Sabtu, 20 Februari 2010

BUDAYA KEMISKINAN DI PERKOTAAN (study kasus Kelurahan Babakan Ciamis. Bandung)

(sebuah catatan kecil dari hasil  observasi, transekwalk di Kelurahan Babakan Ciamis ,Bandung)

Belakangan ini saya menyempatkan diri untuk jalan-jalan di tengah kota Bandung tepatnya di depan kantor DPRD Kota Bandung dan saya sangat terkejut ketika ada perkampungan yang unik. Nama Kelurahan di kawasan ini adalah Kelurahan Babakan Ciamis.

Naluri saya sebagai pekerja sosial berdering kencang dan kaki saya melangkah karena didorong oleh rasa penasaran. Saya pernah mendengar kampung ini ketika dulu ketika saya berdinas di Dinas Tata Kota Kota Semarang. Waktu itu kantor saya sedang melakukan study banding ke Kota Bandung tentang Konservasi Wilayah Perdagangan dan Jasa. Tetapi waktu itu saya belum melihat secara langsung wilayah ini. Ini suatu kebetulan yang tidak boleh saya lewatkan begitu saja dan saya wajib melihatnya.

Saya katakan unik karena perkampungan ini kumuh tetapi berada di tengah kota Bandung yang berada di kawasan sebelah klas jalan I (klas jalan I adalah klas jalan-jalan protokol) dan lebih unik lagi keberadaan kampung ini cuma 100 meter dari kantor walikota Bandung dan ada beberapa rumah berada dalam posisi dibawah jalan raya sedangkan perkampungkan tersebut dikelilingi oleh sungai yang posisinya sejajar dengan jalan raya. Anehnya beberapa rumah yang berada dalam posisi dibawah jalan raya tidak pernah banjir!. Padahal debit air sangat tinggi.

Di kawasan ini tenaga formal hanya ada 3 PNS, guru i orang, 3 satpam dan dan tenaga informal 15 buruh kasar sebagian lagi pedagang di pasar baru. Padahal jumlah warga berkisar 849 jiwa dan 65% adalah usia produktif (sumber data kelurahan).

Rata rata tingkat pendidikam adalah SMP hampir 50%, jumlah lansia 120 jiwa yang sadar akan pelayanan kesehatan hanya 15 lansia, balita 80 jiwa.

Jarak rumah satu dengan yang lain saling berhimpitan dan rata rata luas rumah hanya 4x5 meter persegi, tanpa ruang tamu. Sebagian besar hanya memiliki 1 ruang kamar tempat tidur. Kondisi rumah rata rata tingkat tetapi struktur bangunan tidak sesuai dengan komposisi layaknya bangunan bertingkat

Secara turun temurun mereka menempati rumah dan kawasan ini, sepertinya gang yang sempit,penggap,hidup dengan mengandalkan penghasilan berjualan di pasar baru, hidup secara rame-rame dengan beberapa anggota keluarga dan satu rumah lebih dari satu KK sudah biasa, ancaman banjir dan hidup dengan desingan suara debit air dari saluran air yang bising bukan masalah bagi merteka.

KONDISI PERKAMPUNGAN:
1. Padat penduduk bahkan beberapa rumah di huni oleh 3-4 Kepala Keluarga.
2. Banyak Lansia.
3. Banyak Balita.
4. Lingkungan tempat tinggal mereka sempit, dikelilingi sungai/saluran air selebar 2 sampai dengan 2,5 meter.
5. Mata pencaharian pedagang di pasar baru ( pedagang makanan,pakaian danmakanan ringan)
6. lingkungan aman karena ada siskampling setiap malam yang di jaga oleh 2 orang per malam.
7. Sebagian besar penghuni komunikatif dan tidak menaruh rasa curiga kepada pendatang.
8. Sistem di luar perkampungan ini adalah jalan raya dan jalan protokol.
9. lebar jalan penghubung penghuni lebih kurang 0,5 meter a/d 1 meter.
10. Jarak rumah tidak ada (orang jawa menyebutnya lengkong)
11. Posisi rumah sebagian besar sejajar dengan sungai.
12. Bahkan beberapa rumah berapa dalam posisi di bawah aliran sungai atau di bawah jalan raya.

SISTEM-SISTEM SUMBER YANG TERSEDIA:
Sumber di dalam sistem perkampungan tersebut adalah:
1. Puskesmas
2. Posyandu
3. MCK
4. PDAM
5. Listrik
6. Tempat Pendidikan.
7. Masjid
8. Balai Pertemuan
9. Organisasi PKK
10. Karang Taruna
11. Farmasi Kimia Farma

Sumber yang ada di luar sistem adalah: (jaraknya hanya 50-100 meter)
1. Bank BTN
2. Kantor Legiun Veteran
3. Kantor DPRD KOta Bandung
4. Kantor Walikota Bandung.
5. Masjid Besar Walikota
6. Kantor Cabang Honda
7. Mini Market
8. Hotel Royal
9. Panti Asuhan
10. Kantor Kodam Siliwangi
11. Stasion Hall.
12. Pasar Baru
13. Pasar Biji Besi
14. Terminal Angkutan Umum

PELAYANAN SOSIAL YANG DITERIMA OLEH WARGA
1. Pelayanan Lansia setiap bulan
2. Pelayanan Balita
3. Sunatan massal setiap tahun dari farmasi kimia farma
4. Bantuan Tunai Langsung
5. Beras Miskin 10 kilo gram per KK miskin
6. Program PNPM
7. Jamkesmas

MASALAH_MASALAH YANG NAMPAK DARI SUDUT PEKERJA SOSIAL
1. Pengangguran
2. Kesejahteraan dan Kesehatan Lansia
3. Kesehatan Balita
4. Sanitasi Lingkungan
5. Ancaman Banjir
ANALISIS
1. Pengangguran
Di Wilayah ini pegangguran diakibatkan oleh sumber daya manusianya dan karena akses industri relatif lemah sebab rata-rata masyarakat di sini berpendidikan SMP/

Dewasa ini jumlah angkatan kerja di Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan diakibatkan oleh kompetensi yang sangat tinggi akibat dari persaingan di level sumber daya manusia. Lulusan dari para akademisi saja banyak yang kurang beruntung mengadu nasib di sektor formal. Kegagalan ini berakibat pada melonjaknya nilai persaingan di sektor informal sedang ketersediaan sarana infrastruktur sangat minim dan tidak seimbang dengan kebutuhan tenaga kerja. Begitu pula yang terjadi di wilayah ini dan kondisi ini juga diperparah oleh minimnya industri.
Bagi para laki-laki di masyarakat ini sebagian besar mencari solusi dengan cara menjadi pedagang di Pasar Baru tetapi para wanita lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sebagai ibu rumah tangga tanpa ada kegiatan yang menghasilkan income
2. Kesejahteraan dan Kesehatan Lansia
Di kawasan ini banyak terdapat lansia tetapi yang memiliki kesadaran tentang kesehatannaya hanya sebagiam kecil saja. Para lansia mendapatkan pelayanan pada saat ada posyandu yang hanya ada pada sebulan sekali.Kondisi lingkungan yang penggap tentu akan menganggu kesehatan lansia.
Sedangkan kesejahteraan lansia belum terakomodir dengan baik, misalnya bantuan untuk dirawat di sebuah panti belum terwujud dan juga bantuan dari wilayah sekitar. Rata-rata mereka masih menjadi tanggungan anak mereka. Budaya merawat orangtua sebagai balas budi atas jasa orang tua membesarkan anak-anaknya masih dijunjung tinggi dan ini merupakan nilai budaya yang tinggi.
3. Kesehatan Balita
Lingkungan yang sempit antar gang atau antar rumah membuat sirkulasi udara sangat penggap apalagi banyak yang tidak memiliki ventilasi. Binatang kucing juga berkeliaran di kawasan ini dan hal ini dikawatirkan membawa virus toxoplasma yang menyebabkan bayi mendapatkan menyakitkan hidrosephalus dan penyakit lainnya sepertiparu-paru dan tidak berkembang dengan baik karena kurang aktivitas dalam masa perkembangannya mengingat kondisirumah yang sempit dan amat terbatas.
4. Sanitasi Lingkungan
Kondisi rumah rata-rata bertingkat tetapi luas bangunan sama dengan luas tanahnya seluas hanya 4x 5 meter persegi dengan penguni sebagian besar rumah rata-rata 5 sampai 10 jiwa.
Rata mereka tidak meliliki ruang keluarga dan ruang tamu yang selayaknya, tanpa jendela, tanpa MCK (MCK umum, tempat jemuran,ventilasi udara dan lingkungan gang kelinci/gang senggol.
Kondisi rumah saling berhimpitan dan dikawatirkan jika terjadi bahaya kebakaran maka seluruh kawasan ini bisa luluh lantak rata dengan tanah.
5. Ancaman Banjir
Pada saat musim hujan ini debit air dan curah hujan sangat tinggi, dikawatirkan aliran sungai akan membludak keluar area pemukiman. Area pemukiman ini sangat padat dan terdapat banyak wanita,lansia, anak-anak dan anak balita.
SOLUSI
Keberadaan para tenaga profesional pekerjaan sosial sangat dibutuhkan di kawasan ini dan peran pemerintah dalam memberikan akses pelayanan sosial perlu ditingkatkan terutama dari segi pelayanan kepada lansia, balita, penggangguran, dan sanitasi lingkungan
REFERENSI
  1. HASIL INDEPTH  KELURAHAN BABAKAN CIAMIS
  2. HASIL OBSERVASI KELURAHAN BABAKAN CIAMIS
  3. PENGOLAHAN DATA SEKUNDER  KELURAHAN BABAKAN CIAMIS
  4. HASIL TRANSECWALK KELURAHAN BABAKAN CIAMIS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar