Pendayagunaan Kelompok Bhakti Ibu Dalam Pengentasan
Kemiskinan Di Kelurahan Babakan Ciamis
Kecamatan Sumur
Bandung
Propinsi Jawa Barat
- Masalah Latar Belakang
Kemiskinan merupakan kondisi yang tidak menyenangkan yang dialami oleh
seseorang yang mengakibatkan seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
yang berupa sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan juga
mengakibatkan seseorang atau kelompok masyarakat tidak mampu mengakses sistem sumber yang ada di
sekitar wilayah dimana mereka tinggal, baik sumber internal maupun sumber
eksternal. Kemiskinan yang terjadi di Indonesia diakibatkan oleh krisis moneter
yang terjadi pada tahun 1998 dan kemiskinan di Indonesia merpakan kemiskinan
yang bersifat multidemensial.
Menurut Lembaga penelitian SMERU jumlah penduduk miskin
di Pulau Jawa dan Bali pada tahun 1993 sebanyak 6.383 pada tahun 2003 sebanyak
8.447 dan pada tahun 2009 sebanyak 8.176, kemiskinan yang diteliti ini adalah
kemiskinan di perdesaan dan perkotaan dan dari data tersebut diperoleh data bahwa kemiskinan di perdesaan mengalami
penurunan sedangkan di perkotan mengalami peningkatan dan dapat
dijelaskan sbb:
Kemiskinan diperkotaan disebabkan oleh sejumlah faktor
diantaranya adalah: 1) Ketidakberdayaan, penyebabnya adalah kurangnya lapangan kerja biaya hidup tinggi
dan kodrat atau takdir persoalan yang timbul adalah tingginya biaya pendidikan
pengannguran harga sembako mahal kurangnya lapangan kerja dan kesulitan
memenuhi kebutuhan harian 2) Keterkucilan penyebabnya adalah pendidikan kurang
dan kurangnya keahlian dan persoalan yang timbul adalah sarana transportasi
sulit kuranng ketrampilan dan akses kridit, 3) Kemiskinan Materi, penyebabnya
adalah kurangnya/tidak ada modal penghasilan rendah dan anggota keluarga banyak
.Persoalan yang timbul adalah tidak punya modal pendapatan rendah, perumahan
dan lingkungan 4) Kerentanan, penyebabnya adalah PHK dan masalah usaha dan
masalah yang timbul adalah putus sekolah dan bencana alam 5) Sikap penyebanya
adalah kurang berusaha dan persoalan yang timbul adalah keluarga tidak harmonis
dan kenakalan remaja.
Dampak kemiskinan di perkotaan adalah kesulitan memenuhi
kebutuhan makan, kesulitan membiyai pendidikan, kesulitan mencari nafkah, putus
sekolah kesulitan biaya pengobatan, kesulitan memenuhi kebutuhan perumahan,
keterkucilan, kesulitan modal, pekerja anak, hidup susah, ketidaktenangan,
kriminalitas meningkat dan terlilit hutang.
Sedangkan menurut BPS, Rumah Tangga
Miskin (RTM) di Kota Bandung tercatat 62.400
keluarga (jika setiap keluarga rata-rata 4 jiwa, jumlahnya sekitar 249.600
jiwa). Padahal peserta Jamkesmas (Jaminan Kesehatan
Masyarakat) mencapai 340.000 jiwa. Belum termasuk warga miskin yang mendapatkan
Surat Keterangan Miskin (SKM). (A-170)
Sedangkan penduduk miskin
di Kota Bandung pada tahun 2009 adalah 11,96% dari jumlah penduduk sebesar 42
juta jiwa dengan jumlah angkatan kerja sebesar 18,89% dan pada tahun 2010
jumlah penduduk Bandung adalah 43 juta jiwa sedangkan penduduk miskin sebesar 11,27 % sedang
angkatan kerja adalah 18.98%. Perurunan ini terjadi di desa sedangkan di
perkotaan justru mengalami kenaikan (Kompas, 03 Mei 2011)
Menurut harian Pos Kota
tertanggal 10 April 2011 jumlah orang miskin di Kota Bandung adalah 3,2 juta
dari jumlah penduduk 4,3 juta sedangkan yang dapat dijangkau hanya sejumlah 250
ribu warga dan dana pengentasan kemiskinan diperoleh dari APBD sebesar 62
milliar dan dana APBN sebesar 8 milliar.
Pemerintah sebenarnya telah melakukan
berbagai program dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan masalah kemiskinan
dan kesenjangan pembangunan akan tetap menjadi agenda utama pemerintah. Dari
tahun ke tahun, pemerintah selalu mencanangkan upaya penanggulangan kemiskinan
antara lain, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dan Program Kredit
Usaha Rakyat (KUR). Tahun ini, dana yang dialokasikan untuk PNPM mencapai Rp 13
triliun yang akan disalurkan ke 6000 kecamatan lebih. Pada tahun yang sama,
telah disiapkan dana program KUR sebesar Rp 100 triliun untuk membantu pembiayaan
usaha kecil yang merupakan 98,9% entitas bisnis di Indonesia.
Selain itu, berbagai usaha
pengentasan kemiskinan oleh berbagai pemangku kepentingan telah meningkat dari
waktu ke waktu. Namun demikian upaya tersebut masih jauh dari yang diharapkan apabila
dibandingkan dengan populasi yang jauh lebih besar jumlah dan sebarannya.
Kementerian Sosial turut menangani masalah kemiskinan melalui Program Keluarga
Harapan (PKH) yang ditujukan kepada program pemberdayaan ekonomi masyarakat
melalui Kelompok Usaka Bersama (KUBE), yang pada tahun 2010 diberikan kepada
127.930 KK dengan total anggaran pemberdayaan fakir miskin sebesar Rp
431.797.100.000.
Program-program pengentasan kemiskinan
tersebur sebenarnya relah juga telah
dirasakan maanfaatnya oleh masyarakat Kelurahan Babakan Ciamis Kecamatan Sumur
Bandung akan tetapi karena kurangnya
kemampuan masyarakat dalam mengakses sistem sumber diatas maka membuat
masyarakat tidak mampu memanfaatkannya secara maksimal terutama dalam mengakses
sistem sumber yang terkait dengan modal
(keuangan) sehingga mengakibatkan masyarakatan kesulitan dalam mengembangankan
modal khususnya yang berkaitan dengan modal dagang untuk para pedagang
informal.
Kelurahan Babakan Ciamis.
Di Kelurahan Babakan Ciamis jumlah
keluarga miskin adalah 2.021 kepala keluarga dan terdapat keluarga miskin sebanyak 339 atau 16.77% dan tersebar di 9 rukun warga dan 43 rukun tetangga dan dapat
dijelaskan dalam tabel berikut :
Wilayah RW 01 memiliki oleh 360 kepala keluarga dan terdapat 36 kepala
keluarga miskin, RW 02 memiliki 235 kepala keluarga dan terdapat 77 kepala
keluarga miskin, RW 03 memiliki 320 kepala keluarga dan terdapat 100 kepala
keluarga miskin, RW 04 memiliki 360 kepala keluarga dan terdapat 4 keluarga miskin,
RW 05 memiliki 141 kepala kelurga dan tidak terdapat kepala keluarga miskin,
RW.06 memiliki kepala keluarga dan terdapat 6 keapala keluarga miskin, RW 07
memili 329 kepala keluarga dan terdapat 45 kepala keluarga miskin, RW 08
memiliki 316 kepala keluarga dan terdapat 71 kepala keluarga miskin.
Dengan demikian berdasarkan data tersebut kepala keluarga
miskin banyak terdapat di wilayah RW 03 dengan jumlah 67 kepala
keluarga miskin, tempat ke dua oleh wilayah RW 02 dengan terdapat 77 kepala
keluarga miskin dan tempat ke tiga oleh RW 08 dengan terdapat 71 kepala kelarga
miskin. Ke tiga RW ini dapat dikatakan golongan wilayah terbesar yang memiliki
keluarga miskin.
Pada kegiatan pratikum terdahulu peneliti telah
mengambil lokasi di wilayah Kelurahan Babakan Ciamis Kecamatan Sumur Bandung
khususnya kemiskinan di RW 03 dan dapat
dijelaskan sbb:
1.
RW 03 memiliki
329 KK dan 100 KK tergolong miskin.
2.
Rata-rata
pekerjaan dari KK miskin adalah pedagang informal yang berjualan dan berdagang
di rumah mereka sendiri dan mayoritas adalah kaum perempuan.
3.
Minimnya
pendapatan para pedagang informal yang disebabkan oleh modal untuk berdagang
relatif sangat kecil sehingga volume dagangan dan jenis dagangan sangat
terbatas.
4.
Budaya hidup
yang memiliki prinsip “ kumaha engke” yang mengakibatkan malas untuk berusaha
yang dalam hal ini terjadi pada para suami yang sudah dilanda frustasi karena
selalu gagal mendapatkan pekerjaan dan karena PHK.
5.
Kebiasaan
meminjam pada para rentenir dan bang kridit harian yang mengenakan bunga tinggi
meskipun diperbolehkan membayar harian.
6.
Keterbatasan
mengakses sistem sumber keuangan atau bank dikarenakan tidak memiliki aset yang
diperlukan sebagai anggunan sesuai ketentuan dan kriteria dari pihak bank.
7.
Tidak memiliki
saudara yang kaya yang diharapkan dapat membantu mereka.
8.
Tidak memiliki
warisan keluarga sebab orang tua mereka juga tergolong miskin .
Proses pemberdayaan yang telah dilakukan kepada masayarakat
adalah pemberdayaan kepada perempuan sebab mayoritas perempuan menjadi tulang
punggung bagi keluarga setempat hal ini disebabkan oleh faktor pengangguran
yang ada di wilayah Kelurahan Babakan Ciamis karena PHK (pemutusan hubungan kerja) dan faktor budaya
yakni budaya malas untuk mencari pekerjaan lain atau pekerjaan sampingan.
Proses pemberdayaan dilakukan dengan memanfaatkan
aset-aset yang dimiliki masyarakat masyarakat dan
melibatkan masyarakat dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi
oleh mereka. Adapun asset-aset yang dimiliki masyarakat
antara lain adalah :
1.
Adanya kesadaran dari masyarakat untuk
memerangi kemiskinan di keluarga mereka.
2.
Adanya keinginan untuk membuat sebuah
wadah yang dapat membicarakan masalah-masalah mereka.
3.
Adanya keinginan masyarakat untuk
menabung yang dikelola secara bersama-sama.
4.
Adanya keinginan dari masyarakat untuk
mengumpulkan modal secara bersama dan dikelola secara bersama-sama.
5.
Adanya persatuan dan kesatuan karena
merasa senasib dan sepenanggungan.
6.
Adanya keinginan untuk bebas dari jeratan
rentenir.
7.
Adanya tokoh-tokoh masyarakat yang
mendukung dan memfasilitasi keinginan masyarakat.
Pada pratikum yang telah dilakukan oleh peneliti
dilakukan dengan asesmen dan dari hasil asesmen diperoleh prioritas masalah
tentang kurangnya modal usaha dan
selanjutnya dilanjutnya dengan pembentukan kelompok Bhakti Ibu.
Alasan pembentukan kelompok ini didasarkan pada
pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat dan merupakan upaya untuk mengatasi
kemiskinan di lingkungan warga setempat. Kelompok Bhakti Ibu terdiri dari para
pedagang informal di lingkungan Kelurahan Babakan Ciamis Kecamatan Sumur
Bandung.
Kelompok Bhakti Ibu bertujuan untuk antara lain sbb:
1.
Sebagai ajang silaturahmi antar warga
setempat.
2.
Sebagai wadah aktivitas wanita atau
ibu-ibu yang salah satu kegiatannya adalah mengadakan kegiatan simpan pinjam.
3.
Sebagai wadah informasi dan pemberdayaan
bagi ibu-ibu
4.
Sebagai media komunikasi antar para ibu
dalam menyampaikan aspirasi yang berkaitan dengan permasalahan mereka.
5.
Sebagai media berinteraksi bagi para
ibu-ibu
Sampai dengan bulan Pebruari 2011 kegiatan utama kelompok
ini untuk sementara menyelenggarakan kegiatan simpan pinjam dengan jumlah
anggota sebanyak 25 orang pada bulan Januari 2011 dengan modal sebanyak Rp.800.000,- (delapan
ratus ribu rupiah) dan dari modal ini telah dapat dirasakan manfaatnya oleh 8
annggota dengan jumlah pinjaman Rp.100.000,- (seratus ribu rupia) .
- Fokus
Penelitian
Berdasarkan aset-aset yang dimiliki oleh masyarakat
setempat tentunya masyarakat juga memiliki kebutuhan-kebuhan yang harus
dipenuhi dan untuk memenuhi kebutuhan-kebuhan masyarakat maka dilakukan kegiatan pemberdayaan dan hal ini bertujuan untuk pendayagunaan
kelompok Bhakti Ibu di Kelurahan Babakan
Ciamis, sehingga mereka memiliki kemampuan dan kekuatan dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya, kemampuan dalam menjangkau sumber-sumber produktif serta
peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan
yang mempengaruhi mereka.
Selanjutnya untuk mengetahui lebih
dalam tentang dampak pemberdayaan masyarakat terhadap kapasitas warga miskin
dalam pendayagunaan kelompok maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah : "Bagaimana Kegiatan Pendayagunaan Kelompok Bhakti Ibu dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan Di Kelurahan Babakan Ciamis?”. Untuk dapat menjawab
pertanyaan penelitian tersebut diajukan beberapa sub problematik sebagai
berikut :
1.
Bagaimana karakteristik kelompok Bhakti Ibu ?
2.
Bagaimana penyelengaraan
program/kegiatan kelompok Bhakti Ibu?
3.
Bagaimana
permasalahan dan kebutuhan kelompok Bhakti Ibu ?
4.
Bagaimana rencana kegiatan pendayagunaan
kelompok Bhakti Ibu ?
5.
Bagaimana implementasi
kegiatan pendayagunaan kelompok Bhakti Ibu ?
6.
Bagaimana hasil
implementasi kegiatan pendayagunaan kelompok Bhakti Ibu ?
7.
Bagaimana penyempurnaan
atau kegiatan akhir pendayagunaan kelompok Bhakti Ibu?
- Tujuan dan
Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan secara praktis dan mengetahui pemberdayaan masyarakat RW 03
Kelurahan Babakan Ciamis..
Tujuan penelitian ini adalah :
1.
Mengetahui dan memahami
bagaimana gambaran karakteristik kelompok Bhakti Ibu
2.
Mengetahui dan memahami
bagaimana penyelenggaran/ kegiatan kelompok Bhakti Ibu
3.
Mengetahui dan memahami permasalahan dan
kebutuhan kelompok Bhakti Ibu.
4.
Mengetahui dan memahami rencana kegiatan
pendayagunaan kelompok Bhakti Ibu
5.
Mengetahui dan memahami implementasi krgiatan pendayagunaan kelompok
Bhakti Ibu
6.
Mengetahui dan memahami hasil implementasi kegiatan pendayagunaan kelompok Bhakti Ibu
7.
Mengetahui dan memahami penyempurnaan atau kegiatan akhir pendayagunaan kelompok Bhakti Ibu
Manfaat penelitian adalah :
1.
Secara teoritis
penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terutama terkait
dengan kegiaatan pendayagunaan kelompok dalam upaya intervensi pengentasan kemiskinan.
2.
Secara praktis hasil
penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pemerintah setempat dalam upaya
menjalankan program, pengentasan kemiskinan di wilayahnya.
- Ruang Lingkup
dan Keterbatasan Penelitian
Kegiatan penelitian ini secara umum
dibatasi pada ruang lingkup dan cakupan kegiatan keluarga miskin di masyarakat Kelurahan
Babakan Ciamis yang meliputi bagaimana masyarakat dalam menjangkau sumber yang
dapay dimanfaatkan untuk pendayagunaan kelompok, kemampuan masyarakat dalam mengembangkan pendayagunaan kelompok, dan bagaimana masyarakat memperluas jaringan dalam
upaya menjangkau sumber yang terkait dengan pendayagunaan
kelompok, bagaimana masyarakat menjalankan
organisasi yang baru terbentuk, dan bagaimana upaya masyarakat dalam
meningkatkan pendapatannya. Pembatasan ini perlu dilakukan oleh peneliti supaya
penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, selain itu juga mengingat
adanya keterbatasan peneliti pada waktu, kemampuan dana, penguasaan teori serta
pengalaman dalam kegiatan penelitian ini.
- Kajian Pustaka.
Pendayagunaan
memiliki arti yang sama dengan pemberdayaan atau pemberian kekuasaan kepada
pihak yang lemah agar memiliki kekuasaan untuk mengatasi masalah yang sedang
dihadapi dan senada dengan hal ini dapat dikutip dari pendapat dari Agustinus
Sulistya (LAN. 2010:3) sebagai berikut :
“pendayagunaan atau
pemberdayaan mengandung makna adanya perubahan pada diri seseorang dari tidak
mampu menjadi mampu dan dari tidak memiliki kewenangan menjadi memiliki
kewenagan dan dari tidak bertanggung jawab menjadi bertanggung jawab terhadap
segala sesuatu yang dikerjakan”
Sedangkan menurut
kamus besar bahasa Indonesia (1998:189) yang dimaksud dengan pendayagunaan
adalah segala sesuatu yang mendatang hasil.
Berkaitan dengan
hal diatas maka yang dimaksud dengan pendayagunaan adalah pemberdayaan yang
memiliki arti sebagai pemberian kekuasaan atau wewenang kepada pihak yang lemah
agar supaya pihak yang lemah dapat berdaya mengatasi persalahan yang mereka
hadapi secara optimal dengan menggunakan
kekuatan-kekuatan yang mereka miliki.
1. Tinjauan Tentang Pemberdayaan
Pemberdayaan
memiliki dua kecenderungan, antara lain : pertama, kecenderungan primer,
yaitu kecenderungan proses yang memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan,
kekuatan, atau kemampuan (power) kepada masyarakat atau individu menjadi
lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula dengan upaya membangun asset
material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi
Kedua, kecenderungan sekunder, yaitu
kecenderungan yang menekankan pada proses memberikan stimulasi, mendorong atau
memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan
apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Dua kecenderungan
tersebut memberikan (pada titik ekstrem) seolah berseberangan, namun seringkali
untuk mewujudkan kecenderungan primer harus melalui kecenderungan sekunder
terlebih dahulu.
Beberapa
pandangan tentang pemberdayaan masyarakat, antara lain sebagai berikut: (Ife,
1996:59)
a)
Struktural, pemberdayaan merupakan upaya pembebasan, transformasi structural
secara fundamental, dan eliminasi struktural atau sistem yang operesif.
b)
Pluralis, pemberdayaan sebagai upaya meningkatkan daya sesorang atau
sekelompok orang untuk dapat bersaing dengan kelompok lain dalam suatu ’rule
of the game’ tertentu.
c)
Elitis, pemberdayaan sebagai upaya mempengaruhi elit, membentuk aliniasi
dengan elit-elit tersebut, serta berusaha melakukan perubahan terhadap
praktek-praktek dan struktur yang elitis.
d)
Post-Strukturalis, pemberdayaan merupakan upaya mengubah diskursus serta menghargai
subyektivitas dalam pemahaman realitas sosial.
Hakikat dari konseptualisasi empowerment berpusat
pada manusia dan kemanusiaan, dengan kata lain manusia dan kemanusiaan sebagai
tolok ukur normatif, struktural, dan substansial. Dengan demikian konsep
pemberdayaan sebagai upaya membangun eksistensi pribadi, keluarga, masyarakat,
bangsa, pemerintah, negara, dan tata dunia di dalam kerangka proses aktualisasi
kemanusiaan yang adil dan beradab. Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep
pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial.
a.
Definisi Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah suatu
cara dengan mana rakyat mampu menguasai (berkuasa atas) kehidupannya
(Suharto,1997:215). Selanjutnya Craig dan Mayo dalam Huraira (2006) mengatakan
bahwa konsep pemberdayaan termasuk dalam pengembangan masyarakat dan terkait
dengan konsep-konsep : kemandirian (self help), partisipasi (participation),
jaringan kerja (networking), dan pemerataan (equty).
Selanjutnya pemberdayaan menurut Suharto (2005) menunjuk pada
kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki
kekuatan atau kemampuan dalam :
1)
Memenuhi kebutuhan dasarnya
sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom, dalam arti bukan saja bebas
mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan,
bebas dari kesakitan)
2)
Menjangkau sumber-sumber
produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan
memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan.
3)
Berpartisipasi dalam proses
pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.
b.
Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat
Pendekatan konvensional
ini ditandai oleh transplantatifplanning, top down, inductive,
capital intensive, west-biased technological transfer, dan sejenisnya.
Beberapa paradigma pendekatan pembangunan mulai mengalami pergeseran dari yang
konvensional menuju pembangunan alternatif, yaitu :
1) Pembangunan wilayah (regional
development)
2) Pembangunan berwawasan
lingkungan (environmental development).
3) Pembangunan berbasis
komunitas (community-based development).
4) Pembangunan berpusat
pada rakyat (people-centered development).
5) Pembangunan berkelanjutan (sustainable
development).
6) Pembangunan berbasis kelembagaan (institution-based
development).
c.
Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Dubois dan Miley (1992), memberi beberapa prinsip yang dapat menjadi
pedoman dalam pemberdayaan masyarakat :
·
Membangun relasi pertolongan
·
Membangun komunikasi
·
Terlibat dalam pemecahan
masalah
·
Merefleksikan sikap dan nilai
profesi pekerjaan social
d.
Indikator Keberdayaan
Sebagaimana Kieffer dalam Suharto (2006:63), pemberdayaan mencakup
tiga dimensi yang meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan
kompetensi partisipatif. Selanjutnya, Parsons juga mengajukan tiga dimensi
pemberdayaan yang merujuk pada :
1)
Sebuah proses pembangunan yang bermula dari
pertumbuhan individual berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih
besar.
2)
Sebuah keadaan psikologis yang
ditandai oleh rasa percaya diri, berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang
lain.
3)
Pembebasan yang dihasilkan dari
sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang
lemah dan kemudian melibatkan upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah
tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masih menekan.
e.
Strategi Pemberdayaan
Masyarakat
Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui
tiga aras atau matra pemberdayaan, antara lain
mikro, mezzo, dan makro (Suharto, 2005:66-67) :
1)
Aras
mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara
ndividu melalui bimbingan, konseling, stress management, dan crisis
intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam
menjalankan tugas-tugas kehidupannya.
2)
Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap
sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai
media intervensi.
3)
Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga
sebagai startegi sistem besar (large system strategy), karena sasaran
perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan
kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbyng,
pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam
pendekatan ini.
f.
Mekanisme Pemberdayaan Masyarakat
Seperti
dikemukakan di atas, pemberdayaan masyarakat harus melibatkan segenap potensi yang
ada dalam masyarakat. Beberapa aspek di antaranya dapat diketengahkan sebagai
berikut: Peranan pemerintah teramat penting. Berarti birokrasi pemerintah harus
dapat menyesuaikan dengan misi ini. Dalam rangka ini ada beberapa upaya yang
harus dilakukan:
2)
Birokrasi
harus memahami aspirasi rakyat dan harus peka terhadap masalah yang dihadapi
oleh rakyat.
3)
Birokrasi
harus membangun partisipasi rakyat. Artinya, berilah sebanyak-banyaknya
kepercayaan pada rakyat untuk memperbaiki dirinya sendiri. Aparat pemerintah
membantu memecahkan masalah yang tidak dapat diatasi oleh masyarakat sendiri.
4)
Untuk itu
maka birokrasi harus menyiapkan masyarakat dengan sebaiknya, baik pengetahuannya
maupun cara bekerjanya, agar upaya pemberdayaan masyarakat dapat efektif. Ini
merupakan bagian dari upaya pendidikan sosial untuk memungkinkan rakyat
membangun dengan kemandirian.
5)
Birokrasi
harus membuka dialog dengan masyarakat. Keterbukaan dan konsultasi ini amat
perlu untuk meningkatkan kesadaran (awareness) masyarakat, dan agar
aparat dapat segera membantu jika ada masalah yang tidak dapat diselesaikan
sendiri oleh rakyat.
6)
Birokrasi harus membuka jalur informasi dan akses yang
diperlukan oleh masyarakat yang tidak dapat diperolehnya sendiri.
7)
Birokrasi
harus menciptakan instrumen peraturan dan pengaturan mekanisme pasar yang
memihak golongan masyarakat yang lemah.
2.
Tinjuan
Tentang Kelompok
a.
Pengertian Kelompok
Kelompok dalam pengertian di sini adalah
kelompok Bhakti Ibu yang memiliki
masalah kurangnya modal usaha di kalangan para pedagang informal dan sehubungan
dengan pengertian tentang kelompok maka dapat dikaitkan dengan pendapat dari
beberapa ahli diantaranya adalah :
Pendapat dari Sopiah (2008:25) yang
mengatakan bahwa “ kelompok sebagai individu atau lebih yang berinteraksi
dengan saling bergantung yang saling bergabung untuk mencapai sasaran sasaran
tertentu”
Pengertian diatas dapat diartikan bahwa berkumpulnya dua orang
atau lebih di suatu tempat yang mengadakan hubungan timbal balik disebut dengan
kelompok, hubungan timbal balik dapat berupa kerjasama saling menguntungkan,
saling memberi dan menerima, saling mengungkapkan pendapat, saling menghargai perbedaan-perbedaan
yang ada, saling menghormati satu sama lain, saling memiliki kesamaan
misi/tujuan dalam proses pencapaian tujuan.
Kurt Lewin yang dikutip oleh Slamet Santoso (1992:4) pengertian
kelompok adalah : “Tingkah laku
individu sangat dipengaruhi oleh kelompok yang menjadi anggotanya”
Kelompok akan dapat memperngaruhi tingkah laku individu anggota kelompok yang mengarahkan invidu kepada keinginan memiliki kekuasan
atau dapat membawa pengaruh lebih dari orang lain, tujuan pribadi baik yang positip maupun yang negatif dan
status yang dianggap sebagai hal yang
bersifat perstise dianggap dapat menaikkan gengsi seseorang,
masing–masing dari individu berbeda merespon hal ini, kelompok yang demikian
akan mencerminkan ciri khas sendiri yang tidak sama dengan kelompok lain.
Kelompok dapat juga diidentikkan sebagai sebuah
organisasi sebab dalam kelompok terdiri dari beberapa orang yang memiliki
solidaritas dan tujuan yang sama. Kelompok yang dimaksud dapat berupa kelompok
formal maupun informal (lokal) tergantung dari kebutuhan masyarakat setempat
dan dengan bergabung dengan kelompok maka setiap anggota dapat menyampaikan
aspirasi dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidupnya seperti kebutuhan sosial,
ekonomi, kesehatan dan sangat mungkin juga kebutuhan pendidikan.
Senada dengan
hal ini Suharto (1997:335) berpendapat tentang organisasi lokal sbb:
“ organisasi
lokal adalah lembaga kelompok atau organisasi yang ada dan terlibat dengan
pembangunan di tingkat lokal (setempat) misalnya di desa/kelurahan atau unit
unit kecil seperti kampung atau RW yang dibentuk secara sukarela dan mewakili
kepentingan para anggotanya dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya baik dalam
bidang sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan”
b.
Tugas dan Fungsi
Kelompok
Pendapat
dari Iwan Purnawan ( 2010) tentang tugas dan fungsi kelompok sosial sbb:
“ tugas dan fungsi
kelompok sosial adalah : 1) membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup; 2) memudahkan
pekerjaan; 3) mengatasi pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang
terlalu besar sehingga selesai secara efektif dan efesien; 4) Menciptakan iklim
demokratis dalam kehidupan masyarakat”
Senada
dengan pendapat diatas dapat diselaraskan dengan pendapat dari Prima Suci
(2009) tentang fungsi kelompok sbb:
“fungsi kelompok antara lain adalah:
1) Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup
karena, bagaimanapun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain;
2) Memudahkan segala pekerjaan, karena banyak pekerjaan yang tidak dapat
dilaksanakan tanpa bantuan orang lain; 3) Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan
pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga
selesai lebih cepat, efektif dan efesian
karena pekerjaan besar dibagi-bagi sesuai bagian kelompoknya
masing-masing/sesuai keahlian; 4) Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan
masyarakat, karena setiap individu bisa memberikan masukan dan berinteraksi dan
memiliki peran yang sama dalam masyarakat.
c.
Proses Terbentuknya Kelompok
Mengacu pada pendapat Danim (2004:146-147) tentang proses
pembentukan kelompok sbb:
“ proses
pembentukan kelompok memiliki seperangkat nilai penting dalam proses pendidikan
secara keseluruhan. Nilai-nilai yang terkandung di dalam proses kelompok
anatara lain:
1)
Membangun moral kelompok
yang tergabung dalam satu wadah kerjasama.
Proses kelompok dapat menciptakan kepuasan dan dengan demikian akan
meningkatkan moral atau menggairahkan kerja individu di dalam kelompok.
Kegairahan kerja yang dimaksudkan adalah kelompok merasa sadar bahwa karena
interaksi antar mereka mampu menciptakan prakarsa prakarsa kritis. Di dalam
diri individu ada dorongan bekerja dan hal itu antara lain muncul karena rasa
penghargaan kelompok
2)
Membangun sifat-sifat
kepemimpinan
Kepemimpinan selalu merupakan interaksi antara manusia dan akrenya proses
kelompok dapat menciptakan sifat sifat kepemimpinan yang diinginkan. Sifat
sifat kepemimpinan ini muncul antara lain sebagai akibat adanya proses
interaksi antar individu, rasa kebersamaan dan saling memperngaruhi, proses
pengalihan tugas, peniruan peniruan, pembinaan mental dll
3)
Pencapaian nilai-nilai
kepemimpinan
Kelompok kerja atau individu di dalam organisasi laksana satu kesebelasan
sepakbola, satu sama lain mempunyai peran berbeda. Perbedaab itu membentuk
kesebelasan yang kuat dan dapat meraih medali dalam satu pertandingan. Demikian
juga manusia dalam organisasi, pencapaian tujuan organisasi secara tepat, cepat
dan bermutu bergantung kepada proses kerja kelompok, karena satu sama lain akan
membantu atau bekerjasama. Dari kerjasama itulah tujuan organisasi akan tercapai.
4)
Delegasi tugas dalam proses
pembuatan keputusan
Tanggung jawab organisasi bukan semata-mata ada ditangan manajemen saja
melainkan juga terletak pada semua anggota. Pada umumnya manajer atau pimpinan
terlalu sibuk dengan tugas-tugasnya, baik yang bersifat rutin maupun organic.
Dengan proses ini pulalah proses pembuatan keputusan, kebijakan-kebijakan atau
tindakan-tindakan dapat dilakukan melalui proses delegasi tugas-tugas
Menurut Tickman yang dikutip oleh Indrajaya (2002:94) tentang
pembentukan kelompok adalah sbb :
“seseorang
memasuki kelompok disebabkan adanya dorongan untuk melakukan penilaian terhadap
dirinya dan pembentukan kelompok sbb:
1) Tahap pembentukan kelompok
(forming), tahap seseorang melakukan beberapa pengujian terhadap anggota
lainnya tentang hubungan perseorangan yang dikendaki kelompok. Bersamaan dengan
tindakan pengujian dan percobaan tersebut para anggotanya mulai menciptakan
pola pola hubungan dengan pimpinan, rekan sekerja, aturan permainan dan norma
norma kelompok.
2) Tahap pancaroba (storing),
dimulainya konflik dalam kelompok, tahap dimana kelompok mulai menampilkan
pribadinya masing-masing. Anggota yang lain mulai ekslosif terhadap anggota
lain bahkan terhadap pimpinan kelompok.
3) Tahap pembentukan norma (norming),
makin terbukanya anggota kelompok masing masing menjadi lebih mengenal dengan
keadaan sesungguhnya dan anggota yang lain dan disini muncul perasaan dan
pengembangan kelompok.
4) Tahap berprestasi (performing),
hubungan orang perseorangan berperan sebagai alat melaksanakan pekerjaan,
peranan seseorang semakin luwes dan menonjol, makin fungsional karena setiap
anggota mulai berkeinginan untuk membantu yang lain dan masing masing ingin
melaksanakan dengan sebaik baiknya.
d.
Alasan Berkelompok
Menurut Wahyono (2010:142) ada beberapa
alasan manusia berkumpul adalah sbb:
1) Alasan keamanan, dengan bergabung dengan kelompok seseorang
dapat mengurangi ketidakamanan dalam kesendirian. Banyak orang merasa lebih
kuat dan tidak ragu ragu manakala berada dalam kelompok.
2) Alasan status, dengan bergabung
dalam kelompok, seseorang merasa lebih dipandang dan lebih terhormat disbanding
sendirian.
3) Harga diri, karena merasa merasa
terhormat dalam kelompok maka seseorang merasa memiliki harga diri.
4) Kebutuhan bersosialisasi
(afiliasi), banyak kebutuhan social bias didapatkan saat seseorang berkelompok.
Suasana bersahabat saat kesusahan, kesakitan, dan saat dilanda bencana
seseorang akan lebih mudah mendapatkan pertolongan dari orang atau pihak saat
seseorang berkelompok.
5) Membangun kekuatan, banyak hal
tidak dicapai secara individual karena dengan berkelompok akan memudahkan
membangun kekuatan untuk meraih sesuatu yang besar.
6) Mencapai tujuan, karena
berkelompok memunculkan kekuatan maka tentu saja akan memudahkan pencapaian
tujuan.
e.
Dinamika Kelompok
Menurut Slamet Santoso (2004:7) bahwa yang
dimaksud dengan dinamika kelompok adalah sbb:
“berbagai
pihak menyadari pentingnya mempelajari dinamika kelompok karena beberapa alasan
: 1) individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat; 2) individu
tidak dapat berkarya sendiri dalam memenuhi kebutuhannya; 3) dalam masyarakat
yang besar perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan dapat terlaksana dengan
baik. Hal ini dapat terlaksana apabila dikerjakan dalam kelompok keci; 4)
masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga social dapat
bekerja dengan efektif; 5) semakin banyak diakui manfaat dan penyelidikan yang
ditujukan kepada kelompok-kelompok”
f.
Kepemimpinan Kelompok
Menurut pendapat dari Max Weber (2004:46)
mengatakan bahwa
“ ada tiga tipe kepemmipinan yakni
1) kepemimpinan karismatik, suatu bentuk kepempimpinan yang diangkat
berdasarkan kepercayaan yang dating dari lingkunganya; 2) kepemimpinan
tradisional, suatu bentuk kepemimpinan yang pimpinannya diangkat atas dasar
tradisi yang berlaku pada masyarakat; 3) kepemimpinan yang rasional, suatu
bentuk kepemimpinan yang diangkat atas dasar pertimbangan pemikiran tertentu
dan penunjukan langsung”
g.
Motivasi Kelompok dan
Produkrivitas
Denim Sudarwan (2004:141) mengatakan bahwa :
“Upaya merangsang efektivitas kelompok akan dapat dicapai jika setiap anggota
mengerjakan tugas kelompok secara bersama sama dan perilaku pimpinan mempunyai
pengaruh terhadap produktivitas kelompok. Pada intinya aksentuasi dari motivasi
yang ditimbulkan oleh hubungan sinergis di antara sesame mereka. Tugas pemimpin
adalah menggerakkan anggota supaya menerima tujuan kelompok sebagai tujuan
bersama. “
h.
Motivasi Kelompok dan Partisipasi
Persahabatan dalam kelompok sangat potensial
menimbulkan kebahagian anggota elompok itu meski kebahagian sangat mungkin
tidak secara tidak langsung berkorelasi dengan produktivitas dalam kaitan ini
menurut Kelly dan Thibaut (2004:142) mengatakan ada dua kemungkinan yang akan
muncul yakni sbb:
“
Pertama: perubahan yang terbuka akan mengurangi rasa terpaksa dalam
partisipasi, mempertinggi intensitas hubungan dan dengandemikian akan
mempertinggi efektivitas kelompok, Ke dua: hubungan perubahan yang terbuka
dapat juga menghambat tugas kelompok, mengurangi keketatan rahasia dan
akibatnya produktivitas kelompok dapat
menurun karena itu baik buruknya persahabatan ditentukan oleh kwalitas
pemimpinannya dan jenis tujuan yang telah disepakati bersama”
i.
Macam Macam Kelompok
Menurut Charles.H.Cooley membagi kelompok menjadi :
5)
Kelompok primer artinya suatu kelompok yang anggota anggotanya mempunyai
hubungan/interaksi yang lebih itensif dan lebih erat antar anggotanya
6)
Kelompok sekunder artinya suatu kelompok yang anggotanya saling
mengadakan hubungan yang tidak langsung, berjauhan, formal dan kurang bersifat
kekeluargaan.
- Metode
Penelitian
1.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
dilakukan pada latar alamiah. Fenomena sosial dalam pandangan kualitatif
dipandang sebagai sesuatu yang tidak berdiri sendiri, bersifat dinamis dan
penuh makna (Sugiyono: 2005).
Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan (action research). Penelitian tindakan merupakan bentuk penelitian permasalahan
tertentu dan membantu praktisi dalam memperbaiki tugas-tugasnya (Alston: 1998;
Neuman : 2000). Selain itu dalam upaya untuk lebih memahami tentang Penelitian
tindakan Eliot dalam Zuriah (2003: 54) mengemukakan bahwa :
Penelitian tindakan merupakan
kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas
kegiatan yang ada didalamnya, seluruh prosesnya meliputi : telaah,
asesmen, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan dampak, menjalin hubungan yang diperlukan
antara evaluasi dan perkembangan profesional.
Berdasarkan beberapa penjelasan
diatas, penelitian tindakan merupakan penelitian yang menekankan pada
pengujicobaan suatu ide kedalam sebuah praktek dalam skala mikro, sehingga
diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan untuk memperbaiki situasi
sosial. Penelitian tindakan merupakan penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki
kondisi dan kehidupan para partisipan. Asumsinya, bahwa penelitian ini mengembangkan
pengetahuan dari pengalaman, dan bahwa setiap orang dapat memperbaiki
kondisinya dengan cara menyadari dan mencoba untuk melakukan sesuatu terhadap
kondisinya itu (Neuman : 2000).
Masih menurut Neuman (2000), ada
beberapa tipe penelitian tindakan, yaitu penelitian biasa atau pengetahuan
popular, penelitian yang terfokus pada kekuatan dengan tujuan pemberdayaan,
penelitian yang bertujuan untuk membangun kesadaran atau meningkatkan kesadaran
dan penelitian yang terikat secara langsung dengan aksi politik.
Berkaitan dengan konteks
penelitian, tipe penelitian tindakan yang akan digunakan adalah penelitian yang
terfokus pada kekuatan dengan pemberdayaan. Pemilihan tipe ini dengan alasan
karena sesuai dengan konteks penelitian yaitu untuk mengembangkan kapasitas
masyarakat miskin di RW 03 Kelurahan Babakan Ciamis dalam mengakses sumber sebagai upaya pemberdayaan
masyarakat.
- Penjelasan Istilah
Judul Penelitian ini adalah
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendayagunaan Kelompo Bhakti Ibu Dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan Di Kelurahan Babakan Ciamis Kecamatan Sumur Bandung,
Istilah-istilah dalam judul
penelitian diatas dapat dijelaskan berdasarkan pengertian peneliti adalah
sebagai berikut :
1.
Pendayagunaan atau disebut pula dengan
istilah pemberdayaan masyarakat adalah adalah
suatu kegiatan yang bertujuan untuk memberikan kekuatan/kemampuan terhadap
masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya, yang meliputi pengetahuan, ketrampilan,
kepemilikan usaha serta keterlibatan mereka dalam organisasi serta dalam
menentukan arah kehidupannya.
2.
Kelompok Bhakti Ibu yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah ibu-ibu di RW
03 Kelurahan Babakan Ciamis yang
berprofesi sebagai pedagang informal.
3.
Kelompok adalah
berkumpulanya dua orang atau lebih untuk melakukan kegiatan bersama secara
kolektif dan mereka memiliki kepentingan dan tujuan yang sama.
4.
Kemiskinan yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah kondisi yang tidak menyenangkan yang dialami oleh kelompok
masyarakat Kelurahan Babakan Cimais karena ketidak mampuan mereka memenuhi
kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kurangnya modal usaha.
- Latar
Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di RW
03 Kelurahan Babakan Ciamis Kecamatan Sumur Bandung. Adapun sasaran penelitian
adalah warga miskin dan masyarakat yang terlibat dalam program yang telah
dilaksanakan selama peneliti melakukan praktikum untuk
menemukan perbaikan model pemberdayaan warga miskin dalam mengakses sumber
sebagai upaya pemberdayaan masyarakat.
- Jenis dan
Sumber Data
Jenis dan sumber data diperoleh dari
sumber data primer dan sumber sekunder. Jenis data yang diambil adalah data
kualitatif sedangkan data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah oleh
peneliti secara langsung dari sumber data/informan dalam penelitian ini yaitu
warga miskin di RW 03 Kelurahan Babakan Ciamis Kecamatan Sumur Bandung. Adapun
sumber data sekunder adalah ketua RT, RW, aparat desa, dan pihak-pihak yang
terlibat, dalam kegiatan. Sumber data diperoleh berdasarkan purposive yaitu sumber yang
terlibat aktif dalam kegiatan.
- Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan
digunakan oieh peneiiti dalam penelitian ini adalah :
a.
Community Involvement (CI)
Metode ini merupakan modifikasi yang
dikembangkan dari metode partisipation
observe dan oral history. Digunakan untuk
membangun kepercayaan dan membangun kerjasama dengan masyarakat. Pelaksanaannya
dilakukan melalui keikutsertaan peneliti mengikuti dinamika kegiatan masyarakat
dan tinggal bersama masyarakat. Kebersamaan dengan masyarakat, selanjutnya
digunakan untuk mengumpulkan data dasar berkaitan dengan pemetaan dan
penggambaran tentang sumber-sumber yang biasa di akses oleh masyarakat dan
bagaimana akses mereka tethadap sumber-sumber tersebut.
b.
Teknik Observasi
Mengamati apa yang dikerjakan oleh
warga miskin dalam program, mendengarkan apa yng mereka ucapkan, dan
berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Pengamatan dilakukan secara
partisipatif, dimana peneliti selain berperan sebagai pengamat juga berperan
sebagai pendamping. Data yang dikumpulkan melalui observasi partisipatif adalah
tentang gambaran awal kemampuan warga miskin dalam mengakses sumber dan
implementasi awal model yang diterapkan pada warga RW 03 Kelurahan Babakan
Ciamis Kecamatan Sumur Bandung.
c.
Teknik wawancara mendalam (indepth interview)
Wawancara merupakan serangkaian
interaksi verbal dalam mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara mengajukan
sejumlah pertanyaan yang telah disusun secara sistematis dalam pedoman
wawancara. Pedoman ini berguna sebagai alat kontrol agar pertanyaan yang diajukan
sesuai dengan topik permasalahan. Wawancara mendalam merupakan proses
pengumpulan data yang khusus dalam penelitian kualitatif yang dirancang untuk
memperoleh gambaran dengan memfokuskan pada pertanyaan penelitian yang
spesifik. Melalui teknik ini diharapkan peneliti dapat memperoleh informasi
yang mendalam tentang permasalahan warga miskin dalam mengakses sumber, dan
bagaimana hasil yang telah mereka rasakan setelah program yang mereka
rencanakan dilaksanakan di lingkungan mereka. Peneliti juga ingin memperoleh
gambaran mengenai hambatan-hambatan yang mereka rasakan selama mengikuti
kegiatan program. Wawancara ini ditujukan untuk memperoleh gambaran yang lebih
jelas atau melengkapi temuan hasil observasi partisipatif.
d.
Diskusi Kelompok Terfokus (FGD)
Untuk menemukenali masalah yang ada
dimasyarakat, selain dengan teknik wawancara, praktikan menggunakan teknik
diskusi kelompok terfokus, dimana yang menjadi fokus masalahnya telah
ditetapkan sebelumnya. Kemudian masalah yang diperoleh sesuai kebutuhan
tersebut didiskusikan untuk ditindaklanjuti dengan perencaan dan intervensi
bersama masayarakat.
Melalui kegiatan FGD ini peneliti ingin
memperoleh pandangan-pandangan warga miskin dan pihak-pihak yang terlibat
dalam kegiatan program, sehingga akan diperoleh informasi tentang hambatan-hambatan,
dan jalan keluar yang disepakati bersama dalam menanggulangi hambatan-hambatan
tersebut. Melalui proses diskusi akan diperoleh pertukaran informasi diantara
para peserta sehingga informasi dapat saling melengkapi sehingga mampu
memberikan penilaian yang rasional dan realistis dalam melihat persoalan
penelitian.
e.
Teknik Studi dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan dengan
cara mempelajari bahanbahan tertulis yang terdapat pada instansi-instansi
terkait, serta literatur lain yang berhubungan dengan topik penelitian. Sebagai
pelengkap teknik wawancara dan observasi, teknik ini ditujukan untuk melihat
laporan-laporan kegiatan masyarakat sehingga peneliti dapat memperoleh gambaran
kemajuan yang telah dicapai oleh masyarakat.
3. Pemeriksaan
Keabsahan Data
Untuk menjamin keabsahan data yang
diperoieh peneliti, maka dilakukan uji terhadap keabsahannya. Mengacu pada
Sugiyono (2008: 270) teknik pemeriksaan keabsahan data yang akan digunakan
meliputi :
a.
Uji Kredibility
Dalam uji kredibilitas dalam
penelitian ini akan dilakukan dengan:
1)
Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti
melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Menurut Sugiyono
(2005:124) bahwa meningkatkan pengamatan bertujuan untuk menemukan ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang
sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal tersebut secara lengkap.
Lexy J Moleong (2000:199) menyatakan bahwa ketekunan pengamatan bermaksud menemukan
ciri-siri unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu
yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara
rinci. Penelitian secara terfokus dan tekun memungkinkan terungkapnya jawaban
fokus penelitian, dengan kedalaman informasi yang bisa dipertanggungjawabkan.
2)
Triangulasi
Menurut Sugiyono (2005:125)
triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, dengan
berbagai cara dan dengan berbagai waktu. Pengecekan dengan triangulasi sumber
data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperolah melalui beberapa
sumber (contoh : Atasan, bawahan dan teman). Pengecekan dengan trianguasi
teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda (misal : wawancara, observasi dan dokumentasi). Pengecekan
dengan triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan data yang
diperoleh dalam waktu yang berbeda (misal : pagi, siang dan malam).
3)
Menggunakan Bahan Referensi
Menurut Sugiyono (2005:128) bahan
referensi disini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah
ditemukan, misalnya hasil wawancara dan foto-foto.
b.
Uji Tranferability
Validitas eksternal menunjukkan
derajat ketepatan atau dapat di terapkannya hasil penelitian ke populasi dimana
sampel tersebut diarnbil. Peneliti dituntut dapat memberikan gambaran tentang
laporan penelitian dengan uraian yang jelas, rinci, sistematis dan dipercaya,
sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca. Tujuannya supaya pembaca
dapat dengan jelas menangkap apa yang disajikan oleh peneliti dan ada kemungkinan
orang lain menerapkan hasil penelitian ini dengan karakteristik masyarakat yang
sama.
c.
Uji Dependability
Uji ini dilakukan dengan audit
terhadap keseluruhan proses penelitian Dalam penelitian ini dependability
dilakukan oleh auditor independen, yaitu Dosen pembimbing untuk mengaudit
keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.
d.
Uji Konfirmability
Uji ini hampir sama dengan uji
dependability yaitu pengakuan terhadap hasil penelitian oleh orang banyak. Uji
ini dapat dilakukan bersamaan dengan uji dependability dalam proses audit yang
dilakukan oleh Dosen Pembimbing.
- Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
analisis kualitatif, menurut Bogdan & Biklen dalam Moleong (2005: 248): Analisis
data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari
dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Analisis kualitatif merupakan suatu
proses yang harusdikemukakan secara rinci dan memerlukan penjelasan tehadap
komponen-komponen yang ditemukan.
a.
Reduksi data (data reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan
jumlahnya cukup banyak, maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi
data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat,
dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan
kode pada aspek-aspek tertentu.
b.
Penyajian data (data display)
Dalam penelitian kualitatif,
penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan hubungan
antar kategori. Miles & Huberman (1984) menyatakan " the most frequent from the display data for quantitative
research data in the past has been narrative text". Yang paling penting digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
c.
Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang
atau gelap sehingga setelah diteliti mejadi jelas, dapat berupa hubungan kausal
atau interaktif, hipotesis atau teori.
- Langkah-langkah
penelitian.
No
|
Kegiatan
|
Tahun 2011
|
|||
Okt
|
Nov
|
Des
|
|||
1
|
Pengajuan Proposal
|
||||
2
|
Seminar Proposal
|
||||
3
|
Perijinan
|
||||
4
|
Melakukan Penelitian
|
||||
5
|
Membuat Laporan
|
||||
6
|
Mengikuti Ujian
|
||||
DAFTAR PUSTAKA
BUKU-BUKU:
Adimihardja, Kusnaka dan Harry Hikmat, 2004, Participatory Research Appraisal, “ dalam
Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat”, Humaniora Utama Perss, Bandung
Ahmadi, Abu, 1991 Edisi Revisi, Ilmu Sosial Dasar “ Untuk Mahasiswa Perguruan Tinggi Mata Kuliah Dasar
Umum”, Rieneka Cipta, Semarang.
Chambers, Robert, Alih Bahasa M Dawam Rahardjo, Pembangunan Desa”Mulai dari Belakang”,
LP3ES.
Dwi Heru Sukoco.1991.Profesi Pekerjaan Sosia dan Proses Pertolonagnyal.Bandung Kompma
STKS
DEPSOS dan KOPMA STKS Bandung, 2003, Hasil Penelitian Kemiskinan dan
Keberfungsian Sosial , KOPMA STKS
Bandung.
Huraerah, Abu, 2008, Cetakan pertama, Pengorganisasian pengembangan Masyarakat “
Model dan Strategi pembangunan Berbasis Kerakyatan, Humaniora, Bandung.
Irwanto, 1998, Focus
Discusiion (FGD), Pusat Kajian Pembangunan Masyarkat, Universitas Katolik
Indonesia Atma Jaya, Jakarta
Ife,2003, Pengembangan
Masyarakat dalam” Menciptakan Alternatif-alternatif Masyarakat-Visi, Analisis
dan Praktik, Longman, Autralia Pty Ltd 1995.
ICMI Pusat, ICMI ORWIL DIY dan PPSK Jogjakarta,
1995, Kemiskinan dan Kesenjangan di
Indonesia, Aditya Media, Jojakata
Johson, Doyle Paul,
19988 jilid I, disadur oleh Robert Lawang, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, P.Gramedia, Jakarta.
Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial, Vol5 No.1, Juni
2006, Kemiskinan Dalam Perspektif
Pekerjaan Sosial, Instalansi Penerbitan STKS Perss, Bandung
Jurusan PSM STKS Bandung, 2008, Teknologi
Pengembangan Masyarakat “ Manual Praktek 2” KOPMA STKS, Bandung
Netting, 2001, Alih Bahasa oleh Nelson Aritonang dan
Heery Koswara, Social Work Makro Pratice,
Logman
Rudhitho, Bambang, 2003, Akses Peran Serta Masyarakat “ Lebih Jauh Memehami Community
Development” IKAPI, Jakarta.
Sutandyo, 2005, Kemiskinan
dan Kesenjangan Sosial” Ketika Pembangunan Tak Berpihak Kepada Rakyat Miskin, Airlangga
University Press, Surabaya.
Soekanto, Soerjono, 1990 Edisi Baru Keempat, Sosiologi Suatu Pengantar, Fajar
Interpratama Offset, Jakarta.
Suharto, Edi. September
2005 (cetakan pertama). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Suharto,Edi, 2009, Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia “ Menggagas Model
Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan, Alfabeta, Bandung
Suharto, Edi,
2005, Analisis Kebijakan Publik “
Panduan Praktis mengkaji masalah dan Kebijakan Sosial, Alfabeta, Bandung.
Suharto, Edi, 2008,
Kebijakan Sosial “Peran
Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dalam mewujudkan Negara Kesejahteraan (Welfare
State) di Indonesia, Alfabeta, Bandung
Sutarso, 1992, Praktek
Pekerjaan Sosial, KOPMA STKS, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar