas dalam pelayanan publik, meluasnya korupsi, dan rendahnya jaminan sosial terhadap masyarakat.
      G. KRITERIA KEMISKINAN
          Kriteria Kemiskinan menurut  BPS tentang 14 Kriteria Kemiskinan, yaitu:
  • Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
  • Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
  • Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.
  • Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.
  • Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
  • Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.
  •  Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.
  • Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
  • Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
  • Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
  • Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
  • Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0, 5 ha. Buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan.
  • Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.
  • Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
       H. INDIKATOR KELUARGA SEJAHTERA
            Indikator Keluarga Sejahtera  pada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang                terkandung didalam Undang-Undang no. 10 Tahun 1992 disertai asumsi bahwa kesejahteraan merupakan variabel komposit yang terdiri dari berbagai indikator yang spesifik dan operasional. Berikut indikator menurut Keluarga Sejahtera ( KS ) : 

a.    Keluarga Pra Sejahtera: Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah 1 atau lebih dari 5    kebutuhan dasarnya (basic needs) Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan. 

b.    Keluarga Sejahtera Tahap I
       Adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal yaitu:

  1. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga.
  2.  Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau lebih.
  3. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian.
  4. Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.
  5. Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber-KB dibawa ke sarana / petugas kesehatan.

c.  Keluarga Sejahtera tahap II
     Yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kriteria   keluarga sejahtera I, harus pula memenuhi syarat sosial psikologis 6 sampai 14 yaitu :
  • (6) Anggota Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.
  • (7) Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk.
  • (8) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per tahun.
  • (9) Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni rumah.
  • (10)Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat.
  • (11)Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap.
  • (12)Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan latin.
  • (13)Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat ini.
  •  (14)Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil)
d.   Keluarga Sejahtera Tahap III
Yaitu keluarga yang memenuhi syarat 1 sampai 14 dan dapat pula memenuhi syarat 15 sampai 21, syarat pengembangan keluarg­a yaitu :
  • (15) Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
  • (16)Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga untuk tabungan keluarga.
  • (17)Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
  • (18)Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.
  • (19)Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali/6 bulan.
  • (20) Dapat memperoleh berita dari surat kabar/TV/majalah.
  • (21)Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.
e.    Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
  • (22)Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan   bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materiil.
  • (23.)Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.
f. Keluarga Miskin
Adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :
  • Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging/ikan/telor.
  • Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru.
  • Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap penghuni.
g.Keluarga Miskin Sekali
 Adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan  ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :
  1. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih.
  2. Anggota keluarga tidak memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah dan bepergian
  3. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah.
I.  FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN
Menurut Emil Salim faktor penyebab  kemiskinan atau mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan  menurut Emil Salim , yaitu:
  •  Tidak memiliki faktor produksi:  Mereka umumnya tidak memilki faktor produksi sendiri,seperti tanah yang cukup, modal   ataupun ketrampilan .Faktor produksi yang dimilki sedikit sekali sehingga kemampuan memperoleh pendapatan menjadi sangat terbatas .
  • Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendir.: Pendapatan tidak cukup untuk memperoleh tanah garapan ataupun modal usaha.Sedangkan syarat tidak terpenuhi untuk memperoleh kredit perbangkan, seperti adanya jaminan kredit dan lain-lain,sehingga mereka yang perlu kredit terpaksa berpaling kepada “lintah darat” yang biasanya meminta syarat pelunasan yang berat dan memungut bunga yang tinggi.
  • Tingkat pendidikan mereka rendah,tak sampai tamat sekolah dasar: Waktu mereka tersita habis untuk mencari nafkah sehingga tidak tersisa lagi untuk belajar.Juga anak-anak mereka tidak bisa menyelesaikan sekolah ,karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan atau menjaga adik-adik di rumah,sehingga secara turun-temurun mereka terjeratdalam keterbelakangan di bawah garis kemiskinan ini.
  • Kebanyakaan mereka tinggal di pedesaan.: mereka yang memiliki profesi sebagai petani maka akan tinggal di perkotaan. Banyak diantara mereka tidak memilki tanah,kalaupun ada maka itu sangat kecil sekali. Umumnya mereka menjadi buruh tani atau pekerja kasar diluar pertanian. karena pertanian bekerja dengan musiman maka kesinambungan kerja kurang terjamin. Banyak di antara mereka lalu menjadi pekerja bebas (self employed) berusaha apa saja. Dalam keadaan penawaran tenaga kerja yang besar, maka tingkat upah menjadi  rendah sehingga mengurung mereka di garis kemiskinan.Didorong oleh kesulitan hidup di desa maka banyak di antara mereka mencoba berusaha di kota (urbanisasi).
  • Hidup di kota dengan kurangnya ketrampilan dan pendidikan:  Banyak diantara mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan tidak mempunyai ketrampilan (skill) atau pendidikan,sedangkan kota banyak negara sedang berkembang tidak siap menampung gerak urbanisasi penduduk desa ini.
Menurut Bank Dunia penyebab kemiskinan antara lain:
  • Kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal.
  • Terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar dan prasarana.
  • Kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor.
  • Adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat dan sistem yang     kurang mendukung.
  •  Adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor ekonomi (ekonomi tradisional versus ekonomi modern)
  • Rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan  modal dalam  masyarakat.
  • Budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelolah sumber daya alam dan lingkungannya.
  • Tidak adanya tata pemerintah yang bersih dan baik (good governance).
  • Pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan
Menurut Edis Suharto faktor-faktor penyebab  kemiskinan menurut  buku  (   Edis Suharto, Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia) :
  • Faktor Ekonomi: Yakni turunnya pertumbuhan ekonomi,akibat adanya inflasi,refresi dan sebagainya,menimbulkan kemiskinan ,sehingga kemsikinan relatiif  dam absoulut semakin bertambah. Kemiskinan akibat perekonomian dapat  diselesaikan diatasi dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang baik dan merata. Disamping itu kelangkaan sumber-sumber daya ekonomi merupakan salah satu sebab timbulnya kemiskinan.
  • Faktor Individual :Terkait dengan aspek patalogi, termasuk kondisi fisik dan psikologis di miskin. Orang yang menjadi miskin karena adanya kecacatan pribadi, dalam arti fisik, mental (attitude), malas, tidak jujur, merasa terasing sehingga mereka tidak dapat mencari pekerjaan.
  • Faktor Sosial : Kondisi-kondisi lingkungan sosial  yang menjebak orang menjadi miskin. Misalnya terdapat deskriminasi ,berdasarkian usia,jender,etnis,yang menyebabkan orang menjadi miskin. Termasuk dalam faktor ini ialah kondisi sosial keluarga si miskin yang biasanya menyebabkan kemiskinan antar generasi
  • Faktor Kultural: Kondisi atau kualitas budaya yang menyebabkan kemiskinan. Faktor ini secara khusus sering menunjuk konsep “kemiskinan kultural” atau budaya kemiskinan. Menghubungkan dengan penelitian Oscar Lewis  di Amerika Latin : Bahwa memang ada apa yang disebut kebudayaan kemsikinan,yaitu pola kehidupan masyarakat yang mencerminkan pola hidup apatis, ketidakjujuran, ketergantungan, motivasi yang rendah, ketidakstabilan keluarga dsb
  • Faktor Struktural: Menunjuk pada struktur atau sistem yang tidak adil , tidak sensitif, dan tidak accessible  sehingga menyebabkan seseorang atau sekelompok orang menjadi miskin. Sebagai contoh , sistem ekonomi neoriberalisme yang diterapkan di Indonesia  telah menyebabkan para petani, nelayan, dan pekerja sektor informal  terjerat dan sulit keluar dari kemiskinan.
       J.   Dampak dari Kemiskinan
Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks. Dengan banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki penghasilan karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Berikut adalah beberapa dampak dari kemiskinan:
  1. Dengan banyaknya pengangguran, maka kemiskinan pun semakin meningkat. Secara otomatis pengangguran telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat. Sehingga, akan memberikan dampak secara langsung terhadap tingkat pendapatan, nutrisi, dan tingkat pengeluaran rata-rata.
  2. Kejahatan. Kejahatan yang marak terjadi akhir-akhir ini dapat merupakan efek dari pengangguran. Ketika tak ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan. Misalnya, merampok, menodong, mencuri, atau menipu.
  3. Pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan.
  4. Kesehatan. Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir setiap klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan tarif atau ongkos pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak terjangkau oleh kalangan miskin.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
  1. Giddens, Anthony.1986. Kapitalisme dan teori sosial Modern : suatu analisis terhadap karya tulis Marx, Durkheim, dan Max weber, Penerjemah Soeheba Kramadibrata,Jakarta.Universitas Indonesia
  2. Lawang M.Z.Robert. 2005. Kapital Sosial dalam Prespektif Sosiologis Suatu Pengantar. Jakarta. Fisip UI Pres.
  3. Rustanto,Bambang,2012.Pekerjaan Sosial Dalam Penanganan Kemiskinan di Indonesia, Bandung, STKS Press
  4. Suharto,Edi.2009.Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia,Bandung, Alfabeta
  5. Suharto.Edi.2009.Membangun Masyarakat Memberdayaan Rakyat, Bandung.PT.Refika Aditama

SUMBER LAIN :
  • cinthyaparamitha.blogspot.com/.../makalah-kemiskinan-di-perkotaan.html.
  • www.kemsos.go.id/modules.php?name=Depsos
  • studyandlearningnow.blogspot.com/.../definisi-kemiskinan
  • adhiprawiraa.blogspot.com/.../pengertian-kemiskinan
  • Sosbud.Kompasiana.cm/…./Perempuan-di-jurang-kemiskinan
Bambang-rustanto.blogspot.com/.../kemiskinan-pedesaan-dan-perkotaan....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar